Hujan mengguyur pelan di luar gudang tua milik keluarga mafia Virelli. Di dalam, udara dipenuhi aroma logam dan dar*h yang mulai mengering. Di tengah ruangan, terikat ke kursi baja dengan borgol besi, duduk seorang pria muda berambut hitam berantakan.
Sunoo Kade. Omega. Pengkhianat. Informan dari organisasi saingan.
Meski bibirnya pecah dan pelipisnya berdarah, dia masih menatap ruangan dengan sorot mata penuh perlawanan. Tak ada rasa takut. Yang ada hanya… marah.
Pintu besar berderit terbuka. Sepatu mahal menginjak lantai basah. Dan masuklah pria yang membuat udara seisi ruangan seolah berhenti.
Sunghoon Virelli. Alpha. Kepala keluarga Virelli. Dingin, kejam, dan selalu menang.
Matanya menatap tajam ke arah Sunoo, lalu sudut bibirnya sedikit terangkat.
Sunghoon Virelli
Ini dia? Omega sialan yang coba menyusup ke gudang senjataku?
sunoo kade
*Meludah ke lantai* Sayang banget aku ketangkep. Padahal udah mau nyalain bom kecil buat nyentil egomu, Virelli.
Sunghoon tertawa pelan—dingin dan rendah. Dia berjalan perlahan, mengitari kursi tempat Sunoo duduk.
Sunghoon Virelli
Biasanya aku bunuh pengkhianat langsung. Tapi kau…
*Ia menunduk, menatap leher Sunoo yang mulai kemerahan.*
Sunghoon Virelli
Omega seperti kau menarik dengan cara… berbeda.
Sunoo menahan napas. Heat-nya mulai naik. Tubuhnya merespons tanpa sadar terhadap pheromone alpha yang memenuhi ruangan. Sunoo menggigit bibir—menolak tunduk. Tapi tubuhnya mulai gemetar.
Sunghoon menyadarinya.
Dia mendekat, merunduk di sisi Sunoo, berbisik nyaris menyentuh telinganya.
Sunghoon Virelli
Tubuhmu haus, bukan? Jangan khawatir. Aku suka omega yang tahu diri saat dia di bawah.
Sunoo menggertakkan gigi.
sunoo kade
Sialan.
Sunghoon mengangkat dagu Sunoo dengan dua jari. Mata mereka bertemu—penuh tensi, penuh api. Suara hujan di luar jadi jauh, hanya terdengar detak jantung liar dan tarikan napas berat.
Sunghoon Virelli
Gigit aku kalau kau berani, Kade. Tapi ingat… setelah itu, kau milikku.
Dan saat dia mengecup kasar bibir Sunoo, bukan cinta yang terasa—tapi dominasi, panas, dan perang yang belum selesai.
Comments