EP: 2

“Tingkat akurasinya?”

“Hampir 100% kalau negatif. Kalau positif, bisa sampai 99,99%.”

Ethan mengangguk pelan, tampak serius menyimak.

“Tapi,” lanjut Leo, “kalau kamu berniat membawa anak kecil untuk pengujian resmi, secara hukum kamu harus membawa dokumen identitas yang menyatakan kamu punya hak atas anak itu, dan menandatangani formulir persetujuan.”

“Irish jelas tidak akan mengizinkanku melakukan itu,” Ethan mendesah. “Makanya aku memanggilmu ke sini, Leo. Aku butuh bantuanmu.”

Ia tahu, sekalipun secara teknis tes bisa dilakukan tanpa dokumen, hasil dan kerahasiaan tes itu akan lebih terjamin jika Leo sendiri yang menanganinya langsung. Dan hanya Leo yang bisa dipercaya untuk merahasiakan semuanya.

Leo tersenyum tipis. “Tentu saja aku bisa bantu. Jujur, aku juga penasaran... apakah anak itu benar-benar darah dagingmu?”

“Kalau aku bisa ambil air liurnya atau rambutnya, itu sudah cukup, kan?” Ethan berdiri, tak sabar. Di benaknya, bayangan wajah kecil anak itu terus terbayang. Ia tidak pernah menyangka perasaan menjadi seorang ayah bisa begitu mendebarkan... meski sudah terlambat empat tahun.

Leo mengangguk dan menjelaskan, “Aku sarankan kamu pakai metode swab mulut. Kita sebut itu tes smear oral. DNA ada di setiap sel tubuh, dan akurasinya sama dengan sampel darah. Prosesnya simpel, tinggal usap bagian dalam pipi anak pakai cotton bud, dan DNA bisa dikumpulkan dari situ. Tidak sakit, dan paling cocok untuk anak kecil. Biasanya aku sendiri yang kumpulkan sampelnya di klinik, biar hasilnya terjaga.”

Leo menatap sahabatnya sejenak, lalu menyipitkan mata. “Tapi jangan bilang kamu mau bawa anak itu langsung ke rumah sakit buat diseka pipinya?”

Ethan cepat-cepat menggeleng. “Tentu saja tidak. Aku punya rencana lain.”

Sebelum Ethan sempat menjelaskan lebih jauh, terdengar ketukan di pintu ruangannya.

Ethan berbalik dan tersenyum kecil pada Leo. “Masuk.”

Pintu terbuka. Zayn sebagai manajer pemasaran masuk dengan map dokumen di tangannya.

“Pak, ini dokumen kerja sama kita dengan taman kanak-kanak. Semua berkas sudah siap, tinggal tanda tanganmu, dan proyek bisa dimulai.”

“Bagus,” ucap Ethan sambil membuka map itu dan membaca cepat. “Aku akan pergi ke lokasi hari ini untuk melihat langsung. Setelah itu, akan aku atur tugas selanjutnya untukmu.”

Zayn menatapnya sejenak. “Perlu saya temani ke sana?”

Zayn mengingat baik pesan Carisa. Saat Ethan keluar kantor, ia harus selalu menawarkan diri untuk mendampingi. Biasanya Ethan tak masalah ditemani, atau bahkan meminta asistennya untuk menemaninya. Tapi hari ini, berbeda.

Ethan melirik Zayn, lalu tersenyum ramah. “Tidak perlu. Kamu sudah bekerja keras menyiapkan ini semalam. Anggap saja ini libur setengah harimu. Pulanglah, jaga Carisa di vila.”

Zayn sempat ragu, ingin menolak. Tapi ketika mendengar perintah itu menyangkut Carisa, dia langsung mengangguk. “Baik, Pak.”

Ethan menepuk bahunya. “Istirahatlah. Terima kasih.”

Setelah Zayn keluar, Leo melipat tangan dan bersandar ke sofa. “Sepupu istrimu itu, setia sekali. Sangat perhatian pada Carisa.”

Ethan tersenyum samar. “Kami bertiga dulu teman di universitas. Zayn orang yang berdedikasi. Aku menghormatinya, dan dia melakukan banyak hal untuk perusahaan.”

Leo menyipitkan mata. “Tapi aneh juga ya. Carisa dan Zayn sepupuan?”

Ethan terkekeh kecil. “Ayah Carisa adalah saudara dari ibu Zayn."

Leo hanya mengangguk.

Ethan berdiri, memungut jasnya. “Ayo. Kita ke taman kanak-kanak.”

 

Di taman kanak-kanak...

Vivi dan Nathan sedang bermain balok kayu bersama teman-temannya. Tawanya renyah, polos seperti anak seusianya. Di sisi lain kelas, para guru sedang berbincang saat pintu mendadak terbuka dan sekelompok pria berjas masuk bersama kepala taman kanak-kanak.

Para guru segera berdiri, terkejut melihat siapa yang datang. Bahkan kepala sekolah terlihat gugup.

Beberapa bulan lalu, Irish datang ke sekolah ini dan memohon agar anaknya bisa diterima di sini. Ia bahkan membayar biaya tambahan yang cukup besar. Saat itu, kepala sekolah hanya menganggapnya sebagai seorang ibu biasa yang nekat.

Tapi hari ini, segalanya berubah. Ethan, pria paling berpengaruh di kota ini, menyumbangkan satu gedung baru untuk taman kanak-kanak mereka. Gratis. Dan dia akan datang sendiri ke lokasi.

Kini, kepala sekolah menyadari betapa beruntungnya mereka.

Kepala sekolah segera meminta guru untuk memanggil Vivi dan Nathan.

Guru TK mereka berjongkok, tersenyum selembut mungkin. “Vivi, Nathan, ada seorang paman yang ingin bertemu kalian. Boleh ya, kalian ikut guru ke ruang depan?”

Nathan sedikit mengernyit. “Kenapa kami?”

Vivi menambahkan, “Kenapa bukan anak lain?”

Guru mereka tampak sedikit bingung, lalu menjawab, “Karena kalian anak-anak yang paling sopan dan pintar. Kalian bisa mewakili teman-teman untuk menyapa paman yang sangat baik ini.”

Si kembar saling memandang lagi. Mereka tahu, itu bukan jawaban sebenarnya, tapi mereka tidak membantah.

“Baiklah,” gumam Nathan sambil menggenggam tangan adiknya.

Guru mereka tersenyum lega, lalu menggandeng mereka keluar kelas. Mereka dibawa ke depan sebuah pintu kantor yang dijaga beberapa staf dan orang dewasa berpakaian rapi.

Kepala taman kanak-kanak keluar dari ruangan itu dan berjongkok di depan mereka. “Nanti saat kalian masuk, bersikap baik ya. Paman ini adalah orang yang sangat baik, dia menyumbangkan gedung untuk taman bermain kalian.”

Vivi tidak menjawab. Nathan menunduk.

Kepala sekolah canggung sejenak, lalu berdiri dan membuka pintu. “Silakan masuk.”

Vivi dan Nathan melangkah masuk.

Di dalam ruangan itu, Ethan dan Leo sudah duduk menunggu.

Saat melihat si kembar masuk, Leo langsung terdiam. Wajahnya menegang. Ia melirik Ethan dengan pandangan tak percaya.

“Ethan…” bisiknya pelan. “Itu… itu kembar. Tapi... wajah mereka…”

Ethan hanya menatap Vivi dan Nathan dengan mata yang dalam. Ia sudah menduga sebelumnya. Tapi melihat langsung, melihat mata mereka, bentuk dagu, sorot tatapan mereka yang sama persis seperti dirinya, itu membuatnya terdiam.

Ia berjongkok, dan berusaha tersenyum ramah. “Hai. Kalian Vivi dan Nathan, ya?”

Vivi mengangguk. Nathan tetap diam, matanya mengamati Ethan dengan hati-hati.

“Kemarin, aku datang ke taman kanak-kanak kalian. Hari ini, aku ingin menyumbangkan sebuah gedung untuk kalian bermain. Kalian senang?”

“Guru-guru pasti senang,” jawab Vivi. “Tapi kami khawatir... biaya sekolah kami akan naik.”

Leo hampir tertawa, menahan napasnya agar tidak meledak. Ia menepuk lengan Ethan. “Kalau aku jadi kamu, aku langsung ambil sampel DNA sekarang. Anak-anak ini, benar-benar cetakanmu.”

Ethan tak membalas candaan itu. Tatapannya tetap tertuju pada si kembar. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, sesuatu yang menyesakkan.

“Aku bisa kasih kalian masing-masing gedung kalau kalian mau,” kata Ethan pelan.

Nathan menatapnya, lalu menjawab datar, “Mama bilang, kita tidak boleh menerima barang dari orang asing begitu saja.”

Ethan menelan ludah. Ia tahu, pembicaraan ini akan sulit.

“Ayah kalian…,” ia mulai dengan suara pelan, “kalian tahu di mana dia?”

Si kembar terdiam. Lalu, Vivi membuka suara dengan hati-hati.

“Mama bilang... ayah kami pergi sangat jauh dan belum kembali. Tapi suatu hari nanti, kalau kami ingin mencarinya, mama akan memberitahu di mana dia.”

Jawaban itu membuat Ethan hampir kehilangan kendali emosinya. Ia menarik napas dalam-dalam. “Kalau... kalau ayah kalian kembali, kalian mau bertemu dengannya?”

“Tidak,” jawab Nathan cepat.

Ethan terdiam, terpukul.

“Mama sudah cukup untuk kami,” lanjut Vivi. “Kami tidak butuh siapa pun lagi.”

Leo yang berada di belakang Ethan menatap si kembar dengan ekspresi kagum dan sedih bersamaan.

“Apakah karena mama kalian membenci ayah kalian, jadi kalian juga membencinya?” tanya Ethan dengan suara nyaris bergetar.

Vivi menggeleng pelan. “Mama tidak pernah mengajarkan kami untuk membenci siapa pun. Katanya, jangan menghukum diri sendiri hanya karena kesalahan orang lain.”

Jawaban itu menghantam hati Ethan seperti palu. Matanya memanas, tapi ia menahan semuanya dalam diam.

Leo menoleh dan berbisik pelan, “Violet, dia luar biasa. Mendidik anak-anak ini dengan kasih, bukan dendam.”

Ethan hanya mengangguk kecil. Dalam hati, ia tahu, ia telah kehilangan empat tahun berharga, dan tidak bisa menebusnya hanya dengan menyumbangkan sebuah gedung.

Setelah beberapa saat hening, Nathan melangkah maju. Ia menatap Ethan dengan tajam dan berkata, “Paman, tolong... jangan datang menemui kami lagi, ya?”

Ethan membeku. “Kamu... kamu membenciku?”

Nathan menggeleng. “Aku takut pada paman... Kemarin saat melihat paman dia jadi sedih.”

Kata-kata itu membuat Ethan tak bisa berkata-kata.

Padahal, ia tahu… dari dalam hati, anak-anak ini mungkin ingin mengenalnya lebih dekat. Tapi cinta mereka pada ibunya lebih besar dari rasa penasaran itu.

Ethan menunduk dalam-dalam. Setelah beberapa saat, ia berkata pelan, “Baik. Aku janji.”

Vivi mengulurkan tinjunya ke arah Ethan. “Pria sejati harus tepati janji.”

Ethan terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil dan menyambut tinju kecil itu dengan lembut. “Aku akan tepati ucapanku.”

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

menarik 👍👍

2025-07-11

0

lihat semua
Episodes
1 EP: 1
2 EP: 2
3 EP: 3
4 EP: 4
5 EP: 5
6 EP: 6
7 EP: 7
8 EP: 8
9 EP: 9
10 EP: 10
11 EP: 11
12 EP: 12
13 EP: 13
14 EP: 14
15 EP: 15
16 EP: 16
17 EP: 17
18 EP: 18
19 EP: 19
20 EP: 20
21 EP: 21
22 EP: 22
23 EP: 23
24 EP: 24
25 EP: 25
26 EP: 26
27 EP: 27
28 EP: 28
29 EP: 29
30 EP: 30
31 EP: 31
32 EP: 32
33 EP 33
34 EP: 34
35 EP: 35
36 EP: 36
37 EP: 37
38 EP: 38
39 EP: 39
40 EP: 40
41 EP: 41
42 EP: 42
43 EP: 43
44 EP: 44
45 EP: 45
46 EP: 46
47 EP: 47
48 EP: 48
49 EP 49
50 EP: 50
51 EP: 51
52 EP: 52
53 EP: 53
54 EP: 54
55 EP: 55
56 EP: 56
57 EP: 57
58 EP: 58
59 EP: 59
60 EP: 60
61 EP: 61
62 EP: 62
63 EP: 63
64 EP: 64
65 EP: 65
66 EP: 66
67 EP: 67
68 EP: 68
69 EP: 69
70 EP:70
71 EP: 71
72 EP: 72
73 EP: 73
74 EP: 74
75 EP: 75
76 EP: 76
77 EP: 77
78 EP: 78
79 EP: 79
80 EP: 80
81 EP: 81
82 EP: 82
83 EP: 83
84 EP: 84
85 EP: 85
86 EP: 86
87 EP:87
88 EP: 88
89 EP: 89
90 EP: 90
91 EP: 91
92 EP: 92
93 EP: 93
94 EP: 94
95 EP: 95
96 EP: 96
97 EP: 97
98 EP: 98
99 EP: 99
100 EP: 100
101 EP: 101
102 EP: 102
103 EP: 103
104 EP: 104
105 EP: 105
106 EP: 106
107 EP: 107
108 EP: 108
109 EP: 109
110 EP: 110
111 EP: 111
112 EP: 112
113 EP: 113
114 EP: 114
115 EP: 115
116 EP: 116
117 EP: 117
118 EP: 118
119 EP: 119
120 EP: 120
121 EP: 121
122 EP: 122
123 EP: 123
124 EP: 124
125 EP: 125
126 EP: 126
127 EP: 127
128 EP: 128
129 EP: 128
130 EP: 130
131 EP: 131
132 EP: 132
133 EP: 133
134 EP: 134
135 EP: 135
136 EP: 136
137 EP: 137
138 EP: 138
139 EP: 139
140 EP: 140
141 EP: 141
142 EP: 142
143 EP: 143
144 EP: 144
145 EP: 145
146 EP: 146
147 EP: 147
148 EP: 148
149 EP: 149
150 EP: 150
151 EP: 151
152 EP: 152
153 EP: 153
154 EP: 154
155 EP: 155
156 EP: 156
157 EP: 157
158 EP: 158
159 EP: 159
160 EP: 160
161 EP: 161
162 EP: 162
163 EP: 163
164 EP: 164
165 EP: 165
166 EP: 166
167 EP: 167
168 EP: 168
169 EP: 169
170 EP: 170
171 EP: 171
172 EP: 172
173 EP: 173
174 EP: 174
175 EP: 175
176 EP: 176
177 EP: 177
178 EP: 178
179 EP: 179
180 EP: 180
181 EP: 181
182 EP: 182
183 EP: 183
184 EP: 184
Episodes

Updated 184 Episodes

1
EP: 1
2
EP: 2
3
EP: 3
4
EP: 4
5
EP: 5
6
EP: 6
7
EP: 7
8
EP: 8
9
EP: 9
10
EP: 10
11
EP: 11
12
EP: 12
13
EP: 13
14
EP: 14
15
EP: 15
16
EP: 16
17
EP: 17
18
EP: 18
19
EP: 19
20
EP: 20
21
EP: 21
22
EP: 22
23
EP: 23
24
EP: 24
25
EP: 25
26
EP: 26
27
EP: 27
28
EP: 28
29
EP: 29
30
EP: 30
31
EP: 31
32
EP: 32
33
EP 33
34
EP: 34
35
EP: 35
36
EP: 36
37
EP: 37
38
EP: 38
39
EP: 39
40
EP: 40
41
EP: 41
42
EP: 42
43
EP: 43
44
EP: 44
45
EP: 45
46
EP: 46
47
EP: 47
48
EP: 48
49
EP 49
50
EP: 50
51
EP: 51
52
EP: 52
53
EP: 53
54
EP: 54
55
EP: 55
56
EP: 56
57
EP: 57
58
EP: 58
59
EP: 59
60
EP: 60
61
EP: 61
62
EP: 62
63
EP: 63
64
EP: 64
65
EP: 65
66
EP: 66
67
EP: 67
68
EP: 68
69
EP: 69
70
EP:70
71
EP: 71
72
EP: 72
73
EP: 73
74
EP: 74
75
EP: 75
76
EP: 76
77
EP: 77
78
EP: 78
79
EP: 79
80
EP: 80
81
EP: 81
82
EP: 82
83
EP: 83
84
EP: 84
85
EP: 85
86
EP: 86
87
EP:87
88
EP: 88
89
EP: 89
90
EP: 90
91
EP: 91
92
EP: 92
93
EP: 93
94
EP: 94
95
EP: 95
96
EP: 96
97
EP: 97
98
EP: 98
99
EP: 99
100
EP: 100
101
EP: 101
102
EP: 102
103
EP: 103
104
EP: 104
105
EP: 105
106
EP: 106
107
EP: 107
108
EP: 108
109
EP: 109
110
EP: 110
111
EP: 111
112
EP: 112
113
EP: 113
114
EP: 114
115
EP: 115
116
EP: 116
117
EP: 117
118
EP: 118
119
EP: 119
120
EP: 120
121
EP: 121
122
EP: 122
123
EP: 123
124
EP: 124
125
EP: 125
126
EP: 126
127
EP: 127
128
EP: 128
129
EP: 128
130
EP: 130
131
EP: 131
132
EP: 132
133
EP: 133
134
EP: 134
135
EP: 135
136
EP: 136
137
EP: 137
138
EP: 138
139
EP: 139
140
EP: 140
141
EP: 141
142
EP: 142
143
EP: 143
144
EP: 144
145
EP: 145
146
EP: 146
147
EP: 147
148
EP: 148
149
EP: 149
150
EP: 150
151
EP: 151
152
EP: 152
153
EP: 153
154
EP: 154
155
EP: 155
156
EP: 156
157
EP: 157
158
EP: 158
159
EP: 159
160
EP: 160
161
EP: 161
162
EP: 162
163
EP: 163
164
EP: 164
165
EP: 165
166
EP: 166
167
EP: 167
168
EP: 168
169
EP: 169
170
EP: 170
171
EP: 171
172
EP: 172
173
EP: 173
174
EP: 174
175
EP: 175
176
EP: 176
177
EP: 177
178
EP: 178
179
EP: 179
180
EP: 180
181
EP: 181
182
EP: 182
183
EP: 183
184
EP: 184

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!