"ya sudah mas mau berangkat kerja dulu banyak pesenan minyak ini" pamit arif menghampiri sang istri yang masih terlihat mencerna ceritanya barusan
"iya mas, hati-hati semoga laris" zaenab pun tersenyum dan menyalami tangan suaminya dengan takzim
"jangan banyak pikiran, kita serahkan semua kepada Allah" arif mengusap lembut pundak zaenab dan mencium baby vino
arif pun beranjak pergi menggunakan motor roda tiganya dengan membawa banyak jirigen yang berisi minyak goreng yang akan dia antarkan ke toko-toko maupun ke pasar.
zaenab sebagai ibu rumah tangga dengan rutinitasnya di dalam rumah seperti biasa akan sibuk dengan pekerjaan rumahnya masih tak habis pikir dengan pola pikir sang suami. di sisi lain zaenab merasa heran baru kali ini ia bertemu dengan seseorang seperti asmat. apakah benar dia seorang kiayi yang derajatnya di sembunyikan oleh Allah? atau hanya dukun sakti yang bersekutu dengan jin.
zaenab galau memikirkan hal ini
...****...
zaenab resah karena suaminya belum juga pulang. namun ia tetap berusaha berpikiran baik. mungkin suaminya itu sedang mampir ke masjid untuk beristirahat. biasanya arif mampir ke masjid jika sudah datang waktu duhur dan berleyeh leyeh meregangkan otot sejenak.
hingga sore selepas ashar baru zaenab mendengar suara deru motor yang berhenti di halaman rumahnya. zaenab mengenali suara motor tersebut dan beranjak dari halaman belakang rumahnya untuk menyambut kedatanaga arif sang suami
"assalamualaikum " arif tersenyum dan menciumi baby vino yang sedang di gendong zaenab
"walaikumsalam" zaenab mencium tangan suaminya
."alhamdulillah.... minyaknya habis dik, tadi mas bawa dua puluh jirigen" dengan sumringah arif menceritakan dagangannya.
"alhamdulillah ya mas... " zaenab sambil tersenyum
"ini berkat pak asmat yang bantu kita" kata arif
"rejekinya di buka sama Allah mas" balas zaenab yang tidak terlalu percaya
"assalamualaikum..." vina datang dari arah luar menyalami kedua tangan orang tuanya
zaenab membuatkan teh hangat untuk keluarga kecilnya itu.
"waah tekonya baru ya bu? " vina penasaran di geser teko baru itu
"iya di kasih mbah ummi (ibu dari zaenab) tadi" jawab zaenab
"buu... sepatu sekolah vina rusak nih" vina menyodorkan sepatu yang sudah mulai luntur warnanya
"hhmmm udah saatnya ganti ini kak... minta ayah yuk" ajak zaenab
"yah... sepatu vina rusak, yuk ke kota beli sepatu baru" ajak vina dengan manja
"besok besok ya vin" kata arif sambil menyesap teh hangat buatan istrinya
vina merengut "padahal pingin jalan jalan juga sama adek... iya kan dek" vina yang mengajak adiknya main di lantai
"iya yang sabar dulu napa" jawab arif
***
setelah sholat isyak mereka berkumpul di ruang tamu sambil menonton televisi. rumah itu tak telalu besar hanya cukup untuk keluargan kecil arif dan zaenab.
"eh... kita main main ke pak asmat yuk" ajak arif
zaenab yang masih penasaran dengan segala yang menyangkut asmat itu mengangguk menuruti ajakan suaminya.
mereka berangkat dengan motor lamanya. di sepanjang jalan desa yang tak terlalu banyak rumah itu. mereka menikmati kebersamaan sambil bergurau kecil. dan sampailah di desa rawa yang tak terlalu jauh dari desa tempat arif tinggal.
"assalamualaikum " arif berdiri di pintu hanya tetutup kain gorden itu.
sementara zaenab menelisik rumah asmat yang terletak di tengah tanah lapang tak banyak rumah tetangga di situ. bangunan rumah yang berdinding asbes gazebok yang di paku di pilar pilar kayu sehingga tampak seperti dinding, tidak ada atap, tidak ada pintu hanya menggunakan kain gorden yang di gunakan sebagai sekat mulai dari pintu depan, pintu kamar dan dapur. terlihat jelas.walaupun zaenab masih belum masuk ke rumah kecil asmat ia sudah bisa melihat ke dalam rumah.
ia melihat di samping rumah banyak sekali plastik bekas seperti gelas dan botol keemasan. zaenab pikir mungkin banyak tamu yang datang ke rumah pak asmat hingga tak sempat membuang sampah sampah plastik itu.
"walaikumsalam" bu tuti keluar menggunakan daster lusuh yang warnanya sudah pudar.
"eehh... lee kamu toh" bu tuti nampak sedikit kaget karena arif datang bersama zaenab dan kedua anak mereka
"pak asmat ada bu?" tanya arif
"ada lee... tapi masih ada tahlilan di tetangga situ" dia menunjuk ke samping rumahnya
"kita tunggu boleh ya buu?" tanya arif
"iyaa iya gak apa apa, mari duduk di dalam. kasian anak anaknya biar gak di gigit nyamuk" ujar bu tuti lalu ia melangkah ke dapur untuk membuatkan geh hangat
sementara zaenab masih celingak celinguk melihat isi rumah yang sederhana itu. tidak ada barang mewah, hanya tv butut dan lemari plastik di sudut ruang tamu. lampu penerangan pun di dalam rumah hanya ada dua. satu di dapur dan satu ada di ruang tamu yang berada depan kamar. angin terasa masuk lewat cela cela genting yang bolong.
"astagfirullah... ini apa tidak kedinginan kalo malam begini. ini pasti bocor kalo sedang turun hujan" zaenab hanya membatin.
"di tunggu sebentar lagi pak matnya pasti langsung pulang setelah selesai. sambil di minum dulu ya.. maaf rumahnya sempit juga banyak nyamuk" ujar bu tuti sambil mempersilahkan arif dan zaenab ia membawa teh hangat dan cemilan kecil untuk anak anak mereka
setelah menunggu kira kira lima belas menit terdengar langkah mendekat
"assalamualaikum " sapa pak asmat dari luar rumahnya
"walaikumsalam " bu tuti, arif dan zaenab serentak menjawab
"ada tamu ternyata? maaf ya jadi nunggu" basa basi pak asmat
"gak apa apa pak... kita hanya silaturahmi" ujar arif
"gimana kerjanya le?" tanya pak asmat mengawali
"alhamdulillah pak... lancar berkat nantuan sampean" arif berkata dengan mata berbinar
"apa aku bilang... itu jualan kamu sepi kemaren kemaren ada yang gangguin" katanya meyakinkan
"inggih pak... semoga seterusnya berjalan dengan lancar" jawab arif
"kebetulan kamu kesini" kata asmat serius
"hmm? ada apa ya pak" arif penasaran
"tadi selepas sholat magrib tiba-tiba 'nabi' datang katanya ada hadiah untuk mu" ujar pak asmat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments