Jilbab Panas

"Apa yang kamu cari?" Aisyah masih tetap berdiri di samping Riana meskipun di suruh pergi olehnya.

"Hpku kog ga ada ya," jawab Riana sambil terus mencari-cari di tasnya. Lalu, menyibak satu-persatu bajunya dan memeriksa koper yang sebelumnya ia taruh di kolong kasur.

"Mungkin udah di ambil sama orang tuamu sebelum mengantarmu kesini. Di pesantren emang ga boleh bawa hp."

"Trus kalau kita ada apa-apa gimana caranya ngomong ke orang tua?" Riana menatap Aisyah dan berkacak pinggang di hadapannya.

"Bisa lewat pengurus atau tulis surat, nanti akan dikirim ke alamat rumahmu sama pengurus," jelas Aisyah.

"Oh my Gosh... Trus aku harus hidup kaya di jaman batu gitu? Ga ada hp, ga ada tv, ga ada laptop? Trus kita disini hiburannya apa? Atau seminggu sekali ngadain konser?"

Suasana kamar yang sebelumnya sedikit hening manjadi ramai karena tertawa mendengar ocehan Riana. Termasuk Aisyah yang tidak bisa menahan tawanya. Aisyah mendekati Riana dan menggenggam lengannya.

"Kita disini belajar. Belajar tentang ilmu agama dan juga sekolah seperti kamu sekolah di sekolahmu sebelumnya. Besok kamu mulai masuk sama Aira. Tapi anaknya masih diluar, bentar lagi juga balik. Nanti kamu kenalan aja sama dia."

"Ck, ga seru!?! Apa-apaan hidup model begini," gerutu Riana menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Aisyah duduk di sebelah Riana dan mengajak mengobrol. Saat itu juga Riana mulai membuka diri dan memperkenalkan namanya pada Aisyah.

Tidak lama kemudian Aira yang di sebutkan oleh Aisyah masuk. Menghampiri Aisyah yang duduk bersebelahan dengan Riana. "Syah, ayo masak. Aku baru aja pulang dari pasar," ucap Aira.

"Nah, Riana. Ini Aira yang akan jadi teman sekelas mu besok." Aisyah menunjuk Aira dan keduanya saling tatap. Aira tersenyum pada Riana, sedangkan Riana tetap menunjukkan wajah datarnya.

"Trus, kamu kog ga belajar? Malah baru pulang dari pasar?" Riana mulai bicara dengan Aira.

"Tadi pelajarannya cuma dikit dan pulang pagi, jadi aku bisa ke pasar beli bahan yang habis. Sekarang ayo kamu juga ikutan masak!"

"Nggak," jawab Riana ketus.

"Ayo Riana, daripada disini nanti kamu bosan loh!"

Setelah berpikir dan menimbang perkataan dua teman barunya. Akhirnya Riana setuju ikut dengan keduanya. Mereka bertiga keluar kamar menuju dapur, namun Aira dan Aisyah tidak menyadari kalau Riana yang berjalan mengekor di belakang mereka tidak mengenakan jilbabnya.

"Kamu anak baru ya? Jilbabnya mana kog ga dipake?" tegur santriwati yang berpapasan dengan mereka bertiga, Aira dan Aisyah terkejut baru menyadari kalau Riana keluar tak berjilbab.

"Nggak, disini panas. Kalau aku pake jilbab ntar malah banyak keringatnya," jawab Riana.

"Nanti aku ambilin ke kamar, Kak." Aisyah tersenyum dan menarik tangan Riana segera masuk ke dapur.

Aisyah, Aira dan Riana berlari kecil supaya tidak bertemu dengan santri atau santriwati lain. Sampai dapur Riana dan dua temannya membantu santriwati yang sudah ada di dapur. Riana yang seumur hidupnya tidak pernah masuk dapur merasa pengap mencium aroma bumbu-bumbu di dapur. Saat ia akan keluar dari dapur, Aira menarik tangannya dan menyuruhnya mengiris sayuran.

Selesai masak, semua masakan di taruh di dalam wadah besar. Lalu, di bawa ke aula untuk makan siang santri dan santriwati. Riana merasa lelah dan duduk di kursi yang ada di dapur. Namun, Aira kembali menyuruhnya berdiri untuk membantu membawa masakan-masakan yang sudah matang ke aula.

Saat Riana membawa lauk pauk dan mengekor di belakang Aira, ustadzah Hanifah menyuruhnya berhenti dan menegurnya. Lalu, ia mengatakan, "Jilbabnya mana? Jangan dilepas pake, nanti jadi kebiasaan, malah sulit untuk terbiasa berjilbab."

"Aku ga mau pake jilbab, selain ribet juga panas," ujar Riana dengan tatapan tajam.

"Astaghfirullah, kamu pasti masih baru ya. Tolong hormati aturan di sini dan juga lihatlah teman-temanmu, mereka semua berjilbab dan cantik-cantik, kan?"

"Bukan jilbab yang bikin seseorang cantik atau jelek. Kalau dasarnya jelek ya jelek, ga akan berubah jadi cantik hanya karena berjilbab," jawab Riana ketus. Aisyah dan Aira yang ikut mendengar makin lama ikut kesal, Aira mengambil lauk pauk yang di bawa Riana dan membawanya ke aula.

Ustadzah menggelengkan kepalanya, sementara Riana berlalu kembali ke dapur dan mengambil wadah yang berisi sayur. Sebelum keluar, Aisyah masuk ke dapur dan membawakannya jilbab. Ia menyodorkan jilbabnya ke Riana supaya di pake sebelum keluar lagi dari dapur.

"Aku ga mau, tadi aja ga ngapa-ngapain rasanya panas, apalagi setelah masak di dapur malah ga mau aku. Habis anter makanan-makanan ini aku mau mandi dan di kamar aja."

"Riana, apa susahnya sih pake jilbab. Kalau kamu beneran ga mau, pake aja sampai kita semua selesai menaruh makanan-makanan ini ke aula. Setelah itu terserah kamu, tapi sebaiknya tetap di kamar saja dari pada ngajakin ribut ustadzah segala."

"Apa peduliku, salah sendiri sok-sokan nasehatin aku." Riana menyilangkan tangannya di dada dan membuang muka.

"Ya sudah terserah kamu, aku mau ambil piring-piringnya dan kamu bawain itu sayurnya tinggal satu lagi. Setelah bawa itu ke aula, kamu balik aja ke kamar dari pada nanti di tegur lagi."

"Iya, iya... Ya sudah ayo kita keluar." Riana mengangkat wadah sayur itu dengan kedua tangannya.

"Argh!!"

Riana teriak kepanasan, tangannya memerah terkena wadah sayur yang terbuat dari besi. Aisyah yang sedang menata piring di nampan menghampiri Riana dan melihat tangan Riana yang memerah. Ia segera menarik tangan Riana dan mengucurkan air ke tangannya yang kemerahan. Beberapa saat kemudian tangan Riana mulai mereda.

Lalu, Aisyah mengambil kain serbet dan meminta Riana mengangkatnya dengan serbet tersebut. "Kenapa ga dari tadi sih Syah kamu kasih kainnya," gerutu Riana.

"Maaf Riana, aku baru tau kalau kamu ga terbiasa di dapur. Hehe," ucap Aisyah sambil tertawa kecil.

Aisyah selesai menata piringnya di atas nampan, lalu menyuruh Riana keluar lebih dulu. Sementara Aisyah sengaja berjalan di belakangnya supaya tidak ada masalah lagi seperti sebelumnya. Riana sangat berhati-hati membawa sayur itu, selain berkuah, wadahnya juga masih sangat panas. Ia memperhatikan jalannya dan terus menatap sayur yang ia bawa.

PRANG!!

Sayur yang di bawa Riana penuh kehati-hatian tumpah seluruhnya ke tanah. Karena ia menabrak seorang pria yang berhenti mendadak di depannya. Riana dan pria tersebut saling tatap.

"Kalau jalan itu jangan berhenti mendadak, punya mata ga sih?? Lihat-lihat dong ada orang bawa sayur. Jadi tumpah semua kan, dasar goblok!!" umpat Riana dan membuat pria di hadapannya terbakar emosi. Wajahnya memerah dan menatapnya tajam.

Terpopuler

Comments

Alyanceyoumee

Alyanceyoumee

Jadi keinget pas masantren dulu ikut nonton tv nya dari kejauhan di Kobong tingkat 2 lihat ke sebrang tv rumah tetangga. 😅. tapi berasa manis sekali.

2025-07-31

0

PjMaha

PjMaha

Waduh. jangan-jangan pak ustadz nya nih yg di tabrak nya🙈

2025-07-30

1

Dewi Ink

Dewi Ink

di pesantren adanya pengajian Riana, gak ada konser😭😭

2025-08-01

0

lihat semua
Episodes
1 Dipanggil guru
2 Masuk Pesantren
3 Jilbab Panas
4 Ustadz Zaki
5 Mulai Sekolah
6 Tausiyah Bu Nyai
7 Keusilan Riana
8 Dikerjain Daffa
9 Terimakasih, ustadz Zaki
10 Kangen Riana
11 Monster Kelaparan
12 Kedatangan Keluarga Hasna
13 Kecemburuan Riana
14 Riana patah hati
15 Persiapan pertunangan ustadz Zaki
16 Pertunangan ustadz Zaki dan Hasna
17 Lingerie dan Mawar Hitam
18 Princess Riana
19 Dijemput Pulang
20 Perjodohan Riana
21 Menolak di jodohkan
22 Pasrah
23 Ungkapan Cinta Rafly
24 Get Well Soon, ustadz Zaki
25 Di bujuk ustadz Daffa
26 Pengakuan ustadz Zaki
27 Merindukan ustadz Zaki
28 Cintanya ustadz Daffa
29 Ingin ke Gaza
30 Terbayang ustadz Zaki
31 Aku sayang ustadz Zaki
32 Pacaran
33 Rencana melamar Riana
34 Di ganggu ustadz Zaki
35 Kemana ustadz Zaki
36 Ustadz Zaki Menyebalkan
37 PDKT ke Riana
38 Kenalan baru Aira
39 Melamar Riana
40 Kedatangan kakak Kyai
41 Kebersamaan Riana dan ustadz Zaki
42 Isi hati ustadz Arman
43 Shabira
44 Di buatin cilok ustadz Zaki
45 Istri kedua
46 Dilarang!!
47 Dimana ustadz Arman?
48 Ustadz Zaki kecewa
49 Rahasia Shabira
50 Rencana Shabira
51 Pesona Mas Arman
52 Ahya Hilang
53 Ahya dan Riana
54 Ditemukan!!
55 Kembali Hangat
56 Riana Sakit Hati
57 Dijenguk ustadz Zaki
58 Makin Dekat
59 Pengajian
60 PERNIKAHAN (ENDING)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Dipanggil guru
2
Masuk Pesantren
3
Jilbab Panas
4
Ustadz Zaki
5
Mulai Sekolah
6
Tausiyah Bu Nyai
7
Keusilan Riana
8
Dikerjain Daffa
9
Terimakasih, ustadz Zaki
10
Kangen Riana
11
Monster Kelaparan
12
Kedatangan Keluarga Hasna
13
Kecemburuan Riana
14
Riana patah hati
15
Persiapan pertunangan ustadz Zaki
16
Pertunangan ustadz Zaki dan Hasna
17
Lingerie dan Mawar Hitam
18
Princess Riana
19
Dijemput Pulang
20
Perjodohan Riana
21
Menolak di jodohkan
22
Pasrah
23
Ungkapan Cinta Rafly
24
Get Well Soon, ustadz Zaki
25
Di bujuk ustadz Daffa
26
Pengakuan ustadz Zaki
27
Merindukan ustadz Zaki
28
Cintanya ustadz Daffa
29
Ingin ke Gaza
30
Terbayang ustadz Zaki
31
Aku sayang ustadz Zaki
32
Pacaran
33
Rencana melamar Riana
34
Di ganggu ustadz Zaki
35
Kemana ustadz Zaki
36
Ustadz Zaki Menyebalkan
37
PDKT ke Riana
38
Kenalan baru Aira
39
Melamar Riana
40
Kedatangan kakak Kyai
41
Kebersamaan Riana dan ustadz Zaki
42
Isi hati ustadz Arman
43
Shabira
44
Di buatin cilok ustadz Zaki
45
Istri kedua
46
Dilarang!!
47
Dimana ustadz Arman?
48
Ustadz Zaki kecewa
49
Rahasia Shabira
50
Rencana Shabira
51
Pesona Mas Arman
52
Ahya Hilang
53
Ahya dan Riana
54
Ditemukan!!
55
Kembali Hangat
56
Riana Sakit Hati
57
Dijenguk ustadz Zaki
58
Makin Dekat
59
Pengajian
60
PERNIKAHAN (ENDING)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!