Bab 4 - Aku Ingin Pergi ke Sekolah

Pintu mobil didorong terbuka dari dalam.

Adrian turun dengan ekspresi dingin yang seperti biasa.

Kancing kemeja putihnya terbuka dua, jas hitam tergantung santai di lengannya yang kekar.

Seorang kepala pelayan segera menyambut, mengambil jas dari lengannya dengan sikap hormat, lalu mengikuti langkahnya menuju ruang tamu.

"Bagaimana keadaannya?"

Suara Adrian tenang, tapi jelas ditujukan untuk Nayla.

"Nona Nayla sejak pagi hanya berada di kamar. Tidak keluar sama sekali," jawab kepala pelayan hati-hati.

"Tidak makan?" Dahi Adrian mengerut.

"Hanya makan sedikit."

"Baik. Kau boleh pergi."

"Ya, Tuan."

Mendengar bahwa Nayla hanya makan sedikit, ekspresi Adrian berubah muram.

Dia tahu Nayla memang punya masalah lambung sejak dulu, dan kondisi seperti ini jelas tidak boleh dibiarkan.

Dengan langkah panjang, Adrian berbalik hendak naik ke lantai dua.

Namun, di saat dia baru mengangkat kepala——

Dia melihat sosok bergaun putih di ujung tangga.

Nayla berdiri di depan anak tangga paling atas.

Jarak mereka hanya terpisah sepuluh anak tangga.

Yang membuat Adrian tertegun adalah——Nayla yang hari ini,berbeda.

Penampilannya kembali rapi seperti dulu.

Raut wajahnya pun tidak lagi terlihat lelah atau kusam.

"Turun dan makan," perintah Adrian.

Namun suaranya terdengar agak serak.

Nayla tak menjawab. Dia hanya menuruti. Melangkahkan kaki perlahan, menuruni satu per satu anak tangga.

Adrian tetap berdiri di tempat. Tatapannya tak lepas dari wajah Nayla.

Hari ini, Nayla terlihat lebih segar. Wajahnya cerah dan manis.

Gaun putih Chanel keluaran terbaru yang melekat di tubuhnya berkilau di bawah cahaya.

Kulitnya putih seperti salju, penampilannya memukau.

Saat langkah terakhir menjejak lantai, Nayla berhenti tepat di depan Adrian.

Dia berpura-pura terkejut, lalu menatap matanya sambil berkata pelan,

"Kenapa? Ada yang aneh?"

Adrian tak menjawab, hanya menatapnya dalam diam.

Nayla menundukkan kepala dengan ekspresi sedikit malu.

"Aku hari ini nggak pakai makeup... kelihatannya aneh, ya?"

Para pembantu yang berada tak jauh dari sana hampir menjatuhkan dagu mereka.

Sejak kemunculan Nayla di atas tangga hingga sekarang, mereka semua menahan diri untuk tidak berbisik-bisik——

Tapi dalam hati mereka gempar bukan main.

Selama ini, beberapa pembantu muda yang menyukai Tuan Adrian merasa Nayla sama sekali tidak pantas berada di sisinya.

Dengan wajah aneh dan gaya berantakan, bagaimana mungkin Nona Nayla pantas menjadi istri Tuan Adrian?

Tapi hari ini…

Nayla turun dengan wajah polos tanpa riasan, dan penampilannya——

Para pembantu: "......"

Ternyata, Nona Nayla bukanlah gadis yang jelek.

Masalahnya hanyalah satu—selera rias dan gayanya benar-benar buruk.

Sementara gadis lain menggunakan makeup untuk mempercantik diri, Nayla justru menggunakan riasan yang memperburuk penampilannya.

Alih-alih menonjolkan kecantikannya, dia malah menyembunyikannya di balik warna-warna yang tak cocok dan gaya yang kacau.

Kini, saat para pelayan melihat wajah Nayla tanpa riasan apa pun, mereka terdiam.

Kulit wajahnya putih bersih, pipinya tampak bersemu merah muda seperti gadis pemalu.

Wajahnya terlihat lembut, manis, dan begitu mudah membuat orang ingin lebih dekat dengannya.

"Makan."

Adrian akhirnya mengalihkan tatapannya, lalu berkata dingin kepada Nayla.

"Iya," jawab Nayla dengan suara pelan.

Dia melangkah kecil menuju meja makan, matanya tenang namun menyimpan sedikit kilatan licik yang nyaris tak terlihat.

Di meja makan, Adrian mulai mengambilkan makanan untuk Nayla.

Kebanyakan daging, hanya sesekali diselingi sayur.

Nayla menatap mangkuknya yang isinya perlahan menumpuk seperti gunung kecil.

Dalam hati, dia mengeluh berkali-kali. Dia memang tidak terlalu suka makan daging,tetapi karena makanan itu diberikan langsung oleh Adrian, dia tidak berani menolak.

Akhirnya dia pun makan dengan terpaksa, tetap berpura-pura seolah menyukainya.

Di kehidupan keduanya ini, pandangan Nayla mulai berubah sedikit demi sedikit.

Kalau dilihat dari sudut pandang baru, Adrian sebenarnya bukan pria yang benar-benar jahat.

Dia memang punya perasaan terhadap Nayla—hanya saja caranya menyampaikan itu… sangat salah.

Kesalahan itulah yang menyebabkan Nayla merasakan penderitaan tanpa akhir di kehidupan sebelumnya.

Itulah sebabnya, dulu Nayla tidak pernah benar-benar bertanya pada dirinya sendiri:

"Apakah aku pernah mencintai Adrian?"

Di kehidupan itu, Nayla terlalu sibuk mengejar cinta pertamanya—Rayyan.

Perhatiannya hanya tertuju pada pria lain, tanpa pernah menyadari siapa yang benar-benar peduli padanya.

Kini, Nayla dengan tenang menghabiskan semua makanan di mangkuknya.

Saat ia mengangkat kepala, dia melihat wajah Adrian menunjukkan sedikit ekspresi puas.

Dia memberanikan diri menatapnya, lalu bertanya pelan:

"Bolehkah aku meminta sesuatu darimu?"

Adrian meletakkan sumpitnya dan menatapnya tajam.

Dia tidak bicara, tapi memberi isyarat agar Nayla melanjutkan.

"Aku... aku ingin pergi ke kampus. Aku ingin kuliah."

Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, jantung Nayla langsung berdebar kencang.

Meskipun ini kehidupan kedua, dia tetap tidak bisa bersikap santai di hadapan Adrian.

Dia masih takut.

Takut Adrian akan langsung menolak.

Dan saat ini, Nayla belum punya kekuatan untuk melawan.

"Nayla."

Suara Adrian terdengar rendah namun penuh tekanan.

Dia perlahan berdiri dari kursinya, lalu mencondongkan tubuh ke arah Nayla melewati meja makan.

Tangan kirinya terulur, mencengkeram dagu Nayla dengan gerakan yang tegas.

Tatapannya dingin—dan cukup untuk membuat tubuh Nayla menegang tanpa sadar.

Terpopuler

Comments

Alea Thya

Alea Thya

Bikin susah move-on, semoga cepat update lagi ya thor!

2025-06-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Mimpi Buruk
2 Bab 2 - Jangan Mengulangi Kesalahan yang Sama
3 Bab 3 - Saatnya Berubah
4 Bab 4 - Aku Ingin Pergi ke Sekolah
5 Bab 5 - Kecantikannya
6 Bab 6 - Pesta Malam
7 Bab 7 - Aku Tidak Menyukaimu
8 Bab 8 - Tamparan Ini untukmu, Pria Brengsek
9 Bab 9 - Dalam Dekapan Uap
10 Bab 10 - Mencukur Janggutnya
11 Bab 11 - Godaan Kecantikan
12 Bab 12 - Terbakar Amarah
13 Bab 13 - Ketenangan Sebelum Badai
14 Bab 14 - Dalam Kewaspadaan
15 Bab 15 - Mencari Perlindungan
16 Bab 16 - Bahaya Semakin Dekat
17 Bab 17 - Bar
18 Bab 18 - Api Hasrat
19 Bab 19 - Panik dan Kebingungan
20 Bab 20 - Kenangan
21 Bab 21 - Mengeringkan Rambut
22 Bab 22 - Peringatan
23 Bab 23 - Penyelidikan
24 Bab 24 - Penyamaran
25 Bab 25 - Amarah
26 Bab 26 - Api Cemburu di Matanya
27 Bab 27 - Bekal Makan
28 Bab 28 - Dewa Angin
29 Bab 29 - Keracunan Makanan
30 Bab 30 - Dirawat di Rumah Sakit
31 Bab 31 - Ketakutan yang Kembali Membara
32 Bab 32 - Kekhawatiran yang Tak Terucap
33 Bab 33 - Interogasi
34 Bab 34 - Kebenaran atau Kebohongan?
35 Bab 35 - Tawar-menawar
36 Bab 36 - Ingatan
37 Bab 37 - Aku Membencimu
38 Bab 38 - Mimpi Buruk
39 Bab 39 - Rindu
40 Bab 40 - Rahasia Hatinya
41 Bab 41- Seperti Mimpi
42 Bab 42 - Kesadaran
43 Bab 43 - Zona Terakhir
44 Bab 44 - Laptop
45 Bab 45 - Suatu Kehormatan
46 Bab 46 - Cemburu
47 Bab 47 - Aku Tidak Akan Pergi Darimu
48 Bab 48 - Pulang
49 Bab 49 - Krisis Baru
50 Bab 50 - Ciuman Selamat Pagi
51 Bab 51 - Kembali ke Kampus
52 Bab 52 - Forum Online Kampus
53 Bab 54 - Orang Tua
54 Bab 55 - ID NekoNeko98
55 Bab 56 - Perundungan di Sekolah
56 Bab 57 - Gejolak di Kampus
57 Bab 58 - Belajar dengan Sungguh-sungguh
58 Bab 59 - Gadis Nakal
59 Bab 60 - Terlalu Curiga
60 Bab 61 - Pengagum Rahasia
61 Bab 62 - Gym Tinju
62 Bab 63 - Sekeren Itu, Ya?
63 Bab 64 - Gosip Menyebar
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1 - Mimpi Buruk
2
Bab 2 - Jangan Mengulangi Kesalahan yang Sama
3
Bab 3 - Saatnya Berubah
4
Bab 4 - Aku Ingin Pergi ke Sekolah
5
Bab 5 - Kecantikannya
6
Bab 6 - Pesta Malam
7
Bab 7 - Aku Tidak Menyukaimu
8
Bab 8 - Tamparan Ini untukmu, Pria Brengsek
9
Bab 9 - Dalam Dekapan Uap
10
Bab 10 - Mencukur Janggutnya
11
Bab 11 - Godaan Kecantikan
12
Bab 12 - Terbakar Amarah
13
Bab 13 - Ketenangan Sebelum Badai
14
Bab 14 - Dalam Kewaspadaan
15
Bab 15 - Mencari Perlindungan
16
Bab 16 - Bahaya Semakin Dekat
17
Bab 17 - Bar
18
Bab 18 - Api Hasrat
19
Bab 19 - Panik dan Kebingungan
20
Bab 20 - Kenangan
21
Bab 21 - Mengeringkan Rambut
22
Bab 22 - Peringatan
23
Bab 23 - Penyelidikan
24
Bab 24 - Penyamaran
25
Bab 25 - Amarah
26
Bab 26 - Api Cemburu di Matanya
27
Bab 27 - Bekal Makan
28
Bab 28 - Dewa Angin
29
Bab 29 - Keracunan Makanan
30
Bab 30 - Dirawat di Rumah Sakit
31
Bab 31 - Ketakutan yang Kembali Membara
32
Bab 32 - Kekhawatiran yang Tak Terucap
33
Bab 33 - Interogasi
34
Bab 34 - Kebenaran atau Kebohongan?
35
Bab 35 - Tawar-menawar
36
Bab 36 - Ingatan
37
Bab 37 - Aku Membencimu
38
Bab 38 - Mimpi Buruk
39
Bab 39 - Rindu
40
Bab 40 - Rahasia Hatinya
41
Bab 41- Seperti Mimpi
42
Bab 42 - Kesadaran
43
Bab 43 - Zona Terakhir
44
Bab 44 - Laptop
45
Bab 45 - Suatu Kehormatan
46
Bab 46 - Cemburu
47
Bab 47 - Aku Tidak Akan Pergi Darimu
48
Bab 48 - Pulang
49
Bab 49 - Krisis Baru
50
Bab 50 - Ciuman Selamat Pagi
51
Bab 51 - Kembali ke Kampus
52
Bab 52 - Forum Online Kampus
53
Bab 54 - Orang Tua
54
Bab 55 - ID NekoNeko98
55
Bab 56 - Perundungan di Sekolah
56
Bab 57 - Gejolak di Kampus
57
Bab 58 - Belajar dengan Sungguh-sungguh
58
Bab 59 - Gadis Nakal
59
Bab 60 - Terlalu Curiga
60
Bab 61 - Pengagum Rahasia
61
Bab 62 - Gym Tinju
62
Bab 63 - Sekeren Itu, Ya?
63
Bab 64 - Gosip Menyebar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!