Bab Empat

Khanza mengangkat kakinya, menaiki pagar pembatas. Saat dia ingin menjatuhkan tubuhnya, tiba-tiba dia merasa tubuhnya melayang. Dalam hatinya Khanza berpikir, apakah dia telah mati.

Khanza mencium bau wangi parfum. Dia berpikir apakah ini bau malaikat pencabut nyawa. Dia mencoba membuka matanya. Dia makin terkejut karena melihat wajah pria yang tampan.

Pria itu lalu menurunkan tubuh Khanza. Dia menatap tanpa kedip ke arah wanita itu.

"Kenapa kamu menolongku? Aku mau mati saja," ucap Khanza.

Khanza kembali ke tepi sungai dan mencoba naik lagi ke pagar pembatas untuk terjun ke dalam sungai. Namun, kembali tubuhnya di tahan pria itu.

Tanpa di duga pria itu menarik tubuh Khanza menjauh dari tepi sungai. Wanita itu mencoba memberontak.

"Lepaskan ... biar aku mati saja. Aku tak mau hidup!" teriak Khanza.

Tiba-tiba pria itu menampar pipi Khanza karena gadis itu tetap memberontak ingin bunuh diri. Setelah ditampar, dia terdiam dan terduduk di lantai.

Pria itu lalu mendekati Khanza, merasa bersalah karena telah menamparnya.

"Mbak, sebesar apa pun masalahmu, tak seharusnya kau harus bu'nuh diri. Hak hidup dan mati itu milik Tuhan. Dia yang berhak mencabut nyawa kita. Kenapa harus mengakhiri hidupmu?" ucap Pria itu.

Khanza hanya diam. Hanya air mata yang terus mengalir dari matanya. Ketika pria itu mau meraih tubuhnya, tiba-tiba dia terjatuh dan pingsan.

Pria itu terkejut. Dia langsung menggendong dan membawa masuk ke dalam mobilnya. Dia lalu melarikan mobilnya menuju sebuah klinik.

Sampai di sebuah rumah yang sekaligus dijadikan klinik, pria itu lalu kembali meraih tubun Khanza dan menggendongnya. Dia membawa masuk ke klinik.

"Vania ... Vania ...," teriak pria itu.

Seorang wanita cantik keluar dari klinik yang telah tutup. Saat ini jam telah menunjukan pukul sebelas malam.

"Siapa gadis yang kau bawa ini, Dipta?" tanya Vania. Dia heran melihat pria itu yang ternyata bernama Dipta menggendong tubuh seorang gadis.

"Aku nggak kenal. Aku melihatnya tadi ingin bunuh diri," ucap Dipta. Dia lalu menurunkan tubuh Khanza di tempat tidur yang biasa di gunakan pasien.

"Astaghfirullah ...." Vania tampak terkejut.

Vania lalu mendekati dan memeriksa tubuh Vania. Sementara tas dan semua barang gadis itu di simpan Dipta di lemari.

"Sepertinya terjadi sesuatu dengannya. Kamu boleh keluar dulu!" ucap Vania. Dipta langsung berjalan menjauh tanpa bantahan.

Vania lalu membuka baju Khanza. Bajunya juga sudah basah karena hujan. Dia melihat banyak bekas tanda merah di tubuh gadis itu. Dia tak mau menyimpulkan sesuatu, tapi dari keterangan Dipta yang mengatakan jika dia melihat wanita tersebut mau bunuh diri, Vania bisa menyimpulkan sesuatu. Dia memeriksa seluruh tubuhnya.

Vania keluar dan menemui Dipta yang menunggu di ruang tunggu pasien.

"Gadis itu sangat cantik. Kenapa dia mencoba bunuh diri, ya?" tanya Vania.

"Mana aku tau, Nia. Kalau aku tau nggak akan aku bertanya-tanya," jawab Dipta sambil tersenyum.

"Sepertinya dia baru ada acara. Bajunya kebaya lengkap. Apa baru wisuda? Tapi kenapa dia bunuh diri?" Kembali pertanyaan itu keluar dari bibir Vania. Dia tak mau mengatakan jika melihat banyak tanda kemerahan di tubuh Khanza.

"Namanya Khanza. Sepertinya baru selesai acara wisuda," ucap Dipta.

"Katanya kamu tak kenal? Kenapa tau namanya?" Kembali pertanyaan diajukan Vania.

"Aku memeriksa tasnya dan melihat identitas di dalam dapet. Aku rasa terjadi sesuatu sehingga dia memilih bunuh diri. Seharusnya orang berbahagia jika baru wisuda, berbeda dengan gadis itu."

"Apa dia mengalami pelecehan?" Kembali pertanyaan diajukan Vania.

Dipta tampak terkejut mendengar pertanyaan Vania. Dia tak berpikir ke arah sana. Namun, dia setuju dengan pikiran sahabatnya itu.

"Bisa jadi. Apa yang harus kita lakukan. Aku melihat alamat tempat tinggalnya lumayan jauh. Orang tuanya sudah meninggal kalau menurut identitas."

"Kita tunggu dia sadar. Biar aku yang bertanya," ucap Vania.

"Kalau begitu aku pulang. Sekalian aku cari tau alamat rumahnya. Siapa tau ada keluarga yang bisa dihubungi."

"Itu lebih baik."

"Aku pamit pulang dulu, Vania Sayang," ucap Dipta.

"Sana pulang! Nanti kemalaman," ujar Vania sambil mendorong tubuh pria itu keluar dari ruangan.

Sampai di halaman rumah, Dipta tak langsung masuk ke mobil. Dia masih berdiri dan tampaknya berpikir.

"Apa kamu bisa menghadapinya sendiri, Nia? Bagaimana jika dia mencoba bunuh diri lagi?" tanya Dipta dengan raut wajah agak kuatir.

"Tenang aja, Dipta. Kamu seperti baru mengenal aku aja. Aku bisa mengatasinya. Selain dokter spesialis kandungan, aku juga merangkap psikologi. Aku bisa mendekatinya secara perlahan. Kamu pulang saja. Salam sama Tante," ucap Vania.

Vania memang mengambil jurusan psikologi saat kuliah pasca sarjana, tapi dia memang tak bisa menjadi tenaga psikologi secara profesional, hanya sebagai dokter kandungan.

Seorang dokter spesialis kandungan dapat mengambil psikologi dengan tujuan menjadi psikolog klinis atau hanya sekadar memperluas pengetahuan dan keterampilan di bidang psikologi. Hal ini dapat memberikan manfaat bagi pasien yang mengalami masalah psikologis selama kehamilan dan persalinan, atau yang mengalami masalah pasca persalinan.

Vania kembali masuk ke ruang pemeriksaan. Dia melihat Khanza telah membuka matanya. Gadis itu tersenyum pada Khanza.

"Aku dimana ...?" tanya Khanza dengan suara lemah.

"Di klinik milikku. Bagaimana keadaanmu? Kamu mau makan atau mandi dulu?" tanya Vania masih dengan tersenyum manis.

"Kamu siapa? Kenapa aku bisa di sini?" Kambali Khanza bertanya. Dia lalu bangun dan duduk di tepi tempat tidur itu.

"Seorang pria baik yang menolong'mu. Dia membawa kamu kesini. Kamu mau mandi dulu?" Kembali Vania bertanya.

Khanza teringat kejadian siang tadi. Di mana dia telah di lecehkan Ryan. Dia lalu memukul tubuhnya.

"Tidak ... aku kotor. Aku telah dinodai. Aku tak mau hidup lagi. Aku mau mati saja," ucap Khanza memukul dadanya dengan kuat.

Vania mendekati Khanza dan menjauhkan tangannya. Dia memeluk gadis itu erat.

"Kamu tidak kotor. Kenapa menyakiti tubuhmu? Masih banyak orang di luar sana yang mengalami masalah lebih besar lagi. Hidup ini terlalu indah untuk di akhiri," ucap Vania.

"Dia menodai'ku. Aku malu. Aku lebih baik mati, tak guna aku hidup," ucap Khanza lagi.

"Khanza, kenapa kamu harus mengakhiri hidupmu? Kamu seharusnya menuntut mereka yang menyakiti kamu. Bukannya kamu malah menghukum diri sendiri. Kamu tak bersalah. Mereka yang telah menodai kamu yang seharusnya mendapatkan hukuman. Buktikan jika kamu bisa bangkit, dan buktikan kamu tidak selemah yang mereka pikirkan," ucap Vania.

Khanza tampak mulai tenang. Hanya Isak tangisnya yang terdengar.

"Sekarang sebaiknya kamu mandi," ucap Vania lagi.

Vania lalu membantu Khanza turun dari tempat tidur. Dia membawa ke kamar mandi dan memberikan handuk. Dia juga membantu Khanza mandi. Vania tak mau meninggalkannya, takut nanti ada niat untuk bunuh diri lagi.

Terpopuler

Comments

Adelia Rahma

Adelia Rahma

benar Khanza apa yang Vania katakan kamu harus kuat dan buktikan ke mereka bahwa kamu layak dan kamu harus menghukum mereka dengan kesuksesan dan kebahagiaan kamu semangat 💪🏻💪🏻 Khanza ada dokter Vania yang akan membantu kamu

2025-05-29

1

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

Khanza benar yang dikatakan Vania,kamu harus bangkit dan menghukum mereka yang telah menodaimu,ayo Khanza semangat 💪💪💪

2025-05-28

2

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

kasian khanza pasti trauma berat atas pelecehan itu, ryan cs tunggu aj karma untuk kalian

2025-05-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Bab Dua
3 Bab Tiga
4 Bab Empat
5 Bab Lima
6 Bab Enam
7 Bab Tujuh
8 Bab Delapan
9 Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Bab Sebelas
12 Bab Dua Belas
13 Bab Tiga Belas
14 Bab Empat Belas
15 Bab Lima Belas
16 Bab Enam Belas
17 Bab Tujuh Belas
18 Bab Delapan Belas
19 Bab Sembilan Belas
20 Bab Dua Puluh
21 Bab Dua Puluh Satu
22 Bab Dua Puluh Dua
23 Bab Dua Puluh Tiga
24 Bab Dua Puluh Empat
25 Bab Dua Puluh Lima
26 Bab Dua Puluh Enam
27 Bab Dua Puluh Tujuh
28 Bab Dua Puluh Delapan
29 Bab Dua Puluh Sembilan
30 Bab Tiga Puluh
31 Bab Tiga Puluh Satu
32 Bab Tiga Puluh Dua
33 Bab Tiga Puluh Tiga
34 Bab Tiga Puluh Empat
35 Bab Tiga Puluh Lima
36 Bab Tiga Puluh Enam
37 Bab Tiga Puluh Tujuh
38 Bab Tiga Puluh Delapan
39 Bab Tiga Puluh Sembilan
40 Bab Empat Puluh
41 Bab Empat Puluh Satu
42 Bab Empat Puluh Dua
43 Bab Empat Puluh Tiga
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Lima
46 Bab Empat Puluh Enam
47 Bab Empat Puluh Tujuh
48 Bab Empat Puluh Delapan
49 Bab Empat Puluh Sembilan
50 Bab Lima Puluh
51 Bab Lima Puluh Satu
52 Bab Lima Puluh Dua
53 Bab Lima Puluh Tiga
54 Bab Lima Puluh Empat
55 Bab Lima Puluh Lima
56 Bab Lima Puluh Enam
57 Bab Lima Puluh Tujuh
58 Bab Lima Puluh Delapan
59 Bab Lima Puluh Sembilan
60 Bab Enam Puluh
61 Bab Enam Puluh Satu
62 Bab Enam Puluh Dua
63 Bab Enam Puluh Tiga
64 Bab Enam Puluh Empat
65 Bab Enam Puluh Lima
66 Bab Enam Puluh Enam
67 Bab Enam Puluh Tujuh
68 Bab Enam Puluh Delapan
69 Bab Enam Puluh Sembilan
70 Bab Tujuh Puluh
71 Bab Tujuh Puluh Satu
72 Bab Tujuh Puluh Dua
73 Bab Tujuh Puluh Tiga
74 Bab Tujuh Puluh Empat
75 Bab Tujuh Puluh Lima
76 Bab Tujuh Puluh Enam
77 Bab Tujuh Puluh Tujuh
78 Bab Tujuh Puluh Delapan
79 Bab Tujuh Puluh Sembilan
80 Bab Delapan Puluh
81 Bab Delapan Puluh Satu
82 Bab Delapan Puluh Dua
83 Bab Delapan Puluh Tiga
84 Bab Delapan Puluh Empat
85 Bab Delapan Puluh Lima
86 Bab Delapan Puluh Enam
87 Bab Delapan Puluh Tujuh
88 Promo Novel
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab Satu
2
Bab Dua
3
Bab Tiga
4
Bab Empat
5
Bab Lima
6
Bab Enam
7
Bab Tujuh
8
Bab Delapan
9
Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Bab Sebelas
12
Bab Dua Belas
13
Bab Tiga Belas
14
Bab Empat Belas
15
Bab Lima Belas
16
Bab Enam Belas
17
Bab Tujuh Belas
18
Bab Delapan Belas
19
Bab Sembilan Belas
20
Bab Dua Puluh
21
Bab Dua Puluh Satu
22
Bab Dua Puluh Dua
23
Bab Dua Puluh Tiga
24
Bab Dua Puluh Empat
25
Bab Dua Puluh Lima
26
Bab Dua Puluh Enam
27
Bab Dua Puluh Tujuh
28
Bab Dua Puluh Delapan
29
Bab Dua Puluh Sembilan
30
Bab Tiga Puluh
31
Bab Tiga Puluh Satu
32
Bab Tiga Puluh Dua
33
Bab Tiga Puluh Tiga
34
Bab Tiga Puluh Empat
35
Bab Tiga Puluh Lima
36
Bab Tiga Puluh Enam
37
Bab Tiga Puluh Tujuh
38
Bab Tiga Puluh Delapan
39
Bab Tiga Puluh Sembilan
40
Bab Empat Puluh
41
Bab Empat Puluh Satu
42
Bab Empat Puluh Dua
43
Bab Empat Puluh Tiga
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Lima
46
Bab Empat Puluh Enam
47
Bab Empat Puluh Tujuh
48
Bab Empat Puluh Delapan
49
Bab Empat Puluh Sembilan
50
Bab Lima Puluh
51
Bab Lima Puluh Satu
52
Bab Lima Puluh Dua
53
Bab Lima Puluh Tiga
54
Bab Lima Puluh Empat
55
Bab Lima Puluh Lima
56
Bab Lima Puluh Enam
57
Bab Lima Puluh Tujuh
58
Bab Lima Puluh Delapan
59
Bab Lima Puluh Sembilan
60
Bab Enam Puluh
61
Bab Enam Puluh Satu
62
Bab Enam Puluh Dua
63
Bab Enam Puluh Tiga
64
Bab Enam Puluh Empat
65
Bab Enam Puluh Lima
66
Bab Enam Puluh Enam
67
Bab Enam Puluh Tujuh
68
Bab Enam Puluh Delapan
69
Bab Enam Puluh Sembilan
70
Bab Tujuh Puluh
71
Bab Tujuh Puluh Satu
72
Bab Tujuh Puluh Dua
73
Bab Tujuh Puluh Tiga
74
Bab Tujuh Puluh Empat
75
Bab Tujuh Puluh Lima
76
Bab Tujuh Puluh Enam
77
Bab Tujuh Puluh Tujuh
78
Bab Tujuh Puluh Delapan
79
Bab Tujuh Puluh Sembilan
80
Bab Delapan Puluh
81
Bab Delapan Puluh Satu
82
Bab Delapan Puluh Dua
83
Bab Delapan Puluh Tiga
84
Bab Delapan Puluh Empat
85
Bab Delapan Puluh Lima
86
Bab Delapan Puluh Enam
87
Bab Delapan Puluh Tujuh
88
Promo Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!