##Memilikimu itu mimpi, dan sebagian mimpi itu memang harus tetap menjadi bunga tidur, tidak dapat diwujudkan, hanya untuk dijadikan hiasan malam.
Malam sudah larut, saat kami keluar dari bioskop. Ya, setelah makan, kami iseng beli tiket untuk nonton.
"Terima kasih buat hari ini, ya Yu.." bang Romi melepaskan helm yang aku pakai.
"Aku yang terima kasih, bang. Udah bisa main sama-sama"
"Nanti kalau Abang sparing lagi, ikut ya."
"Gak enak bang, tadi aja teman-teman Abang liatin Ayu gitu, Ayu kan malu" ucapku menunduk.
Bang Romi mengucek kepalaku.
"Ya udah, masuk sana. Selamat malam" bang Romi segera memutar motornya ke arah kosannya.
"Cie.. yang bahagia. Kemana aja tadi?" tiba-tiba terdengar suara Aca.
Aku hanya senyum, dan segera mengambil handuk dan mencuci badanku.
"Ca, tadi bang Romi mainnya keren loh."
"Mainnya apa orangnya"
"Apaan sih. Dah ah" aku menarik selimutku sambil membayangkan kejadian hari ini.
Flash back.
"Hai, kamu. Kamu pacarnya Romi ya?" sapa seorang yang tidak aku kenal.
Aku diam.
"Romi itu orang yang setia. Banyak loh yang naksir dia di kantor. Tapi dia tidak pernah menggubrisnya. Sampai kami di kantor mengira kalau dia tidak suka dengan perempuan. Kamu adalah perempuan yang di bawa dia ke forum seperti ini"
Aku diam dan rasanya dada ini ingin meledak.
Pernyataan itu membuat aku tersenyum sendiri.
Angin yang lumayan kencang membuat aku ingin memejamkan mataku. Entah karena perasaan tenang atau apapun itu, aku memejamkan mataku, dan terbangun langsung melihat sosok lelaki yang menutupi cahaya yang akan mengganggu tidurku. Ia tersenyum melihatku membuka mata.
**Malam semakin kelam, rintikan hujan membuat hati makin sahdu. Ku pejamkan mataku. Berharap keesokan hari akan menjadi hari-hari yang indah.
"Yu, bunyi tuh ponselnya" Aca membangunkanku.
"Hallo" suaraku berat karena baru saja membuk mata, aku tidak tau siapa yang menelpon sepagi ini.
"Yu, bangun. Wudhu." aku terduduk, suara itu.
"Ya yah."
"Ya sudah."
Ayah yang membangunkan aku. Padahal aku sudah kesal dengan panggilan telepon pagi-pagi.
Setelah melaksanakan 2 rakaat di subuh, aku merebahkan kembali badanku. Ponselku berdering kembali, saat aku memejamkan mata.
"Ayu udah sholat" siapa lagi kalau bukan ayah yang mengingatkan untuk bangun subuh.
"Alhamdulillah. Selamat pagi, anak Sholehah"
Lagi-lagi aku terperanjat bangun kembali.
"Bang Romi?"
"Ya, Ayu. Udah bangun? Joging yok"
"Gak ah. Ayu masih mau tidur" ucapku
"Abang udah di depan kamar, loh"
Hah..
Udah di depan?
Aku bangun, dan mengintip dari jendela.
Seorang laki-laki, bertubuh tegap, sudah di depan pintu, sambil melambaikan tangannya.
Aku menutup kembali gorden itu, dan segera sikat gigi, dan berganti pakaian.
"Aw" teriakku karena kakiku menabrak buku yang ada di lantai.
"Kenapa, yu?"
Aku hanya tersenyum
"Aku joging dulu ya, Ca"
ucapku langsung keluar menemui Romi.
Sambil mengenakan sepatu kets, aku keluar dari kamar.
"Eh, pelan-pelan. Nanti jatuh" Romi menangkap tubuhku yang hampir kesandung lagi.
Romi memakaikan helm ke kepalaku., dan menempelkan ear phone ke sebelah telingaku. Motor itu membawa kami ke lapangan yang ramai, dengan orang yang ingin berolah raga di pagi hari.
Motor itu, dalam waktu yang belum 24 jam, menemani kami. Udara pagi setelah hujan rintik itu, sangat bersih sehingga kami bisa leluasa menghirup udara segar.
Sesekali, Romi mengganggu langkahku yang sedang fokus lari.
"Enak ya, bisa begini. Biasanya, Abang sendirian Mulu, gak ada temen ngobrol." tiba-tiba terdengar ucapan itu.
"Yu, mau gak, nemenin Abang seperti ini?"
Aku menghentikan langkahku.
"Maksudnya?" sambil mengelap keringatku, ia mengambil handuk kecil yang aku pegang, dan mengelap keringat yang mengucur dari dahiku.
"Ya kita jalan bareng terus"
"Ini kita jalan bareng kan." ucapku meluruskan kaki dan meneguk air putih yang ada di tangan Romi.
Kenapa jantung ini masih tidak bisa mengatur detakannya.😔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments