Iya. Kata Airin, Nayla pernah nulis sesuatu di situ.
Viola
Aduh gue deg-degan banget 😭
Rey
Santai, ada gue. Gue bawa senter.
∘₊✧──────✧₊∘
Keesokan paginya. Jam masih menunjukkan pukul 06.45. Belum banyak siswa yg datang. Udara terasa dingin,dan langit berwarna abu-abu. Kesan horor makin terasa menyelimuti ruang kelas itu.
Sherin, Raka, Fahri, dan Felicia sudah berasal di kelas lebih awal dari yg lain. Sementara Viola dan Rey akan nyusul. Airin diam-diam masuk terakhir. Mereka semua berdiri di depan lemari tua di pojok belakang. Lemari itu sudah agak reyot dimakan waktu, banyak coretan kecil di permukaannya, tetapi sekilas tidak ada yg aneh.
Fahri
“Ngebongkar sekarang aja?”
Sherin
“Pelan-pelan. Jangan sampai guru piket liat.”
Raka
“Gue bantu angkat sedikit.”
Raka dan Fahri sama-sama mendorong lemari itu ke samping.Perlahan lemari itu bergeser sedikit. Berat, tapi cukup memberi celah untuk melihat dibaliknya.
Sherin berjongkok. Menyoroti bagian belakang lemari menggunakan flashlight ponselnya.
Sherin
“Gue liat tulisan… tapi udah pudar banget.”
Felicia
“Coba foto, terus di-enhance brightness-nya.”
Sherin jepret. Semua berkumpul untuk melihat bersama-sama.Takut tapi penasaran.Viola otomatis memegang tangan Felicia karena takut.
Tulisan itu samar, tapi masih bisa dibaca perlahan.
“Gue pernah denger langkah juga. Tapi cuma malam.”
Seketika semuanya langsung menoleh ke arah Airin. Ia masih terlihat tenang, dengan tangan di saku hoodie-nya.
Sherin
“Lo pernah nginep di sekolah?”
Airin
“Pernah. Waktu lomba teater, latihan sampai malam. Suaranya terdengar jelas. Kayak sepatu kulit, jalan pelan-pelan di lorong.”
Raka
“Wah, fix ini bukan prank…”
Tiba-tiba...
Felicia
“Eh... notifikasi masuk!”
Feli membuka ponselnya. Satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
[Pesan Misterius]:
“𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐢𝐤𝐮𝐭 𝐜𝐚𝐦𝐩𝐮𝐫.”
Felicia
“GUE KENA 😰”
Semua langsung merasa tegang. Udara semakin memberatkan, membuat mereka merasa sulit untuk bernafas.Sherin langsung menuutup lemari, Raka juga bantu mendorong lemari kembali ke posisi semula.
Fahri
“Gue rasa... kita semua bakal dapet giliran.”
Airin
“Atau… kita udah diawasin dari awal.”
Mata mereka saling tatap. Kelas mulai ramai,sebentar lagi kelas akan di mulai. Guru piket muncul di lorong. Mereka buru-buru kembali ke tempat duduk, tetapi suasana sudah berubah.
Sherin memegang ponselnya erat. Dalam hati, satu hal makin jelas:
Comments