"Semester Terakhir Di Kelas 3-B"
Bab1: Kelas 3-B yang Katanya Gagal
---------♧HappyReading♧---------
Hari pertama masuk sekolah di semester terakhir. Langit tampak murung, menggantungkan awan kelabu di atas SMA Polaris. Di koridor lantai tiga yang menghadap lapangan, suara sepatu menyentuh lantai keramik terdengar bersahutan.
Bu Alika
"Ini dia kelas paling... istimewa," ujar seorang guru wali kelas sambil berdiri di depan pintu bertuliskan Kelas 3-B.
Bu Alika, guru Bahasa Indonesia, baru ditunjuk menjadi wali kelas mereka—dan dia belum tahu betapa istimewanya kelas ini.
Pintu dibuka. Di dalam ruangan, hanya ada tujuh siswa. Tiga tidur, dua main game, satu asyik menggambar di buku sketsa, dan satu lagi berdiri di atas kursi sambil... menirukan gaya penyanyi K-Pop.
Bu Alika
"Pagi, anak-anak!" seru Bu Alika dengan nada optimis.
Selia Everdeen
Selia, si gadis kalem yang duduk paling pojok dekat jendela, hanya mengangkat kepala sebentar, lalu kembali menggambar.
Maven Blackwell
Maven, cowok berambut hitam pekat dengan hoodie kelabu, hanya melirik satu detik lalu kembali memandangi jendela.
Sion dan Lio, dua cowok ceria, sedang bertengkar soal siapa yang lebih tampan antara mereka.
Sion Kessler
"Gue, tanya aja sama Haze!"
Haze Lockhart
"Dih! Bawa bawa gue"
Memutar bola matanya malas.
Zayn Calder
Zayn? Ia tertidur di meja belakang dengan tangan menyilang.
Vian Larkspur
Vian tidur di lantai pakai jaket sebagai bantal.
Rika Fontaine
Dan Rika... sibuk makan sandwich yang ia keluarkan dari lengan sweater.
Bu Alika
"Ahem," Bu Alika berdehem. "Kita mulai semester ini dengan sedikit perkenalan ulang. Saya tahu kalian semua sudah tahu satu sama lain, tapi saya ingin dengar dari kalian sendiri. Biar saya lebih kenal juga."
All
"Baik,Bu"
Ucap mereka kompak.
Satu per satu, siswa mulai memperkenalkan diri. Tapi seperti yang bisa ditebak, semuanya tidak berjalan normal.
Zayn Calder
"Nama gue Zayn. Suka berantem, jangan ajak gue ngobrol kecuali penting. Tapi... gue suka kucing, lucu soalnya," ucap Zayn datar, lalu kembali duduk.
Oliie Beaumont
"Aku Ollie! Imut, ceria, dan paling suka es krim stroberi! Jangan lupa itu ya~!" katanya dengan senyum yang begitu lebar hingga membuat Bu Alika mengernyit bingung.
Maven Blackwell
"Saya Maven," ucapnya singkat. Tak ada tambahan.
Selia Everdeen
"Saya Selia," kata gadis bersuara lembut itu. "Saya suka menggambar, membaca... dan nonton anime."
Sion Kessler
"Nama gue Sion. Ganteng? Nggak usah dibilang, udah kelihatan."
ucapnya santai sambil menyisir rambut ke belakang dengan gaya.
Lio Vexley
"Saya Lio! Cita-cita saya... masuk ke dunia anime!"
ucapnya dengan senyum cerah, tanpa sedikit pun rasa malu.
Rika Fontaine
"Saya Rika, Bu. Panggil aja Riri. Saya hobi makan... yang nggak saya suka tuh, orang yang suka ngerebut pacar orang," ucapnya sambil bercanda, membuat teman-teman sekelas terkekeh.
Setelah sesi kenalan yang kacau tapi menghibur, Bu Alika langsung memberikan pengumuman penting.
Bu Alika
"Kelas kalian terpilih menjadi panitia utama untuk Festival Polaris tahun ini."
All
"APA?!" Mereka semua berseru serempak, kaget dan terkejut.
Haze Lockhart
"Kenapa kelas kita, Bu?" tanya Haze, si cewek tomboy yang baru masuk ke ruangan dengan headphone di leher.
Haze Lockhart
"3-B tuh udah kayak zona mati."
Bu Alika
"Justru karena itu," jawab Bu Alika.
Bu Alika
"Kalian akan membuktikan bahwa kalian bukan hanya ‘kelas gagal’. Kalau berhasil, semua nilai keaktifan semester ini otomatis naik. Kalau tidak... ya, siap-siap remedial kelulusan."
Vian Larkspur
"Aku gak mau remedial lagi..." gumam Vian setengah tidur.
Seketika, kelas jadi gaduh. Tapi satu per satu dari mereka sadar: ini bukan hanya soal proyek. Ini mungkin satu-satunya kesempatan mereka untuk menyelamatkan reputasi. Atau... menyelamatkan diri dari tahun tambahan.
Rika Fontaine
"Oke, kita gas! Tapi jangan suruh aku jadi MC, ya," kata Rika sambil mengunyah cokelat.
Zayn Calder
"Asal gak disuruh nyapu, gue ikut," sahut Zayn.
Lio Vexley
"Kalau ada booth cosplay, Aku bisa atur!" Lio angkat tangan antusias.
Sion Kessler
"Eh, tapi siapa yang mau jadi ketua timnya?" tanya Sion sambil melirik seisi kelas.
Semua saling memandang satu sama lain, berharap bukan mereka yang ditunjuk.
Haze Lockhart
"Aku usul Riven!" celetuk Haze.
Riven Hale
Baru saja nama Riven disebut, pintu terbuka. Seorang cowok jangkung dengan wajah serius melangkah masuk.
Riven Hale
Tanpa melihat siapa pun, ia duduk di kursinya dan berkata, "Gue udah denger semuanya. Fine. Tapi jangan manja."
Lio Vexley
"Fix, dia pemimpin banget sih," komentar Lio pelan.
Haze Lockhart
"Iya, beda jauh lah sama lo. Nunjuk tangan aja lo bingung, apalagi mimpin kelas," serang Haze tanpa ragu.
Lio Vexley
"Eits, jangan salah. Gue tuh kandidat kuat... buat jadi ketua bayangan di balik layar," Lio menjawab santai, lengkap dengan gaya sok misterius.
Sion Kessler
"Layar HP iya," celetuk Sion sambil ngakak.
Vian Larkspur
"Gue heran sih lo masih percaya diri ngomong gitu," Vian menimpali sambil setengah ngantuk, kepala udah nyender ke tas.
Rika Fontaine
"Menurutku Lio cocoknya jadi duta anime sekolah," ucap Rika polos, sambil ngemil keripik di bangku paling belakang.
Zayn Calder
"Atau duta tidur di jam pelajaran," tambah Zayn dengan nada datar, bikin beberapa anak ketawa ngakak.
Lio Vexley
"Eh tapi beneran deh, meskipun gue nggak jadi ketua... gue bisa jadi inspirasi," Lio tetap ngotot, gaya tangan seperti tokoh shounen anime.
Haze Lockhart
"Inspirasi buat nggak ngapa-ngapain?" sahut Haze cepat, kali ini sambil lempar bolpen ke arah Lio.
Sion Kessler
"Inspirasi untuk selalu tampil... meskipun isi kosong," Sion menutup dengan gaya dramatis, diiringi tepuk tangan iseng dari teman-teman.
Suasana kelas masih ramai karena celotehan Lio dan komentar teman-temannya. Di pojok dekat jendela, Selia menahan senyum sambil menunduk sedikit, jemarinya memainkan ujung buku catatannya.
Selia Everdeen
"Lio emang nggak pernah berubah, ya," gumam Selia pelan ke Haze yang duduk di sampingnya.
Haze Lockhart
"Ya, bangga banget jadi badut kelas," balas Haze sambil mendesah, meski sudut bibirnya terangkat geli.
Di sisi lain, Maven hanya melirik singkat ke arah keributan itu, lalu kembali menatap ke luar jendela. Dari sudut matanya, dia sempat melihat Lio mengangkat dua jari dan berkata:
Lio Vexley
"Gue ini karakter penting, tau!"
Maven Blackwell
Maven mendesah pelan.
"Karakter penting yang nggak punya peran," bisiknya lirih, nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuat Sion yang duduk di depannya langsung ngakak.
Sion Kessler
"Woy, itu barusan lo ngomong, Ven?"
Menatap Maven tak percaya.
Maven Blackwell
Maven tidak menjawab. Hanya sedikit mengangkat bahu.
Selia Everdeen
Selia sempat melirik ke arah Maven — diam-diam seperti biasa, tapi ternyata nyimak juga. Sebuah senyum kecil muncul di wajahnya, entah kenapa.
Sebelum Bu Alika sempat menyudahi, terdengar suara ketukan dari luar pintu. Seorang siswi dari kelas sebelah muncul—berambut panjang bergelombang, wajah tenang, dan membawa kotak makan.
Vivian Altera
"Permisi... ada yang namanya Vian di sini? Dia tadi ketinggalan ini di kelas X-2..."
Semua menoleh. Vian mengangkat kepala, lalu terdiam saat melihat sosok itu.
Vian Larkspur
"Vivian...?" gumamnya.
Vivian Altera
Vivian tersenyum. "Halo, Vian. Lama nggak ketemu."
Seluruh kelas langsung membuat ekspresi penasaran.
Dan begitulah, tanpa rencana, tanpa arah, dan tanpa pengalaman... Kelas 3-B memulai perjalanan yang akan mengubah hidup mereka.
Dan juga, membuka pintu untuk perasaan-perasaan yang selama ini tak pernah terucap.
-------------------------------------------------
Comments