Ketika terdengar suara ayam berkokok di pagi hari. Terdengar juga suara ketuk pintu dan teriakan mamaku dari luar kamar.
tok..tok..tok... (gedoran pintu kamar)
“anak-anak bangun yuk pagi ini kita pindah ke rumah baru, siap-siap gih” samar-samar kudengar ocehan pagi dari mama yang membangunkan kami.
Aku dan adikku pun bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk sarapan sebelum pergi ke rumah baru. Saat di ruang tengah kulihat hanya bundaku sendirian.
“ma, papa lagi dimana?Kok tumben mama sendirian aja”tanya Shilla.
“papa sudah duluan ke rumah baru dengan pick up nganterin barang-barang yang besar, nanti ke sini lagi kok buat angkut barang yang lain” jawab mama.
“oh gitu toh ma, wih sarapannya mama beli yah? Tumben mama gk masak, biasanya mama rajin masak sarapan” tanya Shilla sambil makan.
“iya mama beli sarapan tadi di depan, kamu lupa ya peralatan dapurkan dah di angkut ke rumah baru” jawab mama.
"ooh pantesan beda rasanya, ga seperti masakan mama yang biasanya" sahut Shilla.
“kakak gimana sih kan kita mau pindah ke rumah baru, tentulah perabotan di rumah dah gk ada” tambah Siena
“hehe iya juga ya,trus abis ini kita langsung berangkat atau nunggu papa mah?” tanya Shilla lagi.
“kita langsung berangkat aja, barang- barang sisanya nanti di jemput papa” jawab mama.
Kami memutuskan langsung berangkat sehabis sarapan, rumah yang kami tempati sebelumnya adalah rumah sewa. Sudah sekian lama orang tuaku menabung akhirnya terkumpul juga uang untuk membangun rumah sendiri. Perjalanan dari rumah lama menuju rumah baru terbilang dekat. Sesampainya di rumah baru, yang kulihat sangat asri selain rumahku ada dua rumah lain yang berdiri kokoh di wilayah sekitar rumahku. Di seberang rumah terlihat ada tanah kosong yang sudah terbangun pondasinya. Kamipun langsung masuk ke dalam rumah. Terlihat papa dan juga pak Agus yang punya pick-up memindahkan perabotan rumah. Usai papa dan pak Agus pindahin perabotan, mama nyamperin papaku.
“pah, ini kunci rumah lama, kalau papa mau jemput barang-barang yang lain nanti sekalian titipan kuncinya ke bu Ratih ya” kata mama sambil menyerahkan kunci ke tangan papa.
“ok mah, ada lagi ga mau di titip mah?” tanya papa sebelum kembali ke rumah lama.
“mama nitip beliin nasi bungkus ya lauknya Rendang ayam bungkus pisah, nanti sekalian beliin buat pak Agus yah” pesan mama ke papa.
“ok mah, papa pergi dulu ya” pamit papa.
“hati-hati di jalan pah” pesan mama lagi.
Kemudian mama melanjutkan merapikan barang-barang. Selagi aku dan adikku melihat-lihat rumah baru terutama kamar yang akan kami tempati nanti, tiba-tiba mama memanggil kami berdua.
“Shilla, Siena, kalian sapu sama pel lantai ya” teriak mama dari ruang tengah.
Kami berdua pun menghampiri mama yang sendirian di ruang tengah.
“nanti aja mama sapu pel lantainya, ntar lantainya belum kering di injak papa gimana mah?” sahut Shilla.
“udah bersihin aja lantainya, papa kalian masih lama urusannya, sebelum tengah hari papa baru pulang” jelas mama.
“iya mama, tapi peralatan sapu pel nya di mana mah?”tanya Siena
“coba cek di dapur, mana tau sudah di pindahkan papa ke sana” jawab mama.
“Siap laksanakan ibu negara”jawab Shilla.
Aku dan adikku melangkahkan kaki menuju dapur dan mencari peralatan sapu dan pel lantai. Dan benar saja memang ada alatnya terletak di sana. Siena yang menyapu aku yang pel lantai rumah. Tepat sebelum tengah hari papaku datang dengan pak Agus yang sudah membawa barang sisa dari rumah lama. Ku lihat papa juga menenteng kantong plastik besar.
“mah tolong siapin piring ya, nih papa dah bawa nasi bungkusnya” kata papa sambil menyerahkan kantong plastik yang di bawanya tadi.
“iya pah, pak Agus sekalian ajak makan bareng Pah” sahut mama.
“betul pak agus, yuk kita makan bareng pak” ajak Papa.
“mohon maaf pak, saya makan di rumah saja pak, istri saya sudah masak di rumah pak” tolak halus dari pak Agus.
“ya sudah kalau begitu, terimakasih ya pak sudah bantu kami sekeluarga pindahan” kata papa sambil menyalami pak Agus, kulihat ayah menyelipkan sedikit uang di tangan pak Agus.
“sama-sama pak Sahrul, saya pamit pulang pak” pamit pak agus.
“hati-hati pak” balas papa.
Siang itu kami makan bersama dan setelahnya lanjut merapikan barang-barang. Aku dan siena juga merapikan barang-barang di kamar yang akan kami tempati. Mulai dari baju-baju sampai ke peralatan sekolah. Hingga akhirnya rumah kami sudah rapi, dan sorenya mama memasak di dapur untuk makan malam kami nanti. Ku lihat papa sedang duduk santai di teras sambil baca koran.
“pah kok daerah sini sepi sih?’’ tanya Shilla
“memang sepi nak, tapi daerah sini masih asri pepohonan nya banyak, makanya papa mau bangun rumah di sini nak” jawab papa.
“nah trus tanah yang depan rumah kok belum ada rumahnya pah?” tanya Shilla lagi.
“papa kurang tau soal tanah yang di depan, sebelum rumah kita di bangun sudah ada pondasi di sana, entah karena apa pembangunannya belum di kerjakan sampai sekarang” jelas papa sambil menatap tanah di depan rumahku.
“owh kirain papa tau, ya udah shilla ke dapur dulu bantuin mama masak yah” jawab Shilla sambil melenggang pergi menuju dapur.
Tak terasa magrib pun tiba, kedua orang tuaku seperti biasa sholat berjamaah di masjid hingga isya. Tinggal aku dan adikku di rumah. Kami berdua sholat di kamar. Setelah sholat magrib sembari menunggu kedua orang tua kami pulang, kami bersantai sejenak di dalam kamar sambil bermain ponsel. Tiba-tiba listrik padam dan suasananya gelap gulita. Siena ketakutan sambil memeluk kakiku sambil berteriak.
Aaaaaaaargh..... (terdengar suara siena)
“kak-..kkkakk... ya yang pegang kakiku?” tanya Siena sambil ketakutan dan gemetaran.
“gklah, kakak aja rebahan di atas ranjang dari tadi, kan kakimu yang selonjoran di lantai” jawab Shilla.
“trus yang pegang kakiku siapa dong kak? mana tangannya dingin kak” tanya Siena yang masih ketakutan.
“ya mana kakak tau, kan kamu taulah kalau kakak diatas ranjang dari tadi.” jawab Shilla lagi.
Suasananya masih gelap, aku gk tau berapa lama listrik padam. Ingin menyalakan lilin tapi kesulitan bergerak di karenakan siena memeluk kakiku dengan erat.
“dek minggir dulu napa, kakak mau nyari lilin biar gk gelap kita” pinta Shilla.
“gk mau, aku takut kakaakkkk” jawab Siena sambil melas.
“trus gimana donk ngambil lilinnya kalo masih kamu peluk gini? kakak jadi susah gerak gini, dek” tanya Shilla.
“pake cahaya hp aja kak, tunggu papa dan mama pulang aja” rengek Siena.
“duh kalo nunggu papa mama lama dek, kita gk tau kapan listrik nyala lagi” jelas Shilla.
Akhirnya aku menyalakan flash dari hpku. Baru juga kunyalakan, Siena kembali lagi teriak.
aaaaaaaaaargh..kakkkkkkk
“kaaaaakkkkk, aku takuuuut (sambil menutup mata dengan kedua tangannya) matiin lampu hpnya, aku takut kak tadi di plafon ada bayangan putih kek muka orang kak” kata Siena sambil nunjuk plafon dengan gemetaran .
“hah?.. masa sih dek?, kakak gk liat apa-apa loh” jawab Shilla sambil kebingungan dan menoleh ke arah yang di tunjuk oleh siena.
"adda-..loh kaak. di situ tadiii, mukanya seram loh kak. akuuu takuut bangettt loh kak" jawab siena sambil matanya sudah menangis.
"udah-udah , tenang aja dek. kan ada kakak gausah takut ya. sekarang baca doa dan ayat - ayat pendek. bentar lagi papa mama pulang kok." sahut shilla sambil menenangkan adiknya yang ketakutan.
Kejadian di malam pertama ketika berada di rumah Baru kami sangat membekas diingatan adikku. Adikku memang masih SD saat itu, ntah kenapa saat pindah ke rumah baru dia sering menceritakan hal-hal aneh juga sering alami mimpi buruk. serta sejak kejadian mati lampu itu dia jadi trauma gelap maupun cahaya remang- remang. Dan menurut penuturan Siena sebelum mama mengadakan pengajian di rumah, dia selalu melihat penampakan hantu maupun mimpi buruk.
Tepat pada jam 12 siang terdengar suara lonceng sekolah yang tiba - tiba berbunyi dan guru piket memberikan pengumuman bahwasanya murid - murid diperbolehkan pulang cepat ke rumah masing - masing dikarenakan seluruh para guru sedang mengadakan rapat penting. padahal jam pulang seperti biasa masih ada dua jam lagi. yang dimana dua jam tersebut adalah pelajaran tambahan.
“Mira, pulang sekolah kita mampir yuk ke swalayan yang baru buka itu” ajak Fitri sambil memasukkan buku-buku ke dalam tasnya.
“duh maaf ya Fit, aku langsung pulang aja soalnya aku capek banget nih” tolak halus Mira.
“yaudah deh aku gk jadi ke sana kalau gitu” sahut Fitri (dengan nada sedikit kecewa).
“loh kenapa gk jadi? kan kamu pengen ke sana” tanya Mira dengan heran.
“aku malas ih, kalau sendirian ke sana pengen ada teman nemenin belanja” keluh Fitri.
“hmm next time aja ya ke sana, kalau sekarang aku gk bisa sorry ya Fit” balas Mira.
“bener ya Mir, janji jangan ingkari (sambil mengarahkan kelingking kearah Mira), lain kali kita ke sana yah. aku tagih janji mu” sahut Fitri dengan girang dan senyum riang.
“iya beneran Fit, yaudah kita pulang yuk” ajak Mira.
“ayuk, see you Mira bye-bye” pamit Fitri.
Akupun melambaikan tangan ke Fitri. Sebenarnya Swalayan yang baru buka itu ada di arah dekat rumahku. Sedangkan rumah Fitri ada di arah berlawanan. Memang Fitri suka mendatangi tempat-tempat yang baru buka. Aku malas saja kalau ikut Fitri soalnya suka lama berkeliling ke dalam swalayan. Rumahku dengan sekolah cukup dekat makanya aku jalan kaki jika pulang sekolah, tapi kalau pagi aku diantarin oleh kakakku jika hendak pergi ke sekolah. Berbeda dengan Fitri yang memakai motor ke sekolah dikarenakan rumahnya jauh dan berada di kecamatan sebelah.
Sesampainya di rumah, aku makan siang sambil mendengarkan musik di ponsel. Selesai makan aku mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mencuci piring. Setelah semuanya selesai, aku main game di kamar, ntah itu efek kelelahan tanpa sadar akupun tertidur. Tapi aku tak tahu pukul berapa kejadiannya, aku sempat terbangun sejenak. Samar-samar aku melihat ada orang yang sedang mengintip di hordeng kamarku, refleks aku berteriak.
" Hei, siapa itu? kamu ya dek?”tanya aku sambil mengucek mata.
Namun hening sejenak, sosok yang mengintip itu tidak menjawab sama sekali. Aku merasa heran dan aneh melihatnya. Aku mengiranya itu adikku yang bolos dari madrasah karena yang kulihat tinggi sosok itu sama dengan adikku. Saat pulang sekolah aku memang sendirian di rumah. Karena semua anggota keluargaku pasti pulangnya pukul 5 sore. Bapak sama ibu pergi bekerja, kakakku yang kelas 3 SMA ada kelas tambahan untuk persiapan UN, sedangkan adikku pulang SD melanjutkan kegiatan ke tempat bimbel. Jadi adikku ada 2 tempat belajar yang dia jalani setiap hari kecuali jika tanggal merah.
Aku masih merasa heran dengan sosok yang mengintip di balik pintu kamarku. Memang saat aku main hp tadi aku lupa menutup pintu kamar juga pintunya terbuka setengah. Jika aku gambarkan sosok itu sepeti terkena luka bakar dan agak gosong, karena wajahnya ada warna merah campur luka gosong dan yang kulihat hanya wajahnya saja. Tidak terlihat anggota badannya yang lain dari sudut mataku. Tak tau kenapa aku tidak merasa takut sama sekali melihat sosok itu padahal wujudnya saja lumayan seram menurutku. Mungkin efek baru bangun, akhirnya aku mengabaikan sosok itu dan melanjutkan tidur lagi. Saat sore hari semua anggota keluargaku telah pulang, dan yang membangunkan aku adalah adikku.
“kakak bangun udah sore, kakak dah sholat ashar belum?” tanya adikku Cici sambil menggoyangkan badan kakaknya.
“hmm kamu baru pulang ya, bukannya tadi kamu bolos? hoaaam” tanya Mira sambil menguap.
“bolos apa sih kak, aku aja baru pulang dari bimbel” jawab Cici.
“lah trus yang kakak lihat tadi siapa? Tadi loh ada yang ngintip kakak lagi tidur di pintu kamar” jelas Mira.
“ih kakak ngaur, mimpi kali kakak, lagian mikir aja kak aku kan masih pakai baju seragam sekolah. Tadi aja aku baru pulang pintu rumah kebukak semua, untung aja ayam gk masuk ke dalam ntar di berakin lantai rumah kita kak” sahut Cici.
“masa sih? perasaan saat kakak pulang tadi dah tutup pintu deh” jelas Mira sambil terheran-heran.
“iya loh kak, masa aku bohong sih, jelas-jelas tadi pintu rumah kebuka semua” balas Cici.
“trus siapa yang kakak liat tadi? tingginya sama kayak kamu loh dek. Malahan tadi kakak manggil - manggil kamu loh” tanya Mira masih keheranan tentang penuturan adiknya.
“ya mana aku tau kak, orang kakak doang di rumah, emang ciri-cirinya seperti apa kak? mana tau itu maling, kan pintu rumah terbuka lebar kak” tanya Cici yang ikut bingung akan kakaknya.
“ciri-cirinya tu mukanya agak gosong seperti luka bakar, yang kakak liat mukanya doang, tapi itu samar-samar soalnya kakak ngantuk banget tadi dek” jelas Mira.
“ih koq seram ya kak, tulah kak kata ibukan gk baik tidur sore-sore, mana kakak belum sholat ashar ya ngaku kak?”tanya Cici.
“hehe iya belum, yaudah kakak mandi sekaligus wudhu dulu, masih ada waktu buat sholat asharkan” jawab Mira.
Beberapa hari kemudian terdengar kabar anak tetanggaku yang bernama Kenzi sakit akibat melihat hantu kepalanya melayang di belakang rumahnya. Kejadiannya saat magrib tiba, Kenzi di suruh ibunya untuk pergi ke Mushallah guna belajar mengaji karena memang ada kegiatan belajar mengaji di sana, mulai dari magrib sampai isya. Namun anak yang bernama Kenzi itu sangatlah badung tidak mau mendengarkan ibunya. Dia mengamuk jika di suruh pergi mengaji ke Mushallah dan memilih kabur ke belakang rumahnya. Saat bersembunyi dari ibunya dia melihat ada kepala melayang sedang melintas di belakang rumahnya. Bentuknya seram seperti bekas terbakar, makanya dia teriak histeris sambil lari ke dalam rumahnya. Sejak kejadian itu dia jadi sakit selama beberapa hari akibat syok melihat kepala gosong yang melayang di belakang rumahnya.
Nah, usut punya usut rupanya wilayah sekitar daerah rumahku memang terkenal angker karena ada pabrik kosong yang tidak terurus. sampai sekarang pabrik itu tidak di urus lagi oleh pemiliknya. Konon katanya sebelum jadi pabrik dulu sempat ada penemuan mayat bekas mutilasi di sana karena memang wilayah di sini bekas tanah rawa - rawa yang di timbun. Tapi ntah benar atau tidak aku kurang tau soal info mengenai pabrik terbengkalai itu. Tapi yang jelas masyarakat di sekitar rumahku meyakini pabrik terbengkalai itu memang angker dan sering muncul penampakan seram. Tidak hanya itu ada juga cerita dari masyarakat mengatakan dahulu ada anak pesantren yang ngontrak ga jauh dari rumahku meninggal terbakar karna tersambar petir. Yang mengatakan sosok hantu yang sering muncul dengan wajah gosong itu adalah anak yang tersambar petir. wallahu a'lam
Seorang anak kecil yang masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar , sedang pulang mengaji bersama dengan teman sebayanya menuju ke rumah masing – masing menggunakan sepedanya. Dia bernama Nadin. Nadin rumahnya sangat jauh dari Mushallah tempatnya belajar mengaji, sedangkan rumah temannya terbilang cukup dekat dari mushallah.
“Nad, aku pulang duluan yah? Sampai jumpa besok di sekolah Nad” pamit April.
“Oke, Pril. Sampai jumpa di sekolah besok yah dadah” balas Nadin.
Setelah April pergi duluan menuju kerumahnya, Nadin lalu mulai menggowes sepedanya menuju kerumahnya. Namun, baru setengah perjalanan firasat Nadin merasa tidak enak. Dia tiba- tiba merinding dalam perjalanan tersebut. Nadinpun semakin mempercepat sepedanya. Tepat dipersimpangan jalan dia tiba – tiba tersentak karna didekat semak – semak tepat dibawah pohon mangga ada seorang anak kecil yang wajahnya pucat pasih sedang berdiri dan menatap nadin dengan tajam.
Nadin sangat merasa takut dan merinding karena dia merasa tidak mengenal anak itu di lingkungan rumahnya. Nadin sontak berhenti dengan cepat. Dia bingung mau melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumahnya atau putar balik ke arah mushollah. Jika dia tidak lanjut pulang keburu gelap sekali, dan hanya itu jalan satu-satunya menuju kerumahnya.
“Ya Allah, siapa dia? Kenapa dia tatapannya sangat tajam dan tidak ada anak kecil di daerah rumahku seperti dia. Ya Allah bantu aku lindungi diriku sampai pulang kerumah.” Sahut nadin dalam hatinya sambil menguatkan kekuatan keberaniannya untuk melewati jalan tersebut.
Nadinpun kembali menggoweskan sepedanya dengan kecepatan tinggi sambil berdoa dan membaca surat surat pendek yang bisa dia hafal. Akhirnya dia berhasil melewati pohon tersebut dia tidak berani menoleh kebelakang dan tetap menatap kearah depan. Sesampainya dirumah, Dia mengetuk pintu rumahnya dengan keras.
Tok...tok..tok... (pintu rumah yang digedor)
“Assalamualaikum, maaak kaaak bukain pintunya, nadin dah pulang” sahut Nadin dari luar rumah sambil tergesa – gesa.
“waalaikumussalam, nak. Bentar mamak buka kuncinya terlebih dahulu” jawab emak nadin dari dalam rumah.
“aduh, emak lama banget bukain pintu. Kan Nadin kelamaan diluar rumah.” Jelas nadin dengan nada sedikit kesal.
“kamu kenapa dek? Pucat banget mukanya mana berkeringat banyak gitu, seperti habis lihat hantu aja kamu dek. Hahaha” sahut kak Resa dengan nada jahil dan usil.
“Iya aku emang habis lihat hantu (dengan nada ketus) emangnya masalah kalau aku pulang berkeringat kak? Udah, ah kak. gausah jahilin aku, aku cape dan laper banget. pengen makan dan buat PR”jawab Nadin sambil melengos pergi meninggal emak dan kakaknya yang terheran – heran melihat tingkah nadin.
“dia kenapa sih mak aneh?” tanya kak Resa.
“entah mamak juga bingung res” jawab emak sambil mengangkat bahunya.
Nadin memutuskan untuk diam dan tidak menceritakan kejadian yang menimpah dirinya tadi kepada kakak dan emaknya. Karna menurutnya hal yang mustahil untuk diceritakan dan dia tahu mereka tidak akan pernah percaya. Apalagi kakaknya suka menjahili dan meledeknya. Nadin malam itu berusaha melupakannya dengan melakukan kegiatannya yaitu makan dan harus membuat PR dari sekolahnya. Setelah makan dan membuat PR, Nadin merasa mengantuk dan ingin pergi tidur. Disini kondisinya Nadin tidur bareng dan serentak bersama kakaknya bernama Resa. Mereka jika ingin tidur pasti menggunakan kelambu. Yah, karna Nadin tidak kuat dengan asap obat nyamuk.
Tidak berselang lama Nadin dan kakaknya tidur, Nadin tiba – tiba kebangun matanya terbuka lebar. Namun beda ceritanya dengan badannya tidak dapat digerakkan sama sekali. Lalu dari sudut mata Nadin, ia tidak sengaja melihat ada boneka bayinya yang bermata besar dan tiba – tiba tangannya memegang kaki boneka bayi (posisinya boneka bayi tersebut duduk ditepi kasur dan berada diluar kelambu) . Bagaimana ceritanya tangan nadin tiba – tiba memegang kaki Bayi? padahal tadi badannya sama sekali tidak dapat bergerak. Namun tidak hanya badan, kepala Nadin juga dibuat bergerak kearah Boneka tersebut. Betapa terkejutnya Nadin melihat boneka itu. Dia melihat Boneka bayi tersebut matanya berubah menjadi warna merah pekat dan bonekanya berubah menjadi agak lusuh. Setahu Nadin bonekanya sangatlah bersih karena dia rajin merawat bonekanya.
Nadin memang punya boneka Bayi tapi dia tidak pernah punya boneka seperti itu. Dia semakin terkejut dan syok sekali melihat boneka tersebut memutarkan kepalanya 360 derajat seperti burung hantu. Dia menjadi ketakutan sekali dan hampir menangis. Dia berteriak minta tolong memanggil nama emaknya dan kakaknya berulang kali. Tapi dia tidak sadar bahwa mulutnya tertutup. Maka tidak ada satupun yang mendengar.
POV Hati Nadin
Emaakkkkk toloooong akuuu. Kaakkk Resaaaaa tolooooong akuuuuu...... dari tadi aku berteriak kenapa kakak dan emakk ga menjawabku.
Kenapa tidak ada yang mendengar aku ? (sambil air matanya keluar karna ketakutan tetapi matanya tetap masih menatap matanya boneka tersebut)
Apa aku kena ketindihan ? apa aku ga akan bisa bergerak? Kenapa ini terjadi padaku Ya Allah.
Ya Allah. Aku Mohon bantuan mu supaya ada yang dapat menggerakkan badanku. Ini jelas bukan mimpi aku yakin kenapa aku lihat masih sama seperti kamarku. Apa ini ada kaitannya dengan kejadian tadi sepulang mengaji. Padahal kata ustadz orang sepulang mengaji selalu dilindungi oleh malaikat utusan yang maha kuasa. (dengan wajahnya yang panik ketakutan dan keringat yang mengucur dengan deras
Nadinpun berdoa dan membaca surat – surat pendek supaya meminta pertolongan kepada sang maha pencipta. Tidak lama kemudian doa Nadin seketika di ijabah langsung oleh Tuhan. Yang dimana kaki kakaknya tak sengaja bersinggungan dengan kakinya. Sehingga Nadin tersentak dari tatapannya tadi dan menoleh langsung kearah kakaknya yang masih tertidur pulas. Serta dapat menggerakkan tubuhnya kembali dan menoleh ke arah sampingnya seketika itu juga boneka tadi hilang secara mendadak. Dia tahu pasti ini bukan mimpi dan ia sadar itu nyata. Karna dia bisa lihat secara jelas boneka tersebut dari bentuk dan tingkahnya serta tata letak duduknya sama persis dengan boneka miliknya.
Keesokan paginya, dia langsung memutuskan akan menceritakan semuanya kekakaknya. Bahwa apa yang dia alamin sepanjang malam. Mulai dari ia melihat penampakan anak kecil dibawah pohon mangga sampai kena ketindihan akibat boneka bayi yang seram. Awalnya kakaknya tidak percaya tapi melihat adiknya ketakutan tidak seperti ketakutan pada umumnya. Akhirnya dia memutuskan percaya akan cerita adiknya Nadin. Dan memilih mengalah dengan adiknya agar pindah posisi tempat tidur. Yang biasanya Nadin tidur di dekat pintu karena memang Nadin sering pergi ke toilet larut malam dan sekarang memilih pindah tidur di sebelah tembok. Lalu malam sebelum mereka tertidur kakaknya dan nadin tak lupa berdoa terlebih dahulu serta pindah posisi tidur. Semenjak kejadian boneka bayi tersebut, Nadin tidak berani dan tidak ingin bermain boneka lagi. Dia memutuskan memberikan bonekanya ke anak tetangganya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!