Bab 2. Cincin Merah Delima

nissa dan mita sepulang dari pasar mereka berdua lantas menemui nenek yang tengah

memasak air.

" mbah... mbah uti..ini aku sama nissa sudah menjual singkongnya mbah, ini mbah uangnya.." mita memberikan uang itu ke nenek angkatnya dan nenek menerimanya.

" makasih yah nduk... udah dagangin hasil kebun kita, yaudah nih untuk kalian berdua saja...buat jajan nduk" nek lastri memberi uang itu pada nissa, nissa menolaknya.

" udah buat mbah uti aja.. aku sama mita juga sudah makan tadi mbah, jual singkong ke ibu warung makan yang di tengah-tengah pasar itu loh mbah. .ibunya baik sekali sama nissa" terang nissa dan mita terlihat mengangguk.

" iya mbah juga tau nduk kalau bu alya orangnya baik... yang punya warung namanya bu alya, suaminya sudah lama meninggal karena sakit dan bu alya juga punya anak, anaknya seumuran kalian sudah menikah

dengan orang kota, anaknya juga tinggal sama suaminya di sana nduk" jelas nek lastri.

nissa mengangguk tangan nya memetik daun singkong yang nanti akan dia masak untuk

makan siang, nek lastri segera memasukan air yang tengah mendidih ke dalam termos air

panas, hingga dua termos itu penuh dan menaruhnya di meja makan.

mita mengupas dan memotong singkong yang akan mereka kukus sedangkan nissa sehabis mencuci daun singkong segera ia membuat bumbu dan memeras kelapa yang sudah neneknya parut saat kedua cucunya berada di pasar.

hampir satu jam mereka berkutat di dapur yang beralaskan tanah, dan berdinding dari anyaman bambu, asap mengepul ke atas ke luar melalui celah-celah genteng tanah liat.

ketika api nya telah padam..singkong kukus dan sayur daun singkong menjadi menu makan siang mereka, jarang mereka memakan nasi, karena keterbatasan ekonomi.

siang hari sekitar pukul satu, nissa membawa bakul serta kain jarik, dan mita membawa tali dan arit untuk mencari kayu bakar dan rebung

atau bambu muda, ke dalam hutan rebung itu akan mereka jual nantinya dan kayu bakar untuk persediaan bahan bakar memasak.

mereka pamit pada sang nenek yang tengah

memetik cabai yang ada di kebun mereka, nenek mengizinkan dan selalu memberi nasihat ketika mereka pergi.

" hati-hati yah nduk...jangan jauh-jauh nanti kalian tersesat, cari saja yang sekiranya ndak

terlalu jauh dari jalan.." sambil tangannya memetik dan menaruh cabai ke dalam wadah.

" inggih mbah" jawab mereka serempak.

mereka berlalu, berjalan menelusuri desanya yang indah dan asri.. sesekali mita melompat meraih buah rambutan yang pohonnya tidak

terlalu tinggi, dan memakan buah itu.

" ehhh mit..ndak boleh seperti itu..sama saja kamu mencuri..kalau kamu mau kita bisa memintanya nanti saat kita pulang dari hutan, ndak perlu nguntit seperti tadi,paham ndak?" tanya nissa yang menegur mita.

" hehehe iya iya deh,janji ndak gitu lagi" mita terlihat menyungutkan bibirnya.

sesampainya di hutan mita mulai memunguti

bambu dan dahan-dahan yang telah mengering, sedangkan nissa memilih rebung yang tumbuh di sisi induk bambunya, lalu dengan hati-hati menebas anak bambu itu menggunakan arit.

satu bakul penuh telah terisi dan mita dengan satu ikat kayu bakar di tangannya..saat mereka hendak beranjak pulang dan nissa tengah menyibakan kain jariknya untuk menggendong bakul berisi rebung.

tiba-tiba kakinya tergelincir oleh batu yang ia injak dan nissa terperosok jatuh ke tanah yang jalannya menurun kebawah sungai, tak terelakan lagi nissa masuk ke sungai yang lumayan dalam.

"nissa...." mita terlihat panik melihat saudara

angkatnya masuk ke dalam sungai, sebab nissa tidak bisa berenang.

lalu mita melempar kayu bakar ke tepi dan ikut turun menuju sungai, sesampainya di tepi sungai mita melihat nissa tenggelam, ingin hatinya ikut masuk ke sungai tapi apalah daya mita sama-sama tidak dapat berenang, ia mengikuti arus sungai yang membawa nissa entah kemana sambil menangis sesunggukan.

nissa merasa inilah akhir hidupnya, terlalu banyak ia menelan air sungai yang keruh

berwarna cokelat muda, ia berusaha menggapai batu namun tangannya tak sampai.

hingga tiba-tiba ada sosok pria tampan di hadapanya dadanya yang bidang garis wajahnya yang tegas,hidung mancung dan bibirnya yang tipis dambaan setiap wanita.

sosok itu membawa nissa ke tepi sungai, terlihat nissa tak sadarkan diri, pria itu menolongnya dengan memberi nafas buatan dari bibirnya menuju bibir nissa yang ranum dan sensual.

nissa terbangun dan mendapatkan pria itu tengah memangku kepalanya, ia pikir nissa

bermimpi bertemu dengan pangeran di ujung nyawanya ternyata tidak.

pria itu adalah kenyataannya bahwa ia masih di beri kehidupan, mata pria yang tajam bagaikan mata elang menusuk relung hati nissa hingga pipinya merona.

" maaf... terimakasih mas sudah menolong saya.." nissa tersenyum malu.

rambutnya yang hitam panjang sepinggang

ia gulung ke atas dan menyanggulnya.

" kamu ndak napa-napa toh de?" tanyanya.

" ndak apa-apa mas ...sekali lagi terimakasih nggih mas..." nissa berdiri dan hendak pergi.

tapi tiba-tiba pria tampan dan gagah itu mencegahnya.

" sebentar dulu de..ehmm aku ingin tanya siapa namamu de?" tanya nya.

" nissa mas.."

" kenalkan..aku raden bagas prastyo, panggil saja bagas, ini jika kamu butuh aku..kamu bisa memanggilku lewat cincin batu merah delima ini"

bagas mengulurkan sebuah cincin dengan di tengahnya dihiasi batu kecil merah delima.

" ndak usah mas..kamu bisa membantuku hari ini, bagiku sudah cukup mas" ujar nissa

menolak secara halus.

tetapi pria itu memaksa terus menerus

hingga nissa merasa sungkan jika menolaknya, dengan tersenyum pria itu

memperhatikan nissa yang pergi menjauh hingga sosok wanita cantik itu menghilang.

nissa menemui saudaranya mita, mereka bertemu di pohon besar, dengan wajah yang sangat panik mita menghujani seribu

pertanyaan pada nissa, nissa hanya berkata jika dia baik-baik saja dan wajahnya yang bahagia kala itu membuat mita keheranan.

" aneh koe nis kecemplung kok malah bahagia,senyum-senyum sendiri seperti orang gila..apa kepalamu terbentur? hingga kamu menjadi aneh seperti itu nis?" tanya nya lagi untuk kesekian kali.

" aku ndak papa..aku bahagia malah di selamatkan sama laki-laki yang tampannya kayak pangeran." ia tersenyum memainkan cincin yang melingkar di jarinya.

" dasar wong gendeng (dasar orang gila) mana ada laki-laki ganteng di dalam sungai"

serunya pada nissa.

mita mengangkat kayu bakar yang tadi ia tinggal dan nissa membawa bakul berisi rebung dan mereka kembali pulang.

batu merah delima itu sebenarnya hadiah dari ibu ratu yang mendiami hutan itu, ibu ratu memberikan bagas cincin untuk calon nya nanti.

sesampainya di rumah nissa menceritakan pada mita tentang kejadian itu, mita awalnya tidak percaya tetapi ketika nissa memberitahu cincin itu akhirnya mita percaya, cincin itu akan bersinar jika nissa dalam bahaya.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

Sekedar saran saja🙏, kalau bisa tiap awal paragraf/alinea pakai huruf besar.

2025-06-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!