Cinta datang seperti hujan.

Aku terdiam, tak berkata-kata.

"Yu.." tangannya melambai di depan mataku.

"oh, eh.. iya.."

"Iya maksudnya gimana?"

"gak tau" aku hanya tersenyum lebar.

"Gak perlu dijawab sekarang. Nanti kalo udah siap, Ayu yang bilang ya. Yok ah.. Ayu mo istirahat apa lari lagi?" bang Romi bangun dan lari kecil meninggalkanku.

Aku hanya memandang dari kejauhan, detak jantung ini,

"huft.. aku harus bagaimana" kutekuk kakiku, dan memeluk kakiku.

"Dia orang baik, tapi,.. apa aku pantas?" tanyaku dalam hati.

"Hei, cewek. Kenapa sendirian. Join gabung bareng yok," 2 orang cowok menghampiri.

"sorry. Duluan deh" jawabku

"Ayolah" tanganku di tarik.

"Eh, jangan kasar dong. Kalo mau lari, ya lari aja sendiri" tanganku mulai sakit karena paksaan itu.

"Jual mahal banget sih lu. Ayolah." ajak mereka lagi.

"Hei, lepasin" tanganku di tarik bang Romi.

"Siapa lu, pacarnya? Punya pacar kok ditinggalin. Yoklah. Dia dah punya an***g"

kemudian kedua laki-laki itu berlalu.

Muka Bang Romi memerah.

"Udah bang, biarin aja" aku menahan bang Romi yang hendak mengejar mereka

"Ayu kenal mereka?" tanyanya

"Gak bang.. Orang iseng kali. Udah biarin aja. Ayu kan gak kenapa-napa"

"Kita pulang aja, kamu gak aman di sini" tanganku digenggam dan kami keluar dari lapangan itu.

"Maaf ya, karena Abang tinggal, kamu jadi begini"

tak sepatah kata keluar dari mulutku, mulutku seperti terkunci.

"Gapapa, bang. Ayu baik-baik aja. Lagian kan gak mungkin Abang mau ninggalin Ayu" Bang Romi menghentikan langkahnya.

Senyumannya menampilkan lesung pipinya.

Topiku di tarik kebawah.

"Udah ah, udah siang. Kita sarapan dulu ya"

Selesai makan, aku tidak tau mau dibawa kemana lagi, tapi hatiku mengatakan aku bahagia ikut dengannya.

"Main basket sama Abang yok"

"Berdua?"

Bang Romi mengangguk dan mengajakku ke dalam lapangan.

Entah dari mana datangnya bola itu, sehingga ia mulai mendrible bola itu, dan melempar ke arahku.

"Ayo" ajaknya.

Aku yang tidak terlalu pintar dalam basket, mengikuti permainan bang Romi.

Sesekali ia mengambil bola yang sedang aku giring, dan aku harus mengejar bola itu.

Tepat pukul 10 siang.

Banner bertuliskan

"Ayu Amelia, maukah menjadi pacarku"

Balon-balon berwarna warni turun dari atas.

Seorang perempuan menyerahkan bunga kepada bang Romi.

"Apa-apaan ini, bang?" tanyaku

"Ayu, Abang udah kenal ayu, walau belum setahun, tapi, Abang merasa, Ayu sosok perempuan yang Abang cari. Maukah ayu menjadi teman dekat Abang. maukah ayu menjadi pacar Abang?"

Ia bersimpuh di depanku,

aku, aku harus bagaimana?

Aku menutup mataku.

"Kalo Ayu mau, ambil bunga ini, tapi kalo gak, ayu ambil setangkai" ucapan itu makin membuat detak jantungku tidak berirama seperti biasa, hentakan jantung itu makin kuat.

Huft.

Aku menghela nafas panjang.

Ku pegang dadaku yang makin tidak karuan.

Rasanya panas dingin.

Aku tidak pernah memikirkan sesuatu bakal terjadi seperti ini.

Pandangan lelaki itu masih tertuju padaku.

"Apa yang membuat Abang yakin, kepada ayu? Ayu tidak cantik, ayu cuek, ayu sembrono, apa Abang gak akan kecewa dengan pilihan Abang?"

Bang Romi menggeleng.

"Cinta. Karena cinta Abang ke Ayu, seperti hujan yang tiba-tiba datang. Abang sudah pikirkan matang-matang. Abang hanya menunggu jawaban dari Ayu."

"Bismillah." tanganku meraih ke arah bunga itu, setangkai bunga ku ambil.

Dan.

akhirnya dengan gemetar, aku ambil rangkaian bunga yang dipegangnya.

Tiba-tiba, teman-teman basket bang Romi keluar dari tempat yang aku tidak tau, dan tiba-tiba semua bertepuk tangan, membuat mukaku memerah. Malu. Aku menutup mukaku. Bang Romi memelukku dan aku sudah berada di pelukannya.

**Happy satnight all. Jangan lupa like dan komentar yang membangun ya.. Aku tunggu😍😍

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***