04. Konflik berat

Rere tahu, ini saatnya dia lari atau kabur. Cari pertolongan, teriak atau menangis minta belas kasihan.

Tetapi hatinya merasa ini bukan saatnya untuk berkompromi lagi. Dengan sekuat tenaga dia menghentakkan kakinya menginjak kaki Ben yang sangat dekat dengan kakinya.

Ben pun melepas pegangan tangannya dan mengaduh memegang kakinya sendiri.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan. Rere pun langsung berlari menuju pintu toilet menerobos sekelompok pemuda itu. Merekapun berusaha menahan Rere, tetapi entah kenapa Rere bisa mencapai pintu dan menarik daunnya, membuat pintu terbuka dan berlari keluar sekencang mungkin.

Rere berbelok menuju ke tangga untuk turun ke bawah. Dia tidak punya kunci, dia juga tidak punya HP untuk menelepon siapa saja minta tolong. Rere berlari sekencang mungkin, dia tidak berani menengok ke belakang. Dia Cuma berharap ini adalah mimpi buruk. "Bangun Re" Teriaknya dalam hati berharap sesuatu akan terjadi. Tetapi dia tetap menemukan dirinya masih berlari dan terus berlari.

Tiba di gerbang dia mendapati gerbang itu sudah terkunci dari dalam. "Oh tidak!" seru Rere dalam hati. Rere memutar otak. Pak somad! katanya lagi. Mungkin dia bisa ke tempat Pak Somad untuk minta tolong.

Rere pun membalikkan badannya. Dia lihat tak jauh dari tempatnya 4 orang pemuda berseragam putih abu-abu sedang berlari kencang ke arahnya. Sejurus kemudian Rere berlari membelokkan badan menuju ke tempat pak Somad. Pak Somad tinggal di belakang sekolah dan Rere pun tahu jalan memutar menuju ke tempat pak Somad.

Semoga saja pak somad ada, Rere benar-benar mengerahkan seluruh tenaga yang tersisa dalam dirinya, entah kenapa pikiran nya sangat kalut saat ini. Siapa mereka? Dan kenapa dia bisa pingsan.

Rere menghempaskan segala pikiran yang ada di kepalanya, yang harus dia lakukan sekarang cuma satu ,minta pertolongan.

 Dia memberanikan diri menoleh ke belakang. Keempat pemuda itupun masih mengikutinya. Jantung Rere berdegup kencang. Dia tidak boleh lemah. Dia bisa berlari kencang.

Setiba di tempat pak Somad. Rere mendapati pintu rumah sudah terbuka. Dilihatnya ke dalam. Terlihat pak Somad sedang tertidur di tempat duduknya. Secangkir kopi, sebungkus rokok dan sepiring roti donat ada di meja di depan pak Somad terlelap. "Thanks God" seru Rere dalam hati. Dengan keras dia mengetuk pintu membangunkan pak Somad.

"Pak Somad… pak…, bangun pak tolong saya!!" tanpa permisi Rere masuk ke dalam rumah dan mengguncang tubuh pak somad, berharap dia akan bangun dari tidurnya.

 Tetapi pak Somad tak bergeming sedikitpun. "Pak… pak Somad! Bangun pak!! Tolong saya pak… ada orang yang mau menculik saya pak…" sambil mengguncangkan dan membangunkan pak Somad, Rere menunjuk dan menoleh ke luar seolah-olah ingin menunjukkan ada orang jahat yang mau menculiknya.

Tetapi di arah Rere menunjukkan jari telunjuknya, keempat pemuda tersebut sudah berdiri berjajar dengan tenangnya sambil melipat tangan seolah-olah mereka berpose untuk suatu pemotretan. Rere merasa keadaan sudah sangat buruk.

"Bangun Re bangun!" Rere berusaha berteriak di dalam dirinya berharap ini hanyalah mimpi buruk belaka.

"Ngapain say… pak somad nya lagi tidur… jangan dibangunin… kasihan dong… kan udah capek kerja seharian.." lagi-lagi Ben yang berkata. Dengan santai dia masuk ke dalam dan mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya. Seperti obat kapsul berwarna biru muda. Ben membuka kapsul itu dan menuangkan isinya ke dalam cangkir kopi pak Somad. Rere pun mengerti. Pak Somad sedang tak sadarkan diri sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!