Masuk Pesantren

"Gak mau!" teriak Riana.

"Ayah dan bunda sudah tidak bisa mengatasimu Riana, di pesantren nanti kamu juga akan sekolah seperti biasanya. Hanya saja setelah sekolah kamu akan di bimbing untuk mengenal agama," ulas Bu Eva sambil memasukkan baju panjang dan jilbab terakhir dari dalam lemari Riana ke dalam koper.

"Pokoknya Riana ga mau ke pesantren," ucap Riana sambil melempar baju gamis dan jilbab yang sebelumnya di berikan Bu Eva padanya.

"Kalau kamu tidak mau masuk pesantren, ayah tidak akan ijinkan kamu keluar rumah atau bahkan sekolah. Ayah juga tidak akan memberikan uang padamu sama sekali," ancam pak Bagas penuh emosi.

Riana ketakutan melihat kemarahan ayahnya. Dengan terpaksa mengambil gamis dan jilbab yang berserakan di lantai. Masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya. Selesai berganti baju, Riana segera keluar sebelum mendengar teriakan orang tuanya meledak kembali.

Pak Bagas keluar dari kamar Riana lebih dulu. Di belakang, Bu Eva dan Riana sambil membawa kopernya berjalan beriringan ikut turun dan pergi sarapan dulu ke ruang makan. Selesai sarapan pak Bagas segera keluar untuk menyalakan mesin mobil dan menunggu Riana beserta Bu Eva selesai menyantap sarapannya.

Selesai sarapan, Riana dan Bu Eva ke depan menyusul pak Bagas. Masuk ke mobil dan pak Bagas melajukannya keluar dari rumah. sepanjang perjalanan Riana terdiam dan dalam hatinya sangat kesal dengan keputusan kedua orang tuanya mengirim ke pesantren.

Mobil pak Bagas telah sampai di depan gerbang masuk pesantren. Ia yakin memasukkan Riana ke pesantren tersebut karena salah satu ustadz adalah teman masa kecilnya. Setelah memarkir mobilnya, pak Bagas meminta Riana dan Bu Eva keluar dari mobil. Dan mereka masuk ke pesantren bersama-sama.

"Bagas!" teriak seorang pria paruh baya dari atas. Pak Bagas melihat sahabatnya berada di gedung lantai dua melambaikan tangan padanya. Lalu, pak Bagas dan pria tersebut berjalan saling mendekat.

"Kamu jadi masukin putrimu ke pesantren?"

"Jadilah Hen, udah pusing aku ngadepin kelakuannya. Sebenarnya agak berat karena baru kali ini aku bakal berpisah dengannya, tapi kalau ga gini mau gimana lagi." Pak Bagas melirik Riana yang melengos kesal saat tau ayahnya meliriknya.

"Aku kemarin juga sudah bilang masalahmu ke kyai. Beliau juga ingin mencoba dulu mendidik putrimu, siapa tau bisa berubah sedikit lebih baik. Kamu tidak ingin bertemu dulu dengan kyai, Gas?"

"Hari ini aku ada urusan penting, besok atau lusa saja aku kesini lagi, yang penting hari ini aku antar dulu Riana. Tolong ikut awasi dia juga, Hen."

"Oke, siap. Pokoknya kamu tenang saja, Riana akan aku awasi seperti aku mengawasi putriku sendiri." Pak Bagas tersenyum dan menjabat tangan pak Hendra.

Pak Bagas mendekati Riana yang cemberut dan menekuk wajahnya sejak keluar dari mobil. Lalu, pak Bagas berkata, "Ri, kamu baik-baik ya disini. Semoga setelah dari sini kamu bisa berubah dan mengerti bagaimana seharusnya anak perempuan bersikap dan berucap."

Riana tidak menyahut, hanya tatapan datar dan membuang muka saat ayahnya berbicara dengannya. Setelah pak Bagas mencium kening Riana, bu Eva mendekati Riana dan hanya memeluknya erat. Di pelukan bundanya, Riana menitikkan air mata, namun ia segera mengelapnya dengan kasar.

Setelah berpamitan dengan putrinya, pak Bagas dan Bu Eva segera masuk ke mobil. Riana terus menatap mobil orang tuanya hingga tak terlihat dari pandangannya. Pak Hendra yang di beri tanggung jawab untuk menjaga Riana oleh pak Bagas mendekati Riana.

"Ayo Riana, bapak antar ke kamarmu."

"Ga mau," jawab Riana ketus.

"Ayahmu sudah mendaftarkan mu kesini, jangan khawatirkan apapun Riana. Anggap saja bapak ini seperti ayahmu, kalau ada apa-apa kamu bisa lapor ke bapak."

"Dibilang ga mau ya ga mau," bentak Riana dan membuat pak Hendra terkejut.

"Astaghfirullah, Riana coba dulu masuk dan berbaur dengan anak-anak sholehah disini. Bapak yakin kamu akan betah dan sedikit demi sedikit bisa mengubah kebiasaan dan perilakumu." Pak Hendra berusaha meyakinkan Riana, namun Riana tetap tak bergeming dan menyahutnya.

"Kamu benar-benar tidak mau masuk Riana?"

"Ya."

"Baiklah, bapak telfon ayahmu sekarang. biar beliau datang kesini lagi dan menjemputmu." pak Hendra merogoh saku dan mengambil hpnya. Lalu, memanggil pak Bagas dan secara tiba-tiba Riana menyambar hp pak Hendra mematikan panggilan telfon ke nomer pak Bagas.

"Oke, oke... Aku mau masuk sekarang, ga usah lapor ke ayah segala," sungut Riana.

"Nah, gitu dong. Ayo kita masuk dan bapak antar ke kamarmu."

Pak Hendra berjalan di depan dan Riana mengekor di belakangnya. Sepanjang perjalanan Riana menatap ke kanan dan kiri, sama sekali tidak ada yang menarik perhatian nya. Saat berpapasan dengan rombongan santri laki-laki, Riana tidak minggir hingga bertabrakan, pak Hendra menghentikan langkahnya dan memberi penjelasan pada santri yang di tabrak Riana.

"Riana, kalau berpapasan dengan rombongan santri laki-laki, seharusnya Riana minggir supaya tidak bersentuhan."

"Kenapa aku yang minggir, mereka aja yang ga punya mata."

"Allahu Akbar, astaghfirullah...." pak Hendra mengelus dadanya dan berdoa supaya tidak tersulut emosi berhadapan dengan Riana.

Lalu, pak Hendra segera mengajak Riana ke kamarnya. Sampai di depan kamar Riana melongo melihat ke dalam. Pak Hendra memintanya masuk karena di dalam sudah ada banyak santriwati sedang belajar. Karena Riana berdiri mematung, pak Hendra mau tidak mau mendorong pelan Riana masuk. Dan menyuruh Riana menaruh kopernya di salah satu kasur yang kosong di kamar tersebut.

"Om, apa disini ga ada satu kamar diisi satu orang gitu? Aku ga bisa tidur kalau rame-rame begini," celetuk Riana.

Pak Hendra menghela napasnya dan berkata, "Riana, ini pesantren, Nak. Bukan hotel."

Seketika santriwati yang ada di kamar tertawa terpingkal. Namun tidak dengan Riana yang makin kesal karena mulai hari ini akan tidur dengan banyak orang dalam satu kamar. Dengan kasar Riana membuka koper dan menatanya di lemari dekat kasurnya.

"Riana, besok kamu mulai sekolah, hari ini cukup di kamar dan nanti kalau sudah waktunya sholat kamu keluar ikut berjamaah di masjid."

"Sekolahnya dimana, Om?"

"Disini ada yang sepantaran denganmu, tapi anaknya sedang ga ada disini. Nanti aku suruh dia menemanimu ke sekolah besok."

Setelah berpesan pada Riana, Pak Hendra melangkah keluar kamar. Lalu, mengurus surat-surat perpindahan Riana dari sekolah lama ke sekolah baru yang masih satu lingkup dengan pesantren. Dalam hatinya berharap Riana bisa berubah supaya tidak mengecewakan temannya, namun melihat dan mendengar ucapan Riana ia sedikit berkecil hati.

Sementara Riana sudah selesai menata pakaiannya sendiri dan duduk di kasur mencari hpnya di tas. Salah satu santriwati mendekat dan memperkenalkan dirinya. "Hai, namaku Aisyah, nama kamu siapa?"

"Ga nanya, sana pergi!"

Terpopuler

Comments

iqueena

iqueena

Pak Hendra, kalau tidak sanggup lambaikan tangan ke kamera ya🤣

2025-07-31

0

PjMaha

PjMaha

Syuka. untuk pertama kalinya baca di noveltoon Nemu cerita ini 🤩🥳

2025-07-30

1

Alyanceyoumee

Alyanceyoumee

ya ampun Riana senil amat sama yang mau beramah tamah 😄😄

2025-07-30

1

lihat semua
Episodes
1 Dipanggil guru
2 Masuk Pesantren
3 Jilbab Panas
4 Ustadz Zaki
5 Mulai Sekolah
6 Tausiyah Bu Nyai
7 Keusilan Riana
8 Dikerjain Daffa
9 Terimakasih, ustadz Zaki
10 Kangen Riana
11 Monster Kelaparan
12 Kedatangan Keluarga Hasna
13 Kecemburuan Riana
14 Riana patah hati
15 Persiapan pertunangan ustadz Zaki
16 Pertunangan ustadz Zaki dan Hasna
17 Lingerie dan Mawar Hitam
18 Princess Riana
19 Dijemput Pulang
20 Perjodohan Riana
21 Menolak di jodohkan
22 Pasrah
23 Ungkapan Cinta Rafly
24 Get Well Soon, ustadz Zaki
25 Di bujuk ustadz Daffa
26 Pengakuan ustadz Zaki
27 Merindukan ustadz Zaki
28 Cintanya ustadz Daffa
29 Ingin ke Gaza
30 Terbayang ustadz Zaki
31 Aku sayang ustadz Zaki
32 Pacaran
33 Rencana melamar Riana
34 Di ganggu ustadz Zaki
35 Kemana ustadz Zaki
36 Ustadz Zaki Menyebalkan
37 PDKT ke Riana
38 Kenalan baru Aira
39 Melamar Riana
40 Kedatangan kakak Kyai
41 Kebersamaan Riana dan ustadz Zaki
42 Isi hati ustadz Arman
43 Shabira
44 Di buatin cilok ustadz Zaki
45 Istri kedua
46 Dilarang!!
47 Dimana ustadz Arman?
48 Ustadz Zaki kecewa
49 Rahasia Shabira
50 Rencana Shabira
51 Pesona Mas Arman
52 Ahya Hilang
53 Ahya dan Riana
54 Ditemukan!!
55 Kembali Hangat
56 Riana Sakit Hati
57 Dijenguk ustadz Zaki
58 Makin Dekat
59 Pengajian
60 PERNIKAHAN (ENDING)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Dipanggil guru
2
Masuk Pesantren
3
Jilbab Panas
4
Ustadz Zaki
5
Mulai Sekolah
6
Tausiyah Bu Nyai
7
Keusilan Riana
8
Dikerjain Daffa
9
Terimakasih, ustadz Zaki
10
Kangen Riana
11
Monster Kelaparan
12
Kedatangan Keluarga Hasna
13
Kecemburuan Riana
14
Riana patah hati
15
Persiapan pertunangan ustadz Zaki
16
Pertunangan ustadz Zaki dan Hasna
17
Lingerie dan Mawar Hitam
18
Princess Riana
19
Dijemput Pulang
20
Perjodohan Riana
21
Menolak di jodohkan
22
Pasrah
23
Ungkapan Cinta Rafly
24
Get Well Soon, ustadz Zaki
25
Di bujuk ustadz Daffa
26
Pengakuan ustadz Zaki
27
Merindukan ustadz Zaki
28
Cintanya ustadz Daffa
29
Ingin ke Gaza
30
Terbayang ustadz Zaki
31
Aku sayang ustadz Zaki
32
Pacaran
33
Rencana melamar Riana
34
Di ganggu ustadz Zaki
35
Kemana ustadz Zaki
36
Ustadz Zaki Menyebalkan
37
PDKT ke Riana
38
Kenalan baru Aira
39
Melamar Riana
40
Kedatangan kakak Kyai
41
Kebersamaan Riana dan ustadz Zaki
42
Isi hati ustadz Arman
43
Shabira
44
Di buatin cilok ustadz Zaki
45
Istri kedua
46
Dilarang!!
47
Dimana ustadz Arman?
48
Ustadz Zaki kecewa
49
Rahasia Shabira
50
Rencana Shabira
51
Pesona Mas Arman
52
Ahya Hilang
53
Ahya dan Riana
54
Ditemukan!!
55
Kembali Hangat
56
Riana Sakit Hati
57
Dijenguk ustadz Zaki
58
Makin Dekat
59
Pengajian
60
PERNIKAHAN (ENDING)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!