Bab 2. Tatapan Papa Tiri

0o0__0o0

Sudah sebulan sejak pernikahan Mama dan Papa barunya, Tapi Lora masih belum bisa sepenuhnya menyesuaikan diri dengan kehadiran Papa tirinya itu.

Lora masih merasa aneh dan tidak nyaman hidup satu rumah dengan Papa Rico dan kini dia memiliki sosok lain yang begitu dominan di dalam mansion ini.

Setiap Hari Lora harus terbiasa melihat Papanya duduk di meja makan, tangan memegang Tablet untuk ngecek pekerjaan'nya sambil menyeruput kopi.

Lora juga harus terbiasa dengan aroma parfum-nya yang memenuhi udara setiap kali dia melintas.

Tapi Bukan itu yang membuat Lora Gelisah, Melainkan tatapan mata Papanya yang terasa begitu mengganggu'nya. Tatapan mata yang berbeda setiap kali mengarah padanya.

Entahlah itu sangat membuat Lora Tidak nyaman dan merasa selalu was-was setiap harinya.

0o0__0o0

Hari Minggu Jam 7 pagi, Lora baru membuka kedua matanya sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.

Hoooamm..!

Lora menguap lebar sambil duduk bersandar di ranjang, Mengumpulkan nyawanya yang belum pulih 100%. Dia mencepol asal rambut panjangnya lalu turun dari atas tempat tidur menuju kamar mandi.

10 menit kemudian, Lora keluar dari kamar mandi dengan wajah segar sehabis cuci muka dan gosok gigi.

Lora berganti pakaian hot pants pendek dan kaos oblong kebesaran yang menutupi celana pendeknya dan menampilkan paha putih mulusnya.

Di usia 17 tahun Lora nampak sangat cantik dan sexy, di dukung dengan kulit putih mulus dan body Goals yang membuat siapa saja menatapnya akan terpesona dan tergoda.

Di balik kecantikan-nya Lora hanyalah remaja polos, bahkan di saat usianya sudah 17 tahun.

Di sekolahnya Lora bahkan jadi Primadona, Banyak dari murid perempuan dan laki-laki yang mengagumi wajah cantik polosnya dan juga tubuh'nya yang menjadi banyak incaran kaum buaya.

0o0__0o0

Tap..! Tap..! Tap..!

Suara langkah kaki Lora menuruni anak tangga, Dia membawa langkahnya menuju ke arah dapur. Karena perut mungil'nya sudah keroncong Perlu diisi.

Saat sampai di dapur Lora terkejut, karena papanya sudah duduk tenang Ruang makan dengan berpakaian santai.

"Selamat pagi anak gadis Papa", Sapanya Lembut dengan tatapan tidak beralih dari tablet yang ada di tangan'nya.

"Eh, Pagi Juga Papa". Sautnya gugup karena dia merasa tidak enak dengan gaya pakaian yang terlalu minim.

Tadinya Lora berpikir bahwa Papanya sudah berangkat ke kantor, Namun yang dia dapati Papanya malah ngejogrok di ruang makan dengan santai.

Mata Lora bergerak liar mencari keberadaan sang Mama, Namun dia tidak menemukan keberadaannya.

"Mama ke mana ?" tanya Lora sambil berjalan menuju ke arah kulkas untuk mengambil air dingin.

"Ke supermarket, Katanya mau belanja bahan makanan untuk nanti malam". Jawaban'nya santai.

Lora hanya mengganggu Singkat, Lalu duduk ke ruang makan dan meminum segelas susu. Dia bisa merasakan tatapan sang Papa yang mengarah kepadanya tapi dia berusaha untuk abai.

Lora duduk gelisah dan mulai meminum susunya, Hingga akhirnya dia tidak tahan untuk melirik sekilas ke arah sang Papa yang sedang menatapnya.

Rico menatap Lora bukan seperti tatapan seorang Papa yang melihat anak tirinya, Tapi tatapan itu lebih dalam dan lebih Menelisik.

Bulu Kuduk Lora terasa berdiri semua, Tanpa sadar dia menggenggam erat gelas yang ada di tangannya seolah mencari kekuatan.

"Papa, Apa ada yang salah ? Kenapa sedari tadi papa melihat ke arahku ?" Tanya Lora memberanikan diri.

Rico hanya tersenyum tipis sambil menggeleng pelan "Enggak, Papa hanya berpikir kamu sekarang sudah Tumbuh besar ya".

Rico menatap Lora semakin dalam "Rasanya baru kemarin pertama kali ketemu kamu dan sekarang kamu sudah tumbuh jadi gadis yang sangat cantik". Sambung'nya lagi.

Lora terdiam membeku, Ada sesuatu yang Tersembunyi dalam cara Papanya memuji dirinya dan itu membuat nafasnya tercekat.

"Cantik..!"

Kata yang tidak asing terdengar di telinganya setiap hari, Namun ketika dia mendengar Papa Tirinya yang mengatakan. Rasanya begitu berbeda.

"Papa bisa aja, Aku masih sama aja kok Pa". Ucap'nya pada akhirnya, Lora mencoba mengabaikan debaran aneh di dadanya.

Papa Rico hanya tersenyum Tipis, lalu melanjutkan ngecek kerjaannya yang ada di tabletnya.

"Makan sarapan kamu dan habiskan" Ucapan'nya Lembut namun terdengar tegas di telinga Lora.

Lora hanya mengangguk singkat tanpa ada niatan untuk menjawab langsung. Meskipun Papanya Itu sudah tidak menatap'nya lagi, Lora masih bisa merasakan bekas tatapan itu melekat di kulitnya.

Dan entah kenapa dia tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang tidak boleh tumbuh di dalam dirinya.

Lora memakan cepet sarapannya, Lalu segera kembali ke kamarnya tanpa sepatah kata seolah dia sedang dikejar hantu.

Papa Tirinya hanya menyeringai Tipis melihatnya dan dia membiarkan putrinya itu lepas dari tatapan mata'nya.

"Untuk saat ini Aku akan melepaskan Mu Lora, Namun aku tidak bisa menjamin untuk hari Esok". Guman'nya Datar dengan tatapan penuh tanda tanya.

0o0__0o0

Di dalam kamarnya, Lora berdiri di atas balkon kamarnya. Dia menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong, dada'nya masih terasa aneh sejak kejadian di ruang makan tadi.

Banyak pertanyaan yang bersarang di otaknya, Lora menggelengkan kepalanya cepat dia mencoba mengusir pikiran-pikiran aneh yang mulai muncul di otak kecilnya.

"Mungkin aku hanya terlalu sensitif", bagaimanapun juga dia adalah suami mama jadi tidak mungkin pria itu memandang ku berbeda". Guman'nya mencoba meyakinkan dirinya walaupun dia sendiri ragu.

"Tapi Kalau tidak ada yang aneh Kenapa sejak awal perasaan gelisah ini selalu menghantuiku". Ungkapnya kembali gelisah.

"Bodoh amat Lah, Aku Benar-benar pusing terus-menerus memikirkan hal yang sama" Guman'nya geram, lalu masuk kembali ke dalam kamarnya.

Lora pergi mandi untuk mendinginkan Pikirannya. Setelahnya dia tetap diam di kamar tidak mau turun sampai sang Mama pulang berbelanja.

0o0__0o0

Jam 1 siang, Lora baru turun dari kamarnya karena hari ini dia ada jadwal les. Lora menghampiri sang mama untuk mengantarnya pergi les seperti biasa, namun kali ini mamanya tidak bisa mengantar.

"Ma, Terus aku pergi Les'nya gimana dong ?" Rengeknya sambil mengekori sang Mama yang lagi sibuk memasak di dapur bersama pelayan.

"Kamu tidak usah khawatir Sayang, sementara biar Papa yang akan mengantar kamu. kebetulan Papa juga lagi free tuh". Balasnya santai sang Mama.

"Tapi Ma, Lora tidak pernah pergi berdua bareng Papa dan Lora merasa tidak nyaman" Ungkapnya mencoba menjelaskan.

Maya memutar tubuhnya menghadap ke arah Lora "Mulai sekarang kamu harus belajar terbiasa sayang, Karena Mama tidak selalu bisa mengantar kamu" Ucapan'nya mencoba memberi pengertian.

Sampai akhirnya Lora hanya bisa mendesah pasrah dan mengangguk singkat. "Baiklah Ma, Lora mengerti" Jawab'nya Lemas.

Karena waktunya sudah mepet akhirnya Lora terpaksa mau diantar oleh Papa tirinya. Perasaan tidak nyaman mulai menghantuinya, Namun Lora segerah menepisnya.

0o0__0o0

"Sudah Siap ?" Tanya sang Papa yang sudah standby di samping mobil mewahnya.

Lora hanya mengangguk singkat, Lalu langsung masuk ke dalam mobil tanpa sepatah kata.

Mobil mulai melaju dengan tenang tapi suasana di dalamnya terasa begitu sunyi, Lora hanya menatap keluar jendela berpura-pura sibuk memperhatikan jalanan.

Papa tirinya melirik sekilas ke arah Lora "Apa kamu selalu pendiam seperti ini ?" Tanya'nya tiba-tiba.

Karena Ini pertama kalinya Lora satu mobil berdua dengan papa tirinya. Biasanya dia kemana-mana akan diantar oleh mamanya.

Lora menoleh sekilas lalu mengangkat bahunya sekilas, "nggak juga", balasnya singkat.

"Kamu masih canggung ya, sama papa ?" Tanyanya dengan suara lembut.

Lora menggigit Bibir bawah'nya gelisah, "enggak..Aku cuma belum terbiasa aja" Cicitnya menjawab dengan suara pelan.

Papanya tertawa kecil mendengar itu, "wajar Ini baru pertama kali Kita pergi berdua".

"Maaf, ya Sayang ! Karena Papa sibuk kerja Jadi jarang punya waktu buat kamu" Sambung'nya Dengan raut wajah menyesal.

Lora mengangguk "Tidak masalah, Lora mengerti kesibukan Papa" Meskipun dalam hatinya dia tahu bukan itu alasan utamanya.

Mendadak Papa Tirinya menepikan mobil di sebuah lampu merah, Saat itulah Lora kembali merasakan tatapan itu.

Tatapan yang sama seperti sebelum-sebelumnya yang dia rasakan. Jantung Lora berdetak cepat ''Kenapa Pa ?" Tanya'nya gugup.

Papa tirinya hanya tersenyum tipis, "Nggak apa-apa Cuma...kamu benar-benar sudah besar sekarang".

Lagi-lagi kalimat itu yang terlontar. Lora menggigit Bibir bawahnya kembali, "Papa sudah bilang itu tadi pagi". Ucapnya Lirih.

"Tapi Papa baru sadar, Kamu benar-benar bukan anak kecil lagi". Ucapnya Santai,

"Papa ingat pertama kali ketemu kamu dulu, Saat itu kamu masih pakai seragam SMP dengan rambut di kepang dua". Sambungnya sambil terkekeh ringan.

"Papa tau aku sejak SMP, Kenapa dulu aku tidak pernah mengetahui-nya ?" Guman'nya bertanya-tanya dalam hati.

Lora berdehem singkat, dia merasa dadanya semakin tidak karuan. "Sekarang aku sudah SMA" Ucap'nya cepat berharap percakapan ini segera berakhir.

"Tepat sekali" Ucap Papa tirinya yang masih menatap ke arahnya. Lalu tiba-tiba.. Dia mengulurkan tangannya dan menyelipkan rambut Lora ke belakang telinganya.

Gerakan itu begitu tiba-tiba, begitu sangat lembut. Tapi itu cukup membuat Lora terpaku di tempat dengan tubuh kaku.

Lora meng-genggam sabuk pengaman-nya dengan sangat erat, Seolah menyalurkan rasa tegang yang saat ini dia rasakan.

MeLihat ke terpakuan Lora Papa tirinya hanya menyeringai dalam hati, Dia segera menarik kembali tangan'nya. Lalu melajukan mobilnya kala rambu lalu lintas sudah berubah hijau.

Papa Tirinya mengendarai mobilnya dengan santai seolah tidak ada yang terjadi. Tapi Lora masih bisa merasakan kulitnya panas, di tempat pria itu menyentuh daun telinganya.

"Kenapa Rasanya seperti ini ? Kenapa Papa Tirinya bisa bersikap seperti ini ? dan yang paling menakutkan Kenapa dia hanya diam tidak bisa melawan". Guman Lora bertanya-tanya dalam hati.

0o0__0o0

Malam Hari Di Mansion sudah dipenuhi oleh beberapa orang dari kerabat dekat sang mama. Di sana juga ada para sepupu Lora yang ikut hadir untuk acara makan malam kecil yang di adakan oleh Mamanya.

Saat acara berlangsung Lora mencoba menghindari tatapan dari Papa'nya sebisa mungkin.

Lora menyibukkan dirinya dengan mengobrol bareng sepupunya, Dia pura-pura sibuk makan apa saja Asal tidak perlu Bertatapan dengan sang Papa.

kejadian siang tadi Masih Membekas di benak'nya, Lora merasa sangat tidak nyaman dengan itu semua.

Namun...Lora hanya bisa memendam'nya sendiri. Lora ingin cerita sama Mama'nya namun dia takut.

Lora masih bisa merasakan tatapan itu bahkan saat dia tidak melihatnya, Dia tetap tahu bahwa sedang diperhatikan oleh Papa Tirinya.

Setiap gerak-gerik Lora tidak pernah luput dari tatapan Elang Rico "Kelinci kecilku yang penakut" Guman'nya membatin.

Saat Lora berdiri untuk mengambil minuman, saat dia tertawa dengan lebar bareng sepupunya bahkan saat dia menunduk untuk mengambil sesuatu yang jatuh. Semua itu tidak lepas dari tatapan mata Elang Rico.

Saat Lora melirik ke arah Papa'nya, Bahkan Rico tidak mengalihkan pandangan'nya. Seolah dia tahu bahwa Lora menyadarinya.

Lora merasa sangat ketakutan, tubuhnya gemetar dan peluh membanjiri dahinya "Kenapa Dia selalu nampak menyeramkan di mata ku ?" Guman'nya membatin.

0o0__0o0

Jam 11 malam, akhirnya acara makan-makan dan kumpul-kumpul itu berakhir juga. Lora langsung lari ngibrit naik ke lantai atas menuju ke kamarnya. Dia merasa sangat tertekan tinggal dibawah terlalu lama.

Tatapan itu berhasil membuat sekujur tubuh Lora merinding dan bergetar ketakutan. Di tempat tidur Lora menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk.

Apa yang sedang terjadi selama sebulan dia tinggal bersama Papa Tirinya ? Lora tahu, dia tidak seharusnya berpikir seperti ini. Tapi semakin dia mencoba mengabaikannya semakin kuat perasaan aneh itu menghantuinya.

Huft...!

Lora menghela nafas kasar, "Papa Rico adalah suami Mama, Aku terlalu berpikir berlebihan" Ungkapnya bingung sendiri.

"Papa Rico seharusnya hanya menganggap Lora sebagai anak tiri tidak lebih, Tapi kenapa tatapan itu terasa begitu..intim ?" Guman'nya bertanya-tanya.

Lora bergumam frustasi di atas tempat tidurnya, semakin di pikirkan maka semakin jelas terekam di otaknya.

Lora mencoba menutup rapat-rapat kedua matanya, Dia benci situasi ini dan Dia benci Perasaan Ini. Tapi jauh di dalam Lubuk hatinya. Dia tahu bahwa malam ini adalah pertama kalinya dia mulai melihat Papa tirinya dengan cara yang berbeda.

Dan itu berhasil membuat Lora Semakin Ketakutan sendiri. Dia terus tenggelam dalam pikiran buruknya.

0o0__0o0

Note : "Suara hatimu yang mengatakan bahwa ini tidak benar adalah suara hati kecil mu", Maka dengarkan itu".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!