Episode 3 : Di pecat di hari pertama

Dua jam lalu.

Barra duduk di kursi kebesaran nya, membolak balik CV milik Marwah beberapa kali.

" Hanya ini?"

" Iya tuan."

" Kau tidak salah kan?" Tanyanya kembali menatap profil Marwah yang hanya selembar saja. Itupun tidak full satu halaman.

" Tidak."

" Aku baru melihat CV karyawan ku setipis kesabaran ku."

" Tau diri juga dia." Liam membatin, tersenyum dalam hati.

Benar, di CV Marwah, tidak ada apapun yang tertulis di sana, selain identitas dan dari lulusan mana dia berasal.

Barra tersenyum smirk dan itu mengundang tanya dari Liam.

" Sebenarnya, apa yang tuan pikirkan?"

" Buat janji temu dengan nya siang ini."

Liam kebingungan. Kali ini, dia tidak bisa menebak jalan pikiran tuannya.

Sembari melangkah keluar, otaknya juga terus memikirkan kira kira apa rencana Barra.

" Liam.."

Sontak Liam menoleh.

" Kau sudah menemukan siapa yang membuat si hitam ku terluka?"

Liam menepuk jidatnya." Astaga, maaf tuan, saya lupa."

Di atas meja, ada sebuah vas bunga berukuran kecil namun cukup berat, dan vas itu sudah berada di genggaman Barra. Raut nya mulai tidak bersahabat.

" Saya akan segera memeriksanya, tuan."

Sebelum Barra mengamuk, Liam buru buru keluar dan secepat kilat menutup pintu ruangan bos nya itu.

Barra memiliki temperamental yang sangat mengerikan. Sialnya, Liam bukan lah manusia sempurna sesuai keinginan Barra. Terlalu banyak kesalahan yang dia lakukan hingga terkadang membuat Barra murka.

Namun anehnya, Barra tidak bisa bekerja dengan orang lain selain Liam. Karena itu, meski sering mengacaukan sistem kerja Barra, Liam tetap menjadi tangan kanannya.

Kembali ke ruangan Barra.

Liam mencari keberadaan tuannya setelah beberapa jam lalu sempat membuat bulu kuduknya berdiri karena sang bos yang marah besar akibat kelalaiannya.

Tidak lama kemudian, Barra keluar dengan ponsel yang menempel di telinganya. Lukisan besar seukuran lemari itu ternyata sebuah pintu. Dari sana lah Barra muncul.

Barra seperti menerima telpon yang sangat penting karena tidak begitu menghiraukan keberadaan Liam dan Marwah.

Marwah berdiri di dekat pintu, tetap memegang gagang pintu tersebut. Membiarkan nya terbuka sedikit. Maklum, dia berada di dalam ruangan dengan dua pria dewasa. Walau ini tempat kerja, tapi tetap saja harus berhati hati.

Liam berdiri di depan meja Barra, menunggu sang tuan besar mengakhiri aktifitasnya.

Dari tempat duduknya, Barra bisa memandangi Marwah dengan puas. Sembari menelpon, tatapannya terus tertuju pada Marwah. Dan karena tatapan itu, Marwah jadi risih sendiri.

Barra mengakhiri panggilannya setelah menjanjikan sebuah pertemuan bisnis.

Telpon genggam yang selesai di gunakan dia letakkan di atas meja.

" Tuan, ini nona Marwah." Ucap Liam setengah berbisik.

Sebuah kode Barra berikan pada Liam untuk mempersilahkan Marwah mendekat.

Perlahan Marwah menghampiri Barra. Tepat di depannya ada plang nama di atas meja, ' Barra Arion.'

" Arion?" Batin Marwah." Seperti nya aku pernah mendengar nama itu. " Lamunnya.

" Arsila Marwah Ezara."

" Iya pak." Marwah tersentak.

" Aku sudah periksa CV mu."

Barra menatap Marwah.

" Kau punya koneksi?"

" Maksud bapak?"

" Sebenarnya, apa yang bisa kau jual untuk perusahaan ini? Tidak ada satupun yang istimewa di sini." Sembari mengangkat kertas selembar dan mengibaskan nya.

" Ooo, saya mengerti maksud bapak. Maaf sebelumnya, di CV yang saya kirim ke perusahaan, itu sudah sesuai standar permintaan HG . Kalaupun di antara kami ada yang melebihkan nya sesuai dengan perkataan bapak ' istimewa ' , sekali lagi saya tidak punya keistimewaan tertentu selain mengabdikan diri dan bekerja untuk perusahaan sesuai bidang saya. Dan , saya tidak memiliki koneksi seperti yang bapak tuduhkan."

Liam melongo. " Wow, berani juga dia." Batinnya bersorak gembira.

Barra tersenyum sinis.

" Apa kau punya pengalaman kerja sebelumnya?"

" Saya pernah bekerja di salah satu perusahaan ritel terbesar di Singapura kurang lebih enam bulan."

" Kenapa berhenti?"

" Karena saya melanjutkan kuliah, pak."

Barra kembali memandangi CV di tangannya.

" Magister bisnis manajemen. Lumayan juga. Aku akan mengangkat mu menjadi sekretaris pribadiku." Ujarnya begitu santai sembari meremas kertas di tangannya dan membuang ke tempat sampah.

Marwah terkejut.

" Sekertaris? Saya tidak melamar untuk menjadi sekertaris , pak." Protes Marwah.

Tidak pernah ada yang membantah nya, ini yang pertama kali dan itu seorang wanita yang baru dia kenal dan tentu membuatnya tidak nyaman.

" Kau menolak pekerjaan itu?

" Iya pak." Tegas Marwah.

Barra mengernyit. Begitupun dengan Liam.

Pada umumnya, tidak ada pegawai yang akan menjawab sesingkat itu saat di berikan pertanyaan menjebak. Tapi nyatanya, yang ini sedikit berbeda.

" Harga dirimu tinggi juga."

Marwah terdiam. Namun diamnya justru semakin menyulut emosi Barra.

" Kau tau siapa aku , kan?" Tidak ada jalan lain selain memperkenalkan diri secara narsis.

" Di sini tertulis, bahwa anda adalah wakil direktur eksekutif HG."

Itu jawaban yang sesungguhnya sesuai dengan yang terlihat di depan mata Marwah, tapi bukan itu maksud pertanyaan Barra.

Barra memijit kepalanya . Dia lupa, jika HG Singapura bukan lahan kekuasaannya. Dia lupa jika di sini, tidak ada yang mengenalnya sebagai penerus HG. Dia hanya di kenal sebagai eksekutif direktur di bawah kekuasaan Alden Hatcher , yang sebenarnya adalah kakeknya.

Namun Barra teringat sesuatu dan segera tersadar, jika jabatan itu cukup tinggi untuk membuat wanita tidak tau sopan santun ini tetap menjadi sekertaris nya.

" Berarti kau tau bahwa aku punya kemampuan untuk memecat seorang karyawan yang tidak patuh, kan?"

Perasaan Marwah sudah tidak enak. Mungkinkah ini hari pertama dan terakhirnya di kantor ini? Tidak. Lalu apa dia harus menerima begitu saja keputusan tuan arogan yang memintanya menjadi sekertaris pribadi? No...itu bukan bidangnya.

" Baiklah, bapak bisa pecat saya, karena saya benar-benar tidak bisa menjadi sekertaris anda. Permisi."

Entah keberanian itu datang nya dari mana, tapi semua sudah terjadi. Lidah lemasnya itu dengan gegabah justru meminta sendiri untuk di berhentikan.

Sial sekali hidupnya.

" Gila...dia memang bukan pria tua dan menyebalkan seperti yang ku bayangkan, tapi ternyata jauh lebih parah." Marwah menatap sinis ke arah pintu yang baru saja dia tutup dengan keras." Dasar bos edan! Kalau dia belum menikah, aku sumpahin tidak akan dapat jodoh seumur hidupnya, biar jadi perjaka tua sekalian ! Iiiihhh,,,,aku kesal sekali.." Geramnya dengan satu kaki dia hentakkan ke lantai .

Marwah benar benar emosi. Sepanjang kakinya melangkah, sepanjang itu juga dia mengomel dan menggerutu.

Tiba di basement, dia segera menghampiri motor kesayangannya. Sebelum benar benar meninggalkan gedung HG, dia menghubungi seseorang.

" Kenapa kau selalu mengganggu tidur siang ku, Ace?"

" Siapkan sirkuit..Sekarang juga." Marwah mengakhiri panggilan tanpa mendengar jawaban dari seberang.

Dengan wajah di tekuk, dia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Ace, itu adalah nama samaran yang dia gunakan di dalam klub. Ya, speed Devils, siapa yang tidak mengenalnya? Marwah menjadi bagian dari klub mewah itu sejak beberapa tahun lalu.

Bukan hal mudah untuk bisa bergabung dengan klub. Beberapa kali , tidak. Mungkin lebih dari ratusan kali, Marwah membujuk pemilik Speed Devils untuk memasukkannya ke sana. Tapi pemilik yang tidak lain adalah uncle nya sendiri, tidak pernah mengijinkan.

Sejak sepuluh tahun lalu, Aryan Brawijaya, yang pernah menjadi salah satu bagian dari klub bersama umi Aretha memutuskan membeli saham Speed Devils.

Speed Devil tenggelam dan hancur di tangan Reno. Saham klub motor tersebut anjlok dan membuatnya terkatung katung. Cukup lama Speed Devils menjadi rebutan di antara para perintis sebelumnya. Namun tak satupun yang berhasil menjadi pemilik salah satu klub motor elite itu.

Sejak di tangan Aryan, klub maju semakin pesat. Klub yang dulu bermarkas di Eropa sekarang pindah ke Aussie, tempat tinggal Aryan.

Dengan kegigihan serta tekad yang kuat dari Marwah, akhirnya Aryan memberikan ijin tapi dengan satu syarat. Klub hanyalah tempat bersenang senang. Tempat untuk menyalurkan hobi bermotor nya. Dan Aryan melarang keras untuk Marwah mengikuti balapan. Awalnya, Marwah memang mengikuti semua syarat yang di ajukan Aryan. Tapi itu hanya sementara. Begitu Aryan lengah, Marwah melanggar semuanya.

Memasuki markas Speed Devils, Marwah tidak menghentikan laju motornya yang sangat kencang, hingga pada akhirnya dia masuk lintasan balap tanpa adanya aba aba.

Seperti kilat yang terlihat hanya sebentar, begitu juga bayangan Marwah yang sulit tertangkap saking kencangnya.

" Ada apa dengannya?" James, laki laki yang di telpon Marwah tadi menatap khawatir ke arah lintasan.

" Entah. Mungkin dia sedang putus cinta."

" Tidak. Kau salah, aku mengenalnya dengan baik. Ace tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun."

" Kau yakin?"

James mengangguk. Tubuhnya bersandar di pintu yang tertutup dengan kedua tangan terlipat di dada.

" Ku rasa ini ada hubungan dengan pekerjaan nya."

" Aku dengar dia di terima kerja di HG."

" Mmm, kau benar."

" Lalu apa masalahnya? Dengan kemampuan otak nya yang super encer itu, HG tidak akan mungkin membuatnya di pecat begitu saja."

James nampak berpikir." Bisa, itu semua bisa terjadi jika..."

Pria itu menatap James." Maksud mu, penerus Hatcher Group kembali?"

" Iya, siapa lagi yang bisa melakukan hal hal di luar nalar jika bukan dia."

...****************...

Terpopuler

Comments

gathem Toro

gathem Toro

apakah tuan barra bisa bertemu Marwah lagi.....

2025-06-10

1

Khadijah Nafisah

Khadijah Nafisah

wah apa ara bergamis ya saat bermotor?? hmm kurasa tdk.. apa seperti cewek2 di filem pakai jaket kulitnya yg pas body dan sepatu boot selutut??

2025-06-10

2

Srie Handayantie

Srie Handayantie

makin seruu juga nihhh , lanjuttt /Determined/

2025-06-14

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Pekerjaan baru
2 Episode 2 : Penasaran
3 Episode 3 : Di pecat di hari pertama
4 Episode 4 : Kegagalan dan pengakuan
5 Episode 5 : Usaha perjodohan
6 Episode 6 : Haphepobhia
7 Episode 7 : Bukti bahwa darah lebih kental dari air
8 Episode 8 : Memutuskan berpisah
9 Episode 9 : Salah mengira
10 Episode 10 : Target sudah di temukan
11 Episode 11 : Tidak ada pilihan lain
12 Episode 12 : Hari pertama menjadi sekertaris
13 Episode 13 : Kecurigaan Arga
14 Episode 14 : Mama Arini
15 Episode 15 : Perlahan identitas terkuak
16 Episode 16 : Berkunjung ke Al Hidayah
17 Episode 17 : Keusilan mama Arini
18 Episode 18 : Lamaran dadakan
19 Episode 19 : Kekesalan Arga
20 Episode 20 : Claudia Jansen
21 Episode 21 : Insiden secangkir kopi
22 Episode 22 : Bahagia ku sesederhana itu
23 Episode 23 : Ada apa dengan Claudia?
24 Episode 24 : Perintah opa Alden
25 Episode 25 : Hari pernikahan
26 Episode 26 : Batal atau di lanjutkan?
27 Episode 27 : Dalang pembatalan
28 Episode 28 : Sah
29 Episode 29 : Di tinggal di malam pertama
30 Episode 30 : Sapaan pagi
31 Episode 31 : Cinta Arga
32 Episode 32 : Lidah tak bertulang
33 Episode 33 : Surprise
34 Episode 34 : Diam, ternyata penyakit wanita
35 Episode 35 : Si nona tunangan
36 Episode 36 : Mencairkan es
37 Episode 37 : Cemburu?
38 Episode 38 : Welcome to Speed Devils
39 Episode 39 : Kalah bukan berarti kalah
40 Episode 40 : Salju pertama, ciuman pertama
41 Episode 41 : Si paling tiba tiba
42 Episode 42 : Pesan
43 Episode 43 : Bertemu teman
Episodes

Updated 43 Episodes

1
Episode 1 : Pekerjaan baru
2
Episode 2 : Penasaran
3
Episode 3 : Di pecat di hari pertama
4
Episode 4 : Kegagalan dan pengakuan
5
Episode 5 : Usaha perjodohan
6
Episode 6 : Haphepobhia
7
Episode 7 : Bukti bahwa darah lebih kental dari air
8
Episode 8 : Memutuskan berpisah
9
Episode 9 : Salah mengira
10
Episode 10 : Target sudah di temukan
11
Episode 11 : Tidak ada pilihan lain
12
Episode 12 : Hari pertama menjadi sekertaris
13
Episode 13 : Kecurigaan Arga
14
Episode 14 : Mama Arini
15
Episode 15 : Perlahan identitas terkuak
16
Episode 16 : Berkunjung ke Al Hidayah
17
Episode 17 : Keusilan mama Arini
18
Episode 18 : Lamaran dadakan
19
Episode 19 : Kekesalan Arga
20
Episode 20 : Claudia Jansen
21
Episode 21 : Insiden secangkir kopi
22
Episode 22 : Bahagia ku sesederhana itu
23
Episode 23 : Ada apa dengan Claudia?
24
Episode 24 : Perintah opa Alden
25
Episode 25 : Hari pernikahan
26
Episode 26 : Batal atau di lanjutkan?
27
Episode 27 : Dalang pembatalan
28
Episode 28 : Sah
29
Episode 29 : Di tinggal di malam pertama
30
Episode 30 : Sapaan pagi
31
Episode 31 : Cinta Arga
32
Episode 32 : Lidah tak bertulang
33
Episode 33 : Surprise
34
Episode 34 : Diam, ternyata penyakit wanita
35
Episode 35 : Si nona tunangan
36
Episode 36 : Mencairkan es
37
Episode 37 : Cemburu?
38
Episode 38 : Welcome to Speed Devils
39
Episode 39 : Kalah bukan berarti kalah
40
Episode 40 : Salju pertama, ciuman pertama
41
Episode 41 : Si paling tiba tiba
42
Episode 42 : Pesan
43
Episode 43 : Bertemu teman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!