Rencana perjodohan

"Tolong! Tolong!"

Diri dalam kamar, Azizah dan Zahra mendengar suara teriakan itu.

Segera mereka masuk ke dalam kamar yang gelap gulita itu. Saklar lampu di dinding di nyalakan, hingga tampak oleh mereka sesosok pemuda yang tidur tanpa menggunakan baju.

"Aaaa!" Azizah terpekik dan lansung memeluk lengan Zahra. Pandangannya juga di alihkan dari sosok pemuda yang berbaring di ranjang.

"Kamu kenapa, heh?" tegur Zahra.

"It-itu, tato Abang, serem benget!"

"Ishk, kamu itu jangan jadi anak alay bisa nggak? Sama tato aja takut. Abang itu kan cowok, jadi wajar dia punya tato. Apalagi kalau ada tato Upin dan Ipin di dadanya, pasti lebih keren lagi, kan?" ucap Zahra, kemudian tertawa sendiri, membayangkan ada tato tokoh favoritnya di kedua dada pemuda itu.

"Tolong! Tolong!"

Teriakan suara garau itu kembali terdengar. Di sana wajah Azam sudah di banjiri keringat. Kadang dia menoleh ke kiri dan kadang ke kanan, tampak cemas, gelisah dan ketakutan.

"Zah, ayo kita bangunin Abang. Jangan-jangan Abang mimpi di culik Nenek Dayung," ajak Zahra menarik tangan saudaranya yang masih berpaling ke arah lain.

"Ishk, kamu jangan mengada-ada! Mana ada nenek Dayung."

"Hehehe, kan dulu Abang sendiri yang sering menakut-nakuti kita dengan nama itu. Sudah, ayo kita bangunkan. Kasihan Abang sudah berkeringat begitu." Tangan Azizah di tariknya mendekati tempat tidur.

"Abang, banguuun!" teriak Zahra sambil menggoyangkan badan Azam. Cukup lama gadis itu melakukan, namun Azam tak kunjung bangun.

"Ishk, Abang ini tidur atau sudah mati sih?" gerutunya karna telah capek menggoyangkan tubuh kekar saudaranya itu.

"Kamu lupa ya? Abang kan kalau tidur memang susah di bangunin." Azizah memberitahukan.

"Oh, iya aku lupa. Kalau begitu..."

Tangan Zahra lansung berpindah ke hidung Azam. Di pencetnya agak lama hidung mancung pemuda itu.

Tidak lama mata pemuda itu terbuka. Tangan Zahra di tepiskannya kasar, lalu dia meraup udara dengan rakus. Matanya membulat melihat kehadiran kedua adiknya di dalam kamar. "Si-siapa kalian? Ap-apa yang kalian mau?" tanyanya sambil beringsut, menyandarkan punggung di sandaran ranjang. Dadanya berombak naik-turun. Karna mimpi buruk yang dialaminya belum sepenuhnya hilang di kepala.

Zahra dan Azizah saling berpandang satu sama lain. Heran melihat tingkah abangnya.

"Abang! Ini Zahra! Adik Abang yang paling  cantik dan calon penghuni surga. Masa Abang lupa sih?"

Azam mengucek mata, lalu memperhatikan kembali dua gadis yang berdiri di samping ranjang. Dia mendengus sambil mengusap wajah dengan ke dua telapak tangan setelah sadar dari mimpi buruk yang dialaminya barusan. Helaan nafas kasar di hembuskan berat.

"Heisk! Kenapa membangunkan gue?" tanyanya.

"Ishk, Abang ini marah-marah terus. Bukannya berterima kasih karna sudah Zahra bangunin, ini malah marah-marah. Coba kalau gak Zahra bangunin, mungkin sekarang Abang sudah di culik nenek Dayung!"

Azam kembali mendengus. "Oke, thaks you. Sekarang gue sudah bangun, kan? So? Kalian mau apa lagi?"

Mata Zahra dan Azizah kini malah fokus memandang tato naga di sebelah kiri dada pemuda itu.

Azam mengerutkan kening. "Apa yang kalian lihat?"

"Itu!" Zahra memanjangkan bibirnya menunjuk tato di dada Abangnya.

Azam menoleh kiri dan kanan, mencari apa yang di tunjuk adiknya. "Apa sih?"

"Itu." Zahra masih menunjuk tato naga di badan pemuda itu dengan bibirnya.

"Itu, itu, itu! Itu apa?" dengusnya mulai kesal. Matanya masih mencari apa yang di tunjuk adiknya.

Zahra mendekat, lalu menyentuh tato naga itu dengan telunjuknya. "Ini! Tato apa?"

"Ishk, lu ini!" Tangan Zahra di tepiskannya kasar, lalu selimut di samping di tarik menutupi badannya.

"Zahra tahu! Itu pasti tato cacing kan! Cowok masa tatonya begituan. Mana keren?" ledek Zahra, lalu tertawa sendiri.

"Lu jangan asal ngomong ya? Ini tato naga tau!"

"Naga? Naga apa kurus gitu? Hmm, pasti naga kurang gizi, kan? Atau Abang sengaja gak mengasih makan naga itu? Ish, ish. Parah!" sinisnya, lalu kembali tertawa.

Azizah menyikut lengan kembarnya, saat melihat mata Azam yang merah menyala menatap mereka.

"Sudah! Keluar sana!" usir Azam, menunjuk ke arah pintu kamar.

"Gitu aja marah. Pantas aja naganya kurus. Makan hati terus. Eh, tapi kalau Abang bikin tato Upin-Ipin pasti bagus. Dan kadar ketampanan Abang pasti semakin bertambah."

"What?" Membulat mata Azam mendengar saran dari adiknya.

Zahra malah menyeringai lebar memamerkan barisan giginya.

"Eh, kalian keluar gak? Atau gue seret kalian keluar!" ancam Azam.

"Seret...seret memangnya kita gerobak pakai di seret segala," balas Zahra tanpa ada rasa takut sama sekali.

Bantal yang berada di samping di ambil satu lalu di lemparkan pada kedua gadis itu. "Keluar!" teriaknya keras.

"Iya, iya. Kita keluar." Kedua gadis itu mengayunkan kaki menuju ke arah pintu kamar. Tapi langkah mereka terhenti karna belum menyampaikan pesan dari bunda mereka.

"Apa lagi?" Azam melototkan mata pada mereka yang kembali berbalik badan.

"Itu, Abang sudah di tungguin di meja makan. Ada Nenek Lampir juga, calon bini Abang."

"Nenek Lampir? Siapa?" tanya Azam dengan kening berkerut.

"Siapa lagi kalau bukan si Nona kegatalan itu."

Semakin berkerut saja kening Azam, coba menerka siapa yang di maksud adiknya.

"Sudah, cepat turun! Jangan lupa pakai baju. Sampai Papa tahu Abang punya tato. Bisa-bisa naga Abang itu di jadikan santapan makan malam," ujar Zahra lalu melangkah pergi.

Azam pun turun dari tempat tidur setelah kedua adiknya menghilang di balik pintu kamar.

Dia berdiri di depan cermin besar yang tertempel di pintu lemari.

"Masa tato gue sekeren ini di bilang seperti cacing? Ishk, buat apa juga gue mendengarkan tanggapan mereka. Mereka itu kan dari dulu emang selalu sirik sama gue," gumamnya lalu tersenyum sendiri ketika teringat kedua adiknya itu yang menangis meminta di belikan baju yang sama pada waktu lebaran.

***

Ting Ting Ting

Tidak ada suara lain, kecuali suara sendok dan piring yang saling beradu. Daniel memang selalu mengingatkan pada anak-anaknya agar tidak ada yang bicara ketika sedang makan. Mengamalkan apa yang di katakan ustadz.

Pria itu sedikit banyak memang lebih religius pasca kejadian yang hampir merenggut nyawa salah satu putrinya. Kejadian itu tidak pernah bisa dia lupakan. Daniel sangat meyakini karna pertolongan diataslah, sampai sekarang ini ia masih bisa melihat anak-anaknya tumbuh besar.

Selain lebih religius, Daniel juga lebih dermawan, karna sering juga mengikuti kajian-kajian yang di sampaikan ustadz. Tidak ada orang yang miskin karna bersedekah. Kata-kata itu selalu memotivasinya. Nyatanya memang benar, sebanyak harta yang dia keluarkan untuk membantu anak yatim dan fakir miskin atau pun membangun tempat-tempat ibadah, tapi dia merasa tidak sedikitpun merasa hartanya berkurang, malah setiap tahun semua bisnis usahanya selalu mengalami peningkatan. Selain sukses di dunia bisnis, pria itu sekarang juga sudah terjun ke dunia politik, menjalankan amanah yang di embankan rakyat padanya.

Selesai makan malam, Ayang mengajak Andre, Airin dan anak-anaknya ke ruang keluarga--ingin menyampaikan rencananya perjodohan Azam dengan Airin.

"Bagaimana? Apa Azam setuju menikah dengan Airin?" tanya Ayang setelah menyampaikan rencana tersebut.

Pemuda itu memandang semua yang ada di ruang keluarga. Ia juga melihat sebelah tangan Zahra yang melambai dan menggelengkan kepala. Entah apa maksud adiknya itu, ia pun tidak tahu. Tapi yang jelas, ia tidak akan pernah mengecewakan bundanya. Di otaknya sudah tertanam, 'surga di bawah telapak kaki ibu'.

"Ya, Abang setuju Bunda."

Terpopuler

Comments

aleena

aleena

azam pasti tiap hari dihantui rasa bersalah,makanya stiap tidur meminta tolong
itulah siksaan ,pisikologis

2025-07-12

1

kalea rizuky

kalea rizuky

tau agama anak salah di bela bner kah ortunya azam.. aneh g cari tau korban anak nya

2025-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Menyambut kepulangan
3 Om?
4 Calon menantu kesayangan Bunda
5 Rencana perjodohan
6 Airin
7 Kenyataan yang tak pernah di ketahui
8 Dinas Sosial
9 Amplop dari Parjo
10 Azam hilang
11 Trik marketing menjual nasi goreng
12 Untung banyak
13 Ongkos ojek
14 Cara meredam emosi istri
15 Laris manis
16 Ingat masa lalu
17 Menepati janji
18 Mau bicara 4 mata
19 Rencana yang tersirat
20 Abang yang aneh
21 Aryo?
22 Saya mau di bawa kemana?
23 Haram-Halal
24 Periksa mata
25 Ikut kencan
26 Dinner
27 Bungkus makanan
28 Bantu ngerjain PR
29 IMURA Caffee
30 Bulliying
31 Pengemis
32 Lonching perdana
33 Promosi
34 Kebanjiran pengunjung
35 Pindah
36 Merepotkan!
37 37
38 Pengumuman penting
39 Ngepen
40 Pingit
41 Ngambek
42 Butik
43 Gak laku
44 Malu malu mau
45 Rencana makan malam
46 Memantapkan niat
47 Kilas kenangan
48 Fitnah
49 Api
50 Rencana
51 Sah
52 Kecewa
53 53 Kakek
54 54 Malam pertama
55 Canggung
56 Sekilas info perpisahan
57 CCTV
58 Gagal lagi minta jatah
59 Rencana Honeymoon
60 Honeymoon
61 (Maber) Mandi bareng
62 Mak bulanan
63 Kawin
64 Di tinggal pergi
65 Bad mood
66 Otak otak
67 Gak bisa tidur
68 Draft
69 Honeymoon lagi
70 Nakal
71 Cemburu
72 Mual
73 Khawatir
74 Udah sembuh?
75 Kurus
76 Guna-guna
77 Pencuri
78 Pengumuman Buku Baru
79 Pindah rumah
80 Pergi
81 Rumah kontrakan
82 Nasehat bijak sang papa
83 Pulang
84 Dzolim
85 Minta maaf
86 Khawatir
87 Gak tau ngasih judul apa
88 Couple ni ye
89 Ketiduran
90 Hamil?
91 Cita cita
92 Soudzon
93 Suami yang sebenarnya
94 Rencana resepsi
95 Toilet Premium
96 Film horor
97 Ngambek
98 Beldalah lagi
99 Peri hutan & Pangeran kodok
100 Jatah jatah dan jatah
101 Preman kampung
102 Cita cita
103 Ngambek tapi masih mau
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Awal
2
Menyambut kepulangan
3
Om?
4
Calon menantu kesayangan Bunda
5
Rencana perjodohan
6
Airin
7
Kenyataan yang tak pernah di ketahui
8
Dinas Sosial
9
Amplop dari Parjo
10
Azam hilang
11
Trik marketing menjual nasi goreng
12
Untung banyak
13
Ongkos ojek
14
Cara meredam emosi istri
15
Laris manis
16
Ingat masa lalu
17
Menepati janji
18
Mau bicara 4 mata
19
Rencana yang tersirat
20
Abang yang aneh
21
Aryo?
22
Saya mau di bawa kemana?
23
Haram-Halal
24
Periksa mata
25
Ikut kencan
26
Dinner
27
Bungkus makanan
28
Bantu ngerjain PR
29
IMURA Caffee
30
Bulliying
31
Pengemis
32
Lonching perdana
33
Promosi
34
Kebanjiran pengunjung
35
Pindah
36
Merepotkan!
37
37
38
Pengumuman penting
39
Ngepen
40
Pingit
41
Ngambek
42
Butik
43
Gak laku
44
Malu malu mau
45
Rencana makan malam
46
Memantapkan niat
47
Kilas kenangan
48
Fitnah
49
Api
50
Rencana
51
Sah
52
Kecewa
53
53 Kakek
54
54 Malam pertama
55
Canggung
56
Sekilas info perpisahan
57
CCTV
58
Gagal lagi minta jatah
59
Rencana Honeymoon
60
Honeymoon
61
(Maber) Mandi bareng
62
Mak bulanan
63
Kawin
64
Di tinggal pergi
65
Bad mood
66
Otak otak
67
Gak bisa tidur
68
Draft
69
Honeymoon lagi
70
Nakal
71
Cemburu
72
Mual
73
Khawatir
74
Udah sembuh?
75
Kurus
76
Guna-guna
77
Pencuri
78
Pengumuman Buku Baru
79
Pindah rumah
80
Pergi
81
Rumah kontrakan
82
Nasehat bijak sang papa
83
Pulang
84
Dzolim
85
Minta maaf
86
Khawatir
87
Gak tau ngasih judul apa
88
Couple ni ye
89
Ketiduran
90
Hamil?
91
Cita cita
92
Soudzon
93
Suami yang sebenarnya
94
Rencana resepsi
95
Toilet Premium
96
Film horor
97
Ngambek
98
Beldalah lagi
99
Peri hutan & Pangeran kodok
100
Jatah jatah dan jatah
101
Preman kampung
102
Cita cita
103
Ngambek tapi masih mau

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!