Bab 5

"Tuan! Biarkan saya yang membawanya ke rumah sakit!" seru Nico dengan panik.

Namun Wallace tidak menjawab. Dengan sigap, pria itu langsung menggendong tubuh Celine dengan kedua lengannya, langkahnya cepat dan penuh ketegasan. Tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang.

Shanghai, Rumah Sakit General

Lampu ruangan UGD menyala terang. Beberapa dokter dan perawat berlari sibuk, membawa Celine yang tak sadarkan diri masuk ke dalam ruang gawat darurat.

Di luar, Wallace berdiri tegak di depan pintu dengan wajah keras dan rahang mengeras menahan emosi.

"Tuan," suara Nico pelan, memecah keheningan. "Apakah Celine Lin benar-benar mencoba bunuh diri dengan meminum racun... atau dia sudah diracuni sebelumnya?"

Wallace tidak menjawab seketika. Tatapannya kosong ke arah pintu ruangan UGD, seolah menunggu malaikat pencabut nyawa atau keajaiban datang dari balik pintu itu.

"Tunggu laporan dari dokter," jawabnya datar, dingin seperti es, tapi ada kegelisahan yang tak bisa disembunyikan di matanya.

Nico mengangguk pelan, lalu melanjutkan laporannya.

"Mike Lin tidak mati... sekarang dia sudah dirawat di klinik sesuai perintah Anda." Nada suaranya penuh pertanyaan. "Tapi... kenapa kita menyelamatkan dia, Tuan?"

Tatapan Wallace perlahan bergerak menatap Nico. Sorot matanya gelap, penuh dendam yang membara.

"Kalau dia mati sekarang..." bisiknya pelan namun menusuk. "Aku tidak bisa menyiksanya dengan tanganku sendiri."

Satu sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis yang lebih menyerupai ancaman kematian.

"Sembuhkan dia... biarkan dia hidup... dan semua anak buahnya yang berani menyentuh Mark... mereka harus menerima balasan dariku."

Beberapa jam kemudian.

Suasana di lorong rumah sakit terasa hening dan dingin. Lampu-lampu neon menyala dengan terang yang menusuk mata. Beberapa perawat melintas, tapi di sisi itu, Wallace dan Nico tetap berdiri tegak tanpa bergerak sedikit pun.

Akhirnya, pintu ruangan itu terbuka perlahan. Seorang dokter wanita melangkah keluar. Wajahnya tampak lelah. Dengan satu gerakan lambat, ia melepaskan masker bedah dari wajahnya dan menghela napas berat.

Wallace langsung melangkah maju. Tatapannya tajam menusuk, penuh tuntutan akan jawaban.

"Bagaimana keadaan gadis itu?" tanyanya tegas.

Dokter itu menatap Wallace sebentar, lalu menghela napas lagi, kali ini dengan rasa berat seolah kalimat yang akan ia ucapkan menyakitkan juga untuknya.

"Tuan, gadis itu... minum racun dengan niat untuk mengakhiri hidupnya," jelas sang dokter. "Beruntung... dia dibawa ke rumah sakit tepat waktu, sehingga kami bisa menyelamatkannya."

Ucapan itu sedikit melegakan... tapi hanya sesaat.

"Namun..." lanjutnya, "kondisinya masih tidak baik. Tubuhnya memang bisa kami rawat, tapi luka di pikirannya... jauh lebih parah. Depresi... tekanan hidup... semua itu membuatnya terpuruk sangat dalam."

Wallace diam. Alisnya sedikit berkerut, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar.

"Depresi?" tanyanya pelan, suara rendahnya mengandung campuran bingung dan marah.

Dokter itu mengangguk perlahan. "Sebenarnya... ini bukan kali pertama Nona Lin mencoba bunuh diri."

"Ini sudah ketiga kalinya," lanjut sang dokter dengan nada lirih. "Dua kali sebelumnya dia dilarikan ke rumah sakit oleh ibunya... dan tetangganya."

"Apa?" suara Nico tercekat. "Seorang gadis... mencoba bunuh diri sebanyak itu?" Hampir tidak masuk akal di pikirannya.

"Benar," jawab dokter tersebut tegas. "Saya adalah dokter yang menanganinya sendiri. Dalam dua bulan terakhir, Nona Lin telah tiga kali melakukan percobaan bunuh diri."

Dokter wanita itu menatap Wallace serius, penuh kekhawatiran profesional sebagai seorang tenaga medis.

"Sebelumnya saya sudah menyarankan untuk membawa Nona Lin menemui psikiater... agar dia mendapat bantuan yang layak. Tapi... sepertinya dia tidak melakukan saran saya. Dengan lingkungan hidup yang penuh tekanan... kekerasan... dan rasa tidak berharga... saya khawatir dia tidak bisa keluar dari mimpi buruknya sendiri."

Wallace masih berdiri tegap di depan dokter, wajahnya keras namun sorot matanya penuh gejolak. Ada sesuatu dalam hatinya yang berontak, namun tak bisa ia ungkapkan. Hanya satu pertanyaan yang keluar dari mulutnya dengan nada rendah tapi penuh tekanan:

"Dokter... jadi tindakan apa yang bisa menyelamatkannya?" tanyanya.

Dokter wanita itu menghela napas perlahan, menatap Wallace dengan pandangan serius. "Dia... butuh dukungan dari orang-orang di sekitarnya," jelasnya. "Tapi... saya harus jujur, Tuan. Dari yang saya lihat... akan sangat sulit untuk mendapat dukungan itu."

"Kondisi keluarganya... saya sangat mengerti. Ibunya, kakaknya... bukan tempat dia bersandar. Justru... merekalah yang memberinya luka paling dalam. Dengan lingkungan seperti itu, bagaimana mungkin seorang gadis muda seperti dia bisa punya alasan untuk hidup?" nada suaranya lirih, ada rasa prihatin mendalam.

"Kalau dia tidak bertemu dengan keluarganya lagi, mungkin dia akan semakin melupakan apa yang terjadi," ucap Wallace.

"Tuan, Anda bukan bagian dari keluarganya..." ucapnya lembut, "apakah Anda bisa cari tahu penyebab pastinya kenapa Nona Lin memilih jalan seperti ini?"tanya dokter itu.

Ia menatap Wallace lebih tajam. "Selama ini... Nona Celine tidak pernah berkata apa pun tentang alasan dia ingin mengakhiri hidupnya. Saya tahu, pasti ada sesuatu yang sangat buruk... yang membuatnya terpuruk dan putus asa. Selama dua bulan ini, Nona Lin minum obat penenang. Tanpa obat dia tidak bisa tidur sama sekali. Mimpi buruk sering menghantuinya dan membuatnya ketakutan."

Perkataan dokter itu menancap dalam di kepala Wallace. Dia terdiam. Wajahnya datar, tapi pikirannya kini berputar cepat.

Dan kemudian...

Sebuah suara lirih, samar, seperti bisikan dari masa lalu terdengar di benaknya.

"Di saat kau menjualku pada dua pria menjijikkan itu... aku sudah tidak mau meneruskan hidupku..."

Ucapan Celine saat di ruangan karaoke itu kembali menghantam kesadarannya. Tiba-tiba semua menjadi jelas.

"Celine mencoba bunuh diri karena kehormatannya dihancurkan. Oleh kakaknya sendiri," batin Wallace.

Terpopuler

Comments

Akai Kakazain

Akai Kakazain

thor....seru bnget sih crta nya, smoga lbh sring n bnyk utk up nya ya....cahyo thor✊🫰

2025-06-19

1

Isnanun

Isnanun

😭😭😭😭😭

2025-06-18

0

yuning

yuning

pedih, perih

2025-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!