Episode 4 Kembali Muncul

Rumah mewah dengan bangunan klasik eropa yang berdiri tegak 3 lantai. Rumah itu sedikit terlihat horor dari luar, karena bangunan tersebut memilih cat netral. Apalagi pagar berwarna hitam yang menjulang tinggi ke atas.

Beberapa pria dengan pakaian senada jas hitam yang memakai earphone di bagian telinga mereka sejak tadi mondar-mandir yang cukup banyak berkeliling di kediaman rumah itu. Mungkin saja mereka adalah penjaga.

"Uhukkk!"

Seorang pria dengan perban di bagian kepalanya tiba-tiba terduduk yang mengeluarkan banyak darah.

"Bagaimana ini Kastara?" ucap seorang wanita dengan rambutnya di kucir satu yang memakai kemeja hitam yang senada dengan celananya terlihat panik mencoba untuk memegang pria yang sangat lebah itu.

"Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba kondisi Damian menurun seperti ini," sahut Kastara bingung.

"Sebaiknya kita bawa Damian ke rumah sakit. Jika tidak nyawanya bisa tidak tertolong," ucap Vanya memberi saran.

Darah yang keluar dari mulut Damian semakin banyak dan belum lagi dari hidungnya.

"Kita tidak mungkin membawanya ke rumah sakit. Mereka pasti sudah memantau kondisi Damian dan belum lagi kita harus berhadapan dengan Polisi, karena kekacauan yang sudah terjadi di rumah sakit," jawab Kastara.

"Lalau apa yang bisa kita lakukan untuk Damian, kamu lihat sejak tadi dia mengeluarkan darah yang begitu banyak. Tubuhnya juga semakin lemas," ucap Vanya yang semakin khawatir.

"Kamu jaga dia dan berikan obatnya untuk menahan rasa sakit. Aku akan kembali," ucap Kastara yang tidak mengatakan apa-apa dan langsung meninggalkan tempat itu.

"Kastara kamu kemana?"

"Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Damian? Apa yang harus aku lakukan?"

"Kastara!" teriakan Vanya yang tidak didengarkan Kastara yang tetap pergi keluar dari istana mewah itu.

"Kalian berjaga dengan hati-hati dan teliti. Jangan sampai ada penyusup yang masuk!" tegas Damian memberikan arahan kepada beberapa anak buah yang menjaga di depan pintu.

"Baik tuan," jawab mereka dengan menganggukkan kepala.

Damian yang tidak mengatakan apa-apa lagi langsung memasuki mobil yang terlihat buru-buru. Dia tiga langsung melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi.

***

Rumah sakit.

"Huhhhh benar-benar sangat melelahkan hari ini. Lagi dan lagi kita harus sampai lembur," keluh Andin yang memijat lehernya yang terlihat begitu pegal berjalan di sebelah Tavisha yang mana keduanya baru saja selesai melakukan operasi pada pasien.

"Suster Andin tidak boleh terus mengeluh seperti itu. Kita harus bersyukur masih diberi banyak kesempatan untuk bisa mengurus pasien dan bahkan menyelesaikan operasi dengan sangat baik," ucap Tavisha.

"Aduh, saya benar-benar heran dengan Dokter Tavisha, hati dan pikirannya entah terbuat dari apa. Dokter begitu sangat santai sekali menghadapi semua ini, Dokter tidak ada lelahnya dan tetap saja tersenyum di saat begitu banyaknya pasien dan bahkan Dokter masih bisa tersenyum dan berpikir positif walau lembur setiap hari," ucap Andin menghela nafas.

"Itu karena saya mensyukuri nikmat yang sudah diberikan, lembur juga merupakan nikmat. Suster juga harus sering-sering bersyukur agar tidak mengeluh seperti ini," ucap Tavisha memberi saran.

"Iya-iya," sahut Suster Andin.

"Baiklah Suster saya mau ke ruangan dulu dan langsung ganti baju," ucap Tavisha.

"Dokter mau langsung pulang?" tanya Suster.

"Apalagi yang harus ditunggu. Jika kerjaan sudah selesai maka diwajibkan untuk langsung pulang, kita harus beristirahat menggunakan waktu yang ada. Suster juga sebaiknya siap-siap dan langsung pulang, jadi tidak perlu mengeluh lagi," jawab Tavisha.

"Dokter pulang naik apa?" tanya Suster.

"Kebetulan mobil saya ada dibengkel. Jadi saya memesan grab, mungkin sebentar lagi sudah datang. Jadi saya harus buru-buru karena tidak enak membiarkan grab menunggu," jawab Tavisha.

"Baiklah kalau begitu saya juga siap-siap," sahut Suster yang membuat Tavisha menganggukkan kepala.

****

Tavisha yang duduk di jok belakang yang dekat dengan pintu terlihat begitu sangat lelah meletakkan siku tangannya di pintu sembari memijat kepalanya.

"Alhamdulillah hari ini pekerjaan berjalan dengan baik, pasien juga teratasi dengan baik dan alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar," ucapnya menghela nafas.

Chitttt

Tavisha kaget yang tiba-tiba saja mobil yang dia tumpangi merem mendadak dan hampir saja membuat Tavisha luka karena tersungkur ke depan.

"Astagfirullah! Ada apa ini. Pak?" tanya Tavisha.

"Maaf Nona. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan," jawab sopir tersebut yang terlihat begitu panik.

"Astagfirullah, kenapa mengendarai mobil tidak hati-hati. Ini bisa membahayakan orang lain juga," ucap Tavisha menghela nafas.

Tavisha melihat ke depan dan pengemudi dari mobil tersebut keluar dari mobilnya yang membuat Tavisha mengerutkan dahi.

"Bukankah dia...." lirih Tavisha yang ternyata masih mengenali Kastara yang sekarang berjalan menuju arah mobilnya dan Kastara yang langsung membuka pintu mobil di bagian Tavisha yang membuat wanita itu terlihat panik.

"Keluar!" titah Kastara.

"Apa yang Anda lakukan di sini dan kenapa menyuruhku keluar?" tanya Tavisha bingung.

"Aku bilang keluar!" tegas Kastara.

"Maaf tuan, tolong jangan ganggu penumpang saya," sahut Pak sopir yang bagaimanapun harus menolong penumpangnya.

Supir itu bahkan hendak keluar yang ingin membantu Tavisha. Tetapi dia tidak jadi melakukan hal itu saat tiba-tiba Kastara menodongkan pistol kepadanya yang membuat pria itu langsung takut dengan kesulitan menelan ludah.

"Aku tidak menyuruhmu untuk bergerak dan tetap diam di sana dan kau sekarang keluar dari sini!" tegas Kastara.

"Untuk apa aku harus menuruti kamu. Jika kamu membutuhkan mobil ini maka kamu bisa mencari yang lain," ucap Tavisha.

"Aku tidak butuh mobil ini yang aku butuhkan adalah kau dan sekarang aku bilang keluar!" tegas Kastara dengan volume suaranya yang semakin meninggi.

Tavisha tetap tidak ingin, bagaimanapun dia harus waspada dan apalagi jalanan tersebut sangat sepi yang sejak tadi tidak ada kendaraan yang lewat.

"Apa perlu aku menggendongmu!" ancam Kastara.

Tavisha yang tidak punya pilihan lain mengambil tasnya yang mau tidak mau harus keluar dari mobil tersebut dan Kastara mundur yang memberikan jalan.

"Kau sekarang jalanlah dan jika masalah ini sampai melebar atau kau berani macam-macam yang melapor pada Polisi. Kau akan menjadi mayat beberapa detik setelah kau berbicara!" ancam Kastara pada pengemudi tersebut yang membuatnya tangguhkan kepala dengan takut-takut.

Supir itu tidak ingin ikut campur, dengan tangan bergetar dia langsung menyalakan mesin mobilnya dan melaju secepat mungkin agar tidak mendapatkan masalah dari Kastara.

"Apa yang kamu lakukan yang menyuruh supir itu pergi?" tanya Tavisha.

"Jalan!" titah Kastara yang menodongkan pistol ke punggung Tavisha memberi arahan kepada wanita yang sejak tadi panik itu untuk berjalan menuju mobilnya.

"Cepat!" Kastara sudah menyentuhkan pistol itu pada punggung Tavisha yang mendorong sedikit tubuhnya dan mau tidak mau Tavisha harus mengikuti.

Kastara yang sudah membuka pintu mobil memberikan arahan kepada Tavisha mengunakan matanya untuk masuk.

"Mau kemana?" tanya Tavisha.

"Apa kau tidak bisa sekali saja jangan bertanya apapun. Jika aku menyuruhmu untuk masuk dan maka masuklah!" tegas Kastara.

"Kamu tidak bisa seenaknya memperlakukanku seperti ini. Aku tidak mau!" tegas Tavisha yang kali ini menolak.

"Kau ingin mati di tanganku?" tanya Kastara yang lagi-lagi memberikan ancaman.

"Silahkan saja jika memang sejak awal kamu menginginkan nyawaku," jawab Tavisha kali ini menantang Kastara yang tidak takut sama sekali dengan pria itu.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

aku deg degan tkt tavisha di apa apain

2025-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!