Episode 5 : Usaha perjodohan

Selesai sholat isya, Marwah berguling guling di atas tempat tidur. Jika tidak bermain ponsel, netranya akan sibuk memandangi jam di dinding.

" Kenapa dia belum pulang? Telpon ku juga tidak di jawab." Keluh Marwah.

Jam sudah menunjuk di angka sembilan, dan Safa belum berada di rumah.

Lelah di kamar, Marwah beralih ke sofa bed depan TV. Detik demi detik, menit demi menit pun berlalu hingga akhirnya jam berdentang di angka sepuluh.

" Tidak bisa, aku harus menyusul nya. " Marwah bangkit. Dia bergerak cepat, meraih jaket dan helmnya.

Begitu membuka pintu, Marwah di sambut raut Safa yang lesu dan kelelahan .

" Hhhh...." Marwah menghela nafas berat menghilangkan kekhawatirannya.

" Kau kenapa? Minggir." Usir Safa dengan tangan yang mengibas ke kiri dan kanan. Itu karena tubuh tinggi Marwah berdiri tegak menghalangi jalan masuk ke dalam rumah.

Marwah bergeser . " Aku baru saja mau menjemput mu." Akunya mengikuti Safa yang berjalan gontai di depan.

Safa merebahkan tubuhnya di sofa bed yang baru saja di tiduri Marwah.

" Maksud mu, dengan motor?"

" Mmm...tidak ada lagi bus yang melewati jalur rumah kita jika lewat jam sepuluh malam."

" Lebih baik aku jalan kaki dari pada bertengger di belakang motor mu."

" Burung kali bertengger. Dasar penakut." Ejeknya sembari melepas jaketnya kembali. " Kenapa baru pulang? Mbak sudah sholat?"

" Sudah..tidak usah tanya kenapa aku baru pulang, Ra. Nasib baik aku tidak menginap." Keluhnya di barengi dengan suara lemas.

" Ckckckck..siapa suruh jadi dokter. Capek, kan?"

Safa tidak menggubris perkataan Marwah.

" Bagaimana pekerjaanmu?" Tanyanya dengan mata yang hampir tertutup karena mengantuk.

" Aku di pecat."

Mata Safa terbuka lebar, seketika duduk tegap dan menatap adik kembarnya yang duduk di sebelah nya sedang tertunduk lesu.

" Di pecat? Bagaimana bisa? Ini hari pertamamu, Ra..."

" Ya begitulah keadaannya." Giliran Marwah yang merebahkan tubuhnya.

" Ceritakan padaku, apa yang terjadi."

Marwah berceloteh, mengeluarkan semua isi hatinya dan kekesalannya pada pria yang memecatnya.

" Dari ceritamu, ku rasa kau yang salah. Kamu kan yang minta di pecat? "

" Kenapa membelanya?" Geram Marwah dan tidak terima dengan sikap Safa.

" Aku tidak membela, dia memang mengancam mu, tapi kan dia tidak melakukan nya. Kamu saja yang emosian. Lagian, kenapa tidak jadi sekertaris nya saja?"

" Ogah."

" Menjadi sekertaris itu job yang keren loh, dek. Kamu bisa dekat dengan atasan dan akan banyak belajar darinya."

" Iya, kalau bosnya baik hati dan ramah, tapi kalau modelan kayak dia mah, mending aku jadi ibu rumah tangga saja." Ketus Marwah.

Safa menghela nafas." Jadi, bagaimana?"

" Maksudnya bagaimana?"

" Kamu tidak mau balik ke Indo? "

" Entah."

" Mending pulang saja, kalau tidak mau bekerja untuk Brawijaya , ya minimal temani uncle Zayn di medical invesma."

" Malas." Ujarnya meraih Alquran kecil di atas meja dan membukanya.

" Kenapa?"

" Aku malas ketemu dengannya."

Safa tertawa. " Makanya, jangan suka mengganggu anak kesayangannya."

Marwah memutar bola matanya jengah.

" Ayo tidur, aku mengantuk." Ajak Safa yang berjalan mendahului Marwah.

*

*

London, Inggris.

" Aku dengar, Brawijaya akan membuka cabang nya di Manchester. "

" Rencananya seperti itu, doakan saja, semoga semua berjalan lancar."

" Aamiin."

Kedua pria uzur itu pun saling berbagi pengalaman setelah cukup lama tidak bersua.

" Apa kau punya stok cucu yang cantik?" Tanya Alden Hatcher serius.

Opa Lukman tertawa terbahak.

" Ekspresi mu seperti mewakilkan jika kau sedang mengejekku." Lanjut Alden tersenyum sembari menyeruput secangkir kopi Americano yang masih mengepul.

" Kau masih menganut paham lama, Alden. Anak anak jaman sekarang sudah tidak mau di jodoh jodohkan."

" Sebenarnya, cucuku sudah punya tunangan, tapi keluarga besar tidak menyukai wanita pilihannya itu."

" Jangan ikut campur untuk urusan hati, biarkan saja anak anak yang menentukan pilihannya, kita sebagai orang tua hanya perlu mendoakan kebahagiaan mereka saja."

" Dasar pelit. Aku tahu bibit Brawijaya seperti apa. Karena itu, aku menginginkan hubungan lebih dari sahabat di antara keluarga kita, Lukman."

Opa Lukman menghela nafas.

" Memangnya siapa yang kau carikan jodoh?"

" Barra."

" CEO HG?"

" Mmm."

" Dia tampan , buat apa menjodohkannya? Toh katamu tadi dia sudah punya tunangan."

" Ibunya tidak menyukai wanita itu." Helaan nafas putus asa Alden bisa di dengarkan dengan jelas oleh opa Lukman.

" Cucuku , semuanya sudah menikah, tapi mereka sudah punya anak anak yang sudah beranjak dewasa."

" Boleh aku lihat fotonya?"

Opa Lukman mengeluarkan foto keluarga Brawijaya."

" Ini, namanya Safa, dia calon dokter spesialis obgyn." Alden menatap wajah Safa dan seketika mengulas senyum." Tapi kalau dengan Barra, ku rasa dia tidak cocok." Lanjut opa Lukman yang membuat senyum Alden menguar.

" Kenapa?"

" Dia pendiam dan kalem, kalau dia menikahi Barra, itu tidak akan bertahan lama. Perangai cucumu yang pemarah , tidak bisa di imbangi oleh Safa."

" Kau benar. Tapi, dari mana kau tau ?" Alden heran.

" Barra Arion Hatcher, generasi ke tiga grup HG, menurut mu siapa yang tidak mengenalnya di kalangan para pengusaha ? Aku akui kehebatan dan sepak terjangnya, tapi dia cukup terkenal temperamental di kalangan para pengusaha muda."

Alden menghela nafas." Sepertinya, kau tau banyak tentang keluarga ku. "

Abi Lukman tersenyum simpul.

" Jadi, menurut mu, dia cocok dengan siapa?" Alden kembali melanjutkan usahanya.

Melihat sosok wajah ayu di dalam foto keluarga besar Brawijaya , Alden segera menunjuknya." Bagaimana kalau ini, dia sangat cantik, Lukman."

" Yang mana?"

Alden menunjuk gadis yang tersenyum manis di samping umi Aza." Ini."

Opa Lukman menggeleng." Tidak boleh, dia masih sekolah. "

Alden mendengus kesal." Ini tidak boleh, itu tidak boleh. Kau niat tidak memberikan cucu mu pada ku!"

Opa Lukman tertawa. " Tidak sabaran sekali."

Opa Lukman kembali memperlihatkan sebuah foto, bukan lagi foto keluarga besar Brawijaya. Tapi sebuah gambar seorang gadis cantik berpose di samping motornya.

" Yang ini."

Alden begitu antusias sampai sampai merampas ponsel opa Lukman.

Alden memperbaiki letak kacamatanya, dia mulai memperhatikan foto gadis cantik dengan kerudung warna blue sky.

Keningnya mengernyit." Bukankah ini yang tadi?" Tanyanya merujuk pada foto Safa yang Alden lihat sebelumnya.

" Bukan, ini Marwah, mereka kembar."

" Wow...amazing." Ujarnya speechless.

" Dia tomboy, hobinya menunggangi motor sport dan balapan. Sifatnya juga sedikit garang dan susah di atur. Menurutku, dia cocok dengan cucu mu. Bagaimana? "

" Ku rasa , iya..hahahahaha." Alden tertawa riang.

" Aku penasaran, kenapa ibunya Barra tidak menyukai tunangan anaknya?"

Alden menghela nafas." Karena ini." Tunjuknya pada kerudung Marwah.

" Kau tau kan, menantuku itu asli Indonesia dengan ajaran agama yang sangat kental. Dia menginginkan putranya memiliki pasangan yang seiman dan memakai jilbab sepertinya."

Opa Lukman mengangguk tanda jika dia memahami maksud dari perkataan sahabat nya.

" Baiklah, aku hanya memberitahu saja. Sisanya, urusan mu. " Ujar opa Lukman menyerahkan semua keputusan pada Alden dan tentu saja, Barra.

*

*

Apartemen Barra.

Pria tampan itu nampak kelimpungan . Dia berjalan ke sana dan kemari hanya mengenakan handuk. Sejak setengah jam lalu, Barra sibuk mencari secarik kertas yang di berikan Liam kemarin.

" Perasaan, aku menyimpannya di saku jas. Tapi sekarang tidak ada, apa aku menjatuhkannya?"

Barra kesal. Itu satu satunya kertas yang bisa dia gunakan untuk mengancam Marwah agar kembali bekerja di perusahannya.

Mondar mandir Barra mencari cara untuk bisa mendapatkan nomor telpon Marwah. Dan...akhirnya, otak cemerlangnya menemukan cara brilian itu.

Barra meraih ponselnya.

" Liam."

" Iya tuan, aku sudah di depan pintu apartemen anda."

Barra mematikan ponselnya dan segera membuka pintu untuk Liam.

Liam menatap penampilan Barra.

" Saya kira anda sudah siap."

" Liam. kertas yang kemarin hilang. Apa mungkin aku bisa mendapatkan nomor telpon wanita itu dari CV nya?" Tanyanya tergesa.

" Tentu saja , tuan. "

" Syukurlah." Barra nampak senang.

Liam mengernyit. " Benarkah hanya untuk biaya operasi si hitam, dia begitu antusias untuk menghubungi gadis itu? Kenapa aku merasa jika ini akal akalan nya saja?" Batin Liam memperhatikan gerak gerik Barra yang sudah seperti orang jatuh cinta.

...****************...

Terpopuler

Comments

Mardia Emailvivo

Mardia Emailvivo

meleleh hati ku Thor,nggu lanjutan nya
ya Allah cepat lah siang ber ganti malam,agar bisa kami membaca lanjutan cerita menarik yg di inspirasi penulis Ter cayank kami....betul👍 betul👍 betul👍💪

2025-06-12

3

SasSya

SasSya

jalan jodoh memang gak di sangka zaaa
yg di sini para tetua sudah ada kesepakatan
yg di sana lagi proses "ta'aruffan" (tarik urat kesabaran)
😂

2025-07-01

2

Fittar

Fittar

para tetua sibuk menjodohkan sedang anak mudanya sibuk dengan jalannya sendiri. tapi tetap pada orang yang sama... alam semesta merestui perjodohan para opa opa kayaknya 😅
trus safa siapa ya kira kira jodohnya

2025-06-13

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Pekerjaan baru
2 Episode 2 : Penasaran
3 Episode 3 : Di pecat di hari pertama
4 Episode 4 : Kegagalan dan pengakuan
5 Episode 5 : Usaha perjodohan
6 Episode 6 : Haphepobhia
7 Episode 7 : Bukti bahwa darah lebih kental dari air
8 Episode 8 : Memutuskan berpisah
9 Episode 9 : Salah mengira
10 Episode 10 : Target sudah di temukan
11 Episode 11 : Tidak ada pilihan lain
12 Episode 12 : Hari pertama menjadi sekertaris
13 Episode 13 : Kecurigaan Arga
14 Episode 14 : Mama Arini
15 Episode 15 : Perlahan identitas terkuak
16 Episode 16 : Berkunjung ke Al Hidayah
17 Episode 17 : Keusilan mama Arini
18 Episode 18 : Lamaran dadakan
19 Episode 19 : Kekesalan Arga
20 Episode 20 : Claudia Jansen
21 Episode 21 : Insiden secangkir kopi
22 Episode 22 : Bahagia ku sesederhana itu
23 Episode 23 : Ada apa dengan Claudia?
24 Episode 24 : Perintah opa Alden
25 Episode 25 : Hari pernikahan
26 Episode 26 : Batal atau di lanjutkan?
27 Episode 27 : Dalang pembatalan
28 Episode 28 : Sah
29 Episode 29 : Di tinggal di malam pertama
30 Episode 30 : Sapaan pagi
31 Episode 31 : Cinta Arga
32 Episode 32 : Lidah tak bertulang
33 Episode 33 : Surprise
34 Episode 34 : Diam, ternyata penyakit wanita
35 Episode 35 : Si nona tunangan
36 Episode 36 : Mencairkan es
37 Episode 37 : Cemburu?
38 Episode 38 : Welcome to Speed Devils
39 Episode 39 : Kalah bukan berarti kalah
40 Episode 40 : Salju pertama, ciuman pertama
41 Episode 41 : Si paling tiba tiba
42 Episode 42 : Pesan
Episodes

Updated 42 Episodes

1
Episode 1 : Pekerjaan baru
2
Episode 2 : Penasaran
3
Episode 3 : Di pecat di hari pertama
4
Episode 4 : Kegagalan dan pengakuan
5
Episode 5 : Usaha perjodohan
6
Episode 6 : Haphepobhia
7
Episode 7 : Bukti bahwa darah lebih kental dari air
8
Episode 8 : Memutuskan berpisah
9
Episode 9 : Salah mengira
10
Episode 10 : Target sudah di temukan
11
Episode 11 : Tidak ada pilihan lain
12
Episode 12 : Hari pertama menjadi sekertaris
13
Episode 13 : Kecurigaan Arga
14
Episode 14 : Mama Arini
15
Episode 15 : Perlahan identitas terkuak
16
Episode 16 : Berkunjung ke Al Hidayah
17
Episode 17 : Keusilan mama Arini
18
Episode 18 : Lamaran dadakan
19
Episode 19 : Kekesalan Arga
20
Episode 20 : Claudia Jansen
21
Episode 21 : Insiden secangkir kopi
22
Episode 22 : Bahagia ku sesederhana itu
23
Episode 23 : Ada apa dengan Claudia?
24
Episode 24 : Perintah opa Alden
25
Episode 25 : Hari pernikahan
26
Episode 26 : Batal atau di lanjutkan?
27
Episode 27 : Dalang pembatalan
28
Episode 28 : Sah
29
Episode 29 : Di tinggal di malam pertama
30
Episode 30 : Sapaan pagi
31
Episode 31 : Cinta Arga
32
Episode 32 : Lidah tak bertulang
33
Episode 33 : Surprise
34
Episode 34 : Diam, ternyata penyakit wanita
35
Episode 35 : Si nona tunangan
36
Episode 36 : Mencairkan es
37
Episode 37 : Cemburu?
38
Episode 38 : Welcome to Speed Devils
39
Episode 39 : Kalah bukan berarti kalah
40
Episode 40 : Salju pertama, ciuman pertama
41
Episode 41 : Si paling tiba tiba
42
Episode 42 : Pesan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!