03

Jangan pernah berikan harapan jika kamu tak mampu memenuhinya. Lebih baik jujur meski pilu, daripada bahagia tapi palsu.

Dengan isak tangis yang tertahan Diana berlalu pergi dengan kekuatan yang ada mencoba menerima kenyataan meski sepait itu, apapun itu inilah hidup yang harus terus dilakukan seperti alurnya, bukan sok kuat tapi, sosok Diana bukanlah dari keluarga yang berlebih secara finansial, dengan saudara lebih dari dua Diana hanya bisa berupaya untuk sekedar mencukupi kebutuhannya

dan sedikit membantu sang Ibu.

Meski sakit, seakan sembilu itu telah menghujam ke dalam relung hatinya secara berulang Diana hanya bisa pasrah meski penyesalan itu datang selalu belakangan, toh semua sudah terjadi mungkin hanya bisa melepaskan. Maka esok lusa, jika dia adalah cinta sejatiku, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatiku.

Berupaya kuat hanya itu yang Diana bisa lakukan. Sesekali menyeka air mata menghapus luka yang masih menghujamnya, mencari ketenangan memilih menyendiri disebuah puncak mendekati lokasi siaran live nanti malam, hampir dua jam mengendarai motornya Diana sampai di sebuah pinggiran gunung yang biasanya dibuat paralayang mencari lokasi untuk memarkir motot dan menyandarkan pikirannya untuk sekedar mengulang kisahnya berupaya sekuat tenaga menghadapi kenyataan.

"Matahari tidak akan batal terbit hanya karena kamu enggan menghadapi hari esok."suara yang tiba tiba muncul dari belakangnya membuat lamunanya terpecah, membuat Diana menoleh memastikan siapa yang mengatakan itu

Seakan suatu kebetulan sosok rekan kerja yang sama bersama nanti malam ada di tempatnya sekarang, Diana tetaplah Diana yang masih sangat rapuh untuk menutupi lukanya beberapa waktu lalu yang masih menganga, senyumnya nampak jelas hanyalah sebuah paksaan yang Diana lakukan untuk sosok teman barunya itu

"hay Dia, sendirian saja"Ridwan mengatakan itu meski nampak hanya basa basi membuka pembicaraan

"Heem lgi, pingin sendirian"timpal Diana

"Entar malem mainkan ? "Kembali Ridwan membuka percakapan "Iya masih tiga jam lagikan ?!"nampak Diana mulai tidak nyaman "baiklah, jika membuatmu kurang nyaman aku diujung sebelah kanan"Ridwan tahu akan ekspresi Diana yang terkesan datar itu

Ridwan salah satu pemain dalam acara tv malam ini, mereka saling kenal hanya saja tidak terlalu dekat, karena Yudi juga membatasi Diana dalam bergaul dengan lawan jenis apalagi teman sealurnya didunia musik.

Tanpa banyak kata lagi Ridwan telah pergi, itupun tanpa Diana sadari Ridwan tahu kisahnya.

Pergeseran Jam membuat Diana sadar sudah beberapa jam Iya melamun dengan menelan pahit kenyataan, penghianatan itu menyakitkan,

Ada sebuah getaran dibalik jaket yang membuatnya sedikit hangat, spontan Diana menariknya keluar, terpampang nomer asing disana dengan sebuah pesan, digulirnya sampai nampak sebuah kata kata yang tersusun rapi

"Diana, jangan habiskan air matamu untuk menangisi seseorang yang jangan-jangan tidak pernah menangis untukmu. Jangan habiskan waktu memikirkan seseorang yang boleh jadi tidak pernah memikirkanmu. Hidup ini kadang memang ganjil sekali. Ada miliaran orang, tapi kita menambatkan satu hati. Ada berjuta kesempatan, tapi kita memilih satu saja. Hidup ini memang kadang rumit sekali. Ada banyak hari esok, tapi kita tak beranjak. Terlalu banyak hari kemarin, tapi kita terus terbenam."

Senyumnya sedikit mengembang, Diana tak ingin membalasnya hanya beranjak pergi meninggalkan jejak kenangandisitu, diujung pandangannya disaksikan lampu lampu yang kian malam menawan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!