Lapangan belakang SMA Bintang Bangsa terasa lebih sunyi dari biasanya. Rumputnya agak tinggi dan beberapa daun kering beterbangan ditiup angin.
Sherin datang lebih awal. Disusul Raka dan Felicia. Viola terlihat gelisah, matanya seperti kurang tidur. Fahri diam, tetapi sorot matanya penuh akan waspada. Rey datang terakhir, benar-benar membawa gorengan seperti janjinya.
Mereka berdiri membentuk lingkaran kecil, saling memandang meki terlihat agak canggung.
Sherin
“Thanks udah mau dateng. Gue nggak mau nunda-nunda. Ini udah makin aneh.”
Raka
“Lo mikir siapa yang ngirim pesan kemarin?”
Fahri
“Kalau Nayla juga nerima pesan yang sama dulu, berarti pelakunya udah lama ngawasin kita.”
Viola
“Jadi... dia tahu posisi duduk kita? Satu-satu?”
Felicia
“Itu sih udah bukan iseng lagi. Serem.”
Rey
“Atau… mungkin ada yang beneran nggak pengen kita duduk di bangku itu.”
Mereka semua diam. Angin melintasi mereka pelan. Suara dedaunan terseret di tanah menambah suasana semakin mencekam.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah. Mereka semua otomatis menoleh penasaran.
Seorang cewek berdiri tidak jauh dari mereka. Rambut panjang yg dikuncir tinggi, dgn mengenakan hoodie hitam, namun ekspresi wajahnya datar. Dia tengah duduk sendirian di bangku batu, agak di bawah pohon besar.
Felicia
“Eh… itu Airin, ya?”
Sherin
“Iya. Kok dia bisa ada di sini?”
Raka
“Nguping?”
Airin
“Gue denger suara kalian. Lagian kalian ngomongnya nggak pelan juga.”
Semua langsung hening. Airin berdiri, berjalan pelan ke arah mereka berada
Airin
“Kalian ngomongin bangku 12, kan?”
Mereka saling pandang. Viola refleks melangkah mundur sedikit.
Sherin
“Lo tahu sesuatu?”
Airin
“…Gue cuma pernah liat Nayla sebelum dia pindah. Waktu itu dia sempat nulis sesuatu di belakang lemari kelas. Pakai pensil.”
Raka
“Serius? Nulis apaan?”
Airin
“Gue nggak yakin. Tapi kelihatannya kayak nama... atau semacam peringatan.”
Felicia
“Duh, makin serem aja ini…”
Sherin melangkah pelan, matanya menelusuri sekitar rumput dan pohon. Tapi belum sempat mereka bahas lebih lanjut...
Viola tiba-tiba mengeluarkan ponsel. Layarnya nyala. Wajahnya terlihat pucat dan berkeringat.
Viola
“GUYS…”
Dia nunjukin layarnya ke semua orang. Satu pesan baru masuk.
Comments