Bab 2 : Santapan Malam

...•••Selamat Membaca•••...

Maula duduk membatu di sudut ruangan, memeluk lutut, napasnya pendek-pendek. Peluh dingin membasahi pelipisnya, meski udara dalam rumah batu itu tetap lembap dan dingin.

Di sampingnya, Sofia masih tertidur, dan Reba menggeliat kecil tanpa sadar bahwa dunia mereka sudah mulai terbelah dua, antara hidup dan disembelih hidup-hidup.

Tangan Maula gemetar dengan pikiran yang kacau.

Bahkan lidahnya kelu untuk membangunkan teman-temannya. Bayangan tubuh sang sopir yang disayat perlahan itu seperti terukir di pelupuk mata. Bunyi daging disobek. Darah yang tidak menyembur liar, tapi mengalir tenang, seperti sungai kecil yang lambat karena mereka tahu titik-titik urat mana yang dipotong agar nyawa tak cepat habis.

Ia hanya bisa duduk dan menahan muntah. Karena isakan Maula yang tertahan begitu, Sofia dan Reba akhirnya terbangun lalu dengan wajah panik mendekati Maula.

“Kamu kenapa Mau? Ada yang sakit?” tanya Sofia dengan nada khawatir.

Maula semakin pucat dan lidahnya makin kelu, posisi mereka tidak aman sekarang.

“Bangunkan mereka semua, kita harus pergi dari sini, sekarang.” Maula berkata dengan nada berbisik pelan, Sofia dan Reba saling pandang.

“Ada —”

“Sshhtt.” Maula mengisyaratkan pada Reba agar menurunkan suaranya.

Reba membangunkan rombongannya, mereka semua bangun dan ikut panik melihat ekspresi Maula yang tengah ketakutan.

Maula menceritakan apa yang dia lihat di kamar seberang kamar mereka ini dan Jorge pergi sendiri untuk memeriksa kebenarannya.

Sekitar lima menit setelahnya, Jorge kembali dengan ekspresi tak jauh beda dengan Maula.

“Jika kita terus di sini, maka tak ada yang akan melihat matahari esok hari. Mereka menyiapkan kita untuk hidangan nanti malam.” Perkataan Jorge sukses membuat yang ada di ruangan itu teriak ketakutan.

Kondisi semakin panik dan tak terkendali.

“Jangan panik begini, kita semua bisa mati. Tenanglah, tolong tenang,” seru Maula agar semua bisa mengontrol diri.

Tak lama, suara langkah terdengar mendekat dari arah luar ruangan. Mereka bersiap menyambut dan wajah mereka dibuat tidak panik atas arahan Maula.

Pintu diketuk, Maula menghela napas dan mengontrol kondisi wajahnya. Membuka pintu lalu tersenyum saat seorang ibu-ibu berkulit putih dengan kedua anak laki-lakinya memberikan mereka senampan daging panggang yang telah dimasak sempurna dengan bumbu rempah yang menyengat.

“Kalian pasti sangat lapar kan? Makanlah, untuk memulihkan tenaga.” Ibu itu berkata dengan tenang lalu mengulurkan nampan pada Maula.

Dengan tangan sedikit gemetar, Maula menerima makanan itu.

“Ini daging apa? Hmm... Soalnya saya sedikit alergi dengan daging sapi,” kata Maula dengan kebohongan, dia mengatakan itu agar tahu yang disuguhkan daging apa.

“Itu daging rusa, sangat enak, kalian tidak akan menemukannya di kota. Makanlah.” Ibu itu menjawab dengan tenang dan senyum ramah, lalu dia membawa kedua anaknya pergi, Maula menutup pintu dan menguncinya dengan palang besi.

Semua makin ketakutan, hidangan itu ditaruh tepat di tengah ruangan.

Jorge memeriksa makanan itu dan jelas bukan daging rusa seperti yang dikatakan oleh ibu tadi.

“Tekstur daging rusa bukan seperti ini,” ujarnya mantap.

“Ini daging manusia, aku cukup mengenali tekstur daging manusia.” Mereka semua makin mual mendengar jawaban Jorge.

“Kita harus pergi dari sini, mereka bukan orang bodoh, jadi kita harus mengambil strategi agar bisa kabur.” Semua mendengarkan apa yang Maula ucapkan.

“Bagaimana? Untuk masuk ke sini saja kita harus melewati tembok itu,” sanggah Violy.

“Kita harus keluar satu-satu, jangan terburu-buru dan harus ada yang menjadi pengalih mereka. Kita buat dua kelompok, satu mengalihkan perhatian mereka dan satu lagi kabur. Nanti yang kabur harus membuat kegaduhan agar mereka mencar mencari kalian dan saat itu kelompok kedua akan melarikan diri juga.” Mereka semua mengangguk, menyetujui ide dari Maula.

Sambil menunggu malam datang, mereka tidak bergeming sama sekali dari ruangan itu, nampan yang berisi daging tak tersentuh sama sekali. Semua saling berpelukan, menguatkan satu sama lain.

Hingga malam menjelang, mereka semua dibawa oleh Pexir ke tengah desa untuk diperkenalkan kepada penduduk yang lain. Kelompok pertama yang berisi sepuluh orang sudah siap untuk kabur, sedangkan kelompok kedua memancing perhatian agar lengah dan memberi akses kepada kelompok pertama keluar dan Maula ada di kelompok kedua bersama dengan Reba, Sofia, dan Jorge.

Cukup ramai penduduk di desa itu, mereka terlihat campuran, ada yang kulit hitam dan kulit putih. Dari penampilan terlihat lumayan tapi dari segi kebersihan dan bentukan wajah serta kulit, menjelaskan bahwa mereka tidak terawat sama sekali.

“Aku sangat yakin, kalau pakaian mereka ini pasti dari orang-orang yang pernah masuk ke desa ini,” bisik Reba pada Maula.

“Aku juga berpikir seperti itu.”

Pexir menyalakan api unggun di tengah-tengah lalu mereka semua bersorak, menari, dan berbahagia. Kelompok kedua ini ikut agar tidak dicurigai.

Kelompok pertama berhasil melewati gerbang utama dan mereka mulai. Kehebohan dan teriakan membuat penduduk di sana waspada, alih-alih mengejar kelompok pertama, mereka justru mengayunkan kapak pada Jorge, Carlo, dan Tamara. Semua panik, Sofia, Reba, Ivoly, Nicholle, Anna, dan Maula langsung berlari menjauhi kumpulan itu.

Api unggun membumbung tinggi, sebagian dari mereka mengejar Maula dan teman-temannya. Mereka lari ke arah hutan dan menanjaki bukit yang tidak terlalu tinggi.

Napas terengah, Maula tidak kuat untuk lari lagi dan mereka bersembunyi di puncak bukit, tak ada yang mengejar lagi dari atas sana jelas terlihat perkumpulan tadi. Mereka bisa menyaksikan apa yang dilakukan penduduk desa pada Tamara, Carlo, dan Jorge.

Tak ada yang bisa membendung air mata, mereka semua ketakutan dan menangis tanpa suara, bersembunyi di balik pohon besar sambil terus menatap ke arah api unggun.

Jorge terkena luka di bagian dadanya, Tamara di bagian kepala, dan Carlo di bagian lengan. Mereka bertiga diikat ke tiang yang sudah tersedia di sana.

Tak ada yang bisa melawan, kondisi mereka kalah telak dari psikopat liar itu.

Pexir memegang sebuah kapak tajam yang besar, dia mendekati Tamara lebih dulu dan mengendus tubuh Tamara yang bergelimang darah dari kepalanya.

Pexir menjilati darah yang mengalir di leher Tamara, dia memberi isyarat pada kawanannya bahwa darah Tamara sangat lezat. Semua penduduk baik laki-laki maupun wanita menyerbu tubuh Tamara dan menjilati darahnya.

Mereka merobek baju yang dikenakan oleh Tamara dan mulai menggigit, mengoyak, bahkan menghisap darahnya.

Jorge dan Carlo tak kuat melihat itu, teriakan Tamara bahkan sampai menggema ke bukti tempat Maula dan yang lain bersembunyi.

Tamara bagai sebuah umpan yang digerogoti oleh beberapa kanibal itu. Mereka benar-benar menikmati tubuh Tamara sebagai santapan paling enak malam ini.

Gigi-gigi mereka yang kecil-kecil tapi tajam, membuat daging di tubuh Tamara mudah tergigit dan koyak.

...•••Bersambung•••...

Terpopuler

Comments

Yuri Gunawan

Yuri Gunawan

Gue ngerasa gini, pasti ada org dalem yg masuk dari rombongan Maula ini yg cepuin dia ke Barbara deh. Masalahnya, kok ya barbara tau kalo hari itu maula bakalan ikut rombongan. Analisa gue aja sih

2025-06-15

2

Mediterina

Mediterina

Emg dah bener si Barbara ditembak ama Rayden, kagak ngotak ngebuang org2 ini ke sini, kebayang gak sih, Maula harus lari2 padahal dia lahir hamil muda loh itu

2025-06-15

0

Lira Cantika

Lira Cantika

Maula sama yng lain kagak salah juga, lah mereka juga cemas lah, org temannya udah kena bacok kapak duluan, gue mah juga bakalan lari kalo disituasi begitu

2025-06-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Bagaikan Daging Steak
2 Bab 2 : Santapan Malam
3 Bab 3 : Malam Berdarah
4 Bab 4 : Pondok Tempat Istirahat
5 Bab 5 : Daging di Hutan
6 Bab 6 : Bertahan Hidup Malam Ini
7 Bab 7 : Terjatuh
8 Bab 8 : Terungkap Sebab
9 Bab 9 : Titik Lokasi
10 Bab 10 : Pencarian
11 Bab 11 : Jamuan Malam Warga
12 Bab 12 : Kebenarannya
13 Bab 13 : Mendarat
14 Bab 14 : Keyakinan Dia Ada di Hutan Itu
15 Bab 15 : Perlawanan di Dalam Desa
16 Bab 16 : Jantung Neraka
17 Bab 17 : Obsesi Gila
18 Bab 18 : Gendongan yang Menghangatkan
19 Bab 19 : Kehangatan di Balik Badai
20 Bab 20 : Kehangatan di Bawah Selimut Kasmir
21 Bab 21 : Shalat
22 Bab 22 : Demam
23 Bab 23 : Penjagaan Untuk Sang Istri
24 Bab 24 : Penerbangan Pulang
25 Bab 25 : Semua Membaik
26 Bab 26 : Shopping For Maula
27 Bab 27 : Ruang Pengadilan
28 Bab 28 : Undangan Pernikahan
29 Bab 29 : Pelampiasan Rasa Sakit
30 Bab 30 : Perkenalan Keluarga Besan
31 Bab 31 : Perdebatan
32 Bab 32 : Berdiri Untuknya
33 Bab 33 : Menjemput Teman Gosip
34 Bab 34 : Bahaya Untuk Disatukan
35 Bab 35 : Harga Sebuah Nafas
36 Bab 36 : Tak Bisa Lagi Berontak
37 Bab 37 : Rumah Yang Aman
38 Bab 38 : Ungkapan
39 Bab 39 : Penerimaan
40 Bab 40 : Akad
41 Bab 41 : Tempat Pulang Sesungguhnya
42 Bab 42 : Tawa Pagi
43 Bab 43 : Merajuk
44 Bab 44 : Awal Pembalasan
45 Bab 45 : Sakit
46 Bab 46 : Bahagia dan Ancaman
47 Bab 47 : Hadang di Jalan
48 Bab 48 : Pembedahan
49 Bab 49 : Pembedahan yang Dicinta
50 Bab 50 : Selepas Kepergian
51 Bab 51 : Terkena Autoimun
52 Bab 52 : Memburuk
53 Bab 53 : Pilu
54 Bab 54 : Menjadi Pengasuh
55 Bab 55 : Timbulnya Rasa Kasih
56 Bab 56 : Dendam Usai
57 Bab 57 : Bersantai
58 Bab 58 : Penyelidikan Skala Kecil
59 Bab 59 : Merindukanmu
60 Bab 60 : Pernikahan Las Vegas
61 Bab 61 : Tidak Bisa Terima
62 Bab 62 : Ketidaksukaan Maula
63 Bab 63 : Senyummu Itu
64 Bab 64 : Hari Indah Berdua
65 Bab 65 : Kehangatan Malam
66 Bab 66 : Bahagiamu, Bahagiaku
67 Bab 67 : Kembali Ke Madrid
68 Bab 68 : Nihil
69 Bab 69 : Pencapaian Untuk Bangkit
70 Bab 70 : Meninggalkan Madrid
71 Bab 71 : Belajar Menerima
72 Bab 72 : Langit Makkah
73 Bab 73 : Langit Madinah
74 Bab 74 : Kulineran Malam
75 Bab 75 : Kebahagiaan Baru
76 Bab 76 : Menanti Dengan Cinta
77 Bab 77 : Kelahiran
78 Bab 78 : Menyatakan Cinta
79 Bab 79 : Kembali Ke Rumah
80 Bab 80 : Pengampunan dan Hukuman
81 Series #5 | Bab 1 : Perkara Seblak
82 Series #5 | Bab 2 : Eksperimen Gila
83 Series #5 | Bab 3 : Kemungkinan Besar
84 Series #5 | Bab 4 : Situs Itu
85 Series #5 | Bab 5 : Solusi Pahit
86 Series #5 | Bab 6 : Mau Cari Suami Baru
87 Series #5 | Bab 7 : Pesta Menyebalkan
88 Series #5 | Bab 8 : Cerita yang Sama
89 Series #5 | Bab 9 : Malam Tenang
90 Series #5 | Bab 10 : Menemukan Ford
91 Series #5 | Bab 11 : Hilangnya Para Wanita
92 Series #5 | Bab 12 : Melihatnya
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Bab 1 : Bagaikan Daging Steak
2
Bab 2 : Santapan Malam
3
Bab 3 : Malam Berdarah
4
Bab 4 : Pondok Tempat Istirahat
5
Bab 5 : Daging di Hutan
6
Bab 6 : Bertahan Hidup Malam Ini
7
Bab 7 : Terjatuh
8
Bab 8 : Terungkap Sebab
9
Bab 9 : Titik Lokasi
10
Bab 10 : Pencarian
11
Bab 11 : Jamuan Malam Warga
12
Bab 12 : Kebenarannya
13
Bab 13 : Mendarat
14
Bab 14 : Keyakinan Dia Ada di Hutan Itu
15
Bab 15 : Perlawanan di Dalam Desa
16
Bab 16 : Jantung Neraka
17
Bab 17 : Obsesi Gila
18
Bab 18 : Gendongan yang Menghangatkan
19
Bab 19 : Kehangatan di Balik Badai
20
Bab 20 : Kehangatan di Bawah Selimut Kasmir
21
Bab 21 : Shalat
22
Bab 22 : Demam
23
Bab 23 : Penjagaan Untuk Sang Istri
24
Bab 24 : Penerbangan Pulang
25
Bab 25 : Semua Membaik
26
Bab 26 : Shopping For Maula
27
Bab 27 : Ruang Pengadilan
28
Bab 28 : Undangan Pernikahan
29
Bab 29 : Pelampiasan Rasa Sakit
30
Bab 30 : Perkenalan Keluarga Besan
31
Bab 31 : Perdebatan
32
Bab 32 : Berdiri Untuknya
33
Bab 33 : Menjemput Teman Gosip
34
Bab 34 : Bahaya Untuk Disatukan
35
Bab 35 : Harga Sebuah Nafas
36
Bab 36 : Tak Bisa Lagi Berontak
37
Bab 37 : Rumah Yang Aman
38
Bab 38 : Ungkapan
39
Bab 39 : Penerimaan
40
Bab 40 : Akad
41
Bab 41 : Tempat Pulang Sesungguhnya
42
Bab 42 : Tawa Pagi
43
Bab 43 : Merajuk
44
Bab 44 : Awal Pembalasan
45
Bab 45 : Sakit
46
Bab 46 : Bahagia dan Ancaman
47
Bab 47 : Hadang di Jalan
48
Bab 48 : Pembedahan
49
Bab 49 : Pembedahan yang Dicinta
50
Bab 50 : Selepas Kepergian
51
Bab 51 : Terkena Autoimun
52
Bab 52 : Memburuk
53
Bab 53 : Pilu
54
Bab 54 : Menjadi Pengasuh
55
Bab 55 : Timbulnya Rasa Kasih
56
Bab 56 : Dendam Usai
57
Bab 57 : Bersantai
58
Bab 58 : Penyelidikan Skala Kecil
59
Bab 59 : Merindukanmu
60
Bab 60 : Pernikahan Las Vegas
61
Bab 61 : Tidak Bisa Terima
62
Bab 62 : Ketidaksukaan Maula
63
Bab 63 : Senyummu Itu
64
Bab 64 : Hari Indah Berdua
65
Bab 65 : Kehangatan Malam
66
Bab 66 : Bahagiamu, Bahagiaku
67
Bab 67 : Kembali Ke Madrid
68
Bab 68 : Nihil
69
Bab 69 : Pencapaian Untuk Bangkit
70
Bab 70 : Meninggalkan Madrid
71
Bab 71 : Belajar Menerima
72
Bab 72 : Langit Makkah
73
Bab 73 : Langit Madinah
74
Bab 74 : Kulineran Malam
75
Bab 75 : Kebahagiaan Baru
76
Bab 76 : Menanti Dengan Cinta
77
Bab 77 : Kelahiran
78
Bab 78 : Menyatakan Cinta
79
Bab 79 : Kembali Ke Rumah
80
Bab 80 : Pengampunan dan Hukuman
81
Series #5 | Bab 1 : Perkara Seblak
82
Series #5 | Bab 2 : Eksperimen Gila
83
Series #5 | Bab 3 : Kemungkinan Besar
84
Series #5 | Bab 4 : Situs Itu
85
Series #5 | Bab 5 : Solusi Pahit
86
Series #5 | Bab 6 : Mau Cari Suami Baru
87
Series #5 | Bab 7 : Pesta Menyebalkan
88
Series #5 | Bab 8 : Cerita yang Sama
89
Series #5 | Bab 9 : Malam Tenang
90
Series #5 | Bab 10 : Menemukan Ford
91
Series #5 | Bab 11 : Hilangnya Para Wanita
92
Series #5 | Bab 12 : Melihatnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!