BAB 5: Lelaki yang Tak Terduga

Nama itu menggema di telinga Elina, bergema seperti lonceng kematian yang membangkitkan rasa takut, dan sekaligus...harapan?

Adrian Leonhart.

Bagaimana mungkin pria itu tahu dirinya ada di tempat ini? Dan kenapa dia sampai datang?

Elina berdiri kaku di tengah gudang sempit yang bau lembab dan besi tua, napasnya memburu. Kedua penagih yang sedari tadi begitu lantang kini tampak ragu. Sorot mata mereka bergeser, gugup... seolah situasi telah berubah hanya karena satu nama.

"Sepertinya kamu bukan wanita biasa," gumam si gempal, rokok di bibirnya jatuh ke lantai saat matanya menatap ke arah pintu.

Pintu besi itu berderit pelan. Cahaya dari luar memancar masuk, menyingkapkan sosok pria tinggi dengan setelan gelap dan sorot mata yang tak bisa ditawar:

Adrian.

"Berapa utangnya?"

Suara Adrian terdengar seperti perintah, bukan pertanyaan.

Bos penagih tampak terkejut. "Tuan, maaf? Ini urusan pribadi wanita itu."

Adrian memasukkan tangan ke saku jasnya, mengeluarkan dompet kulit hitam, lalu menatap lurus pada pria itu.

"Saya tidak ulangi dua kali."

Angka itu disebutkan. Jumlah yang membuat Elina menahan napas. Jumlah yang belum tentu bisa ia lunasi bahkan seumur hidupnya.

"Tuan Leonhart, tidak perlu... saya, saya bisa urus ini," suara Elina gemetar, wajahnya memerah. "Tolong, jangan lakukan ini... saya tidak ingin..."

"Terlambat," jawab Adrian pendek sambil menyerahkan kartu ke pria itu. "Gesek. Sekarang."

Pria itu nyaris terbata saat menerima kartu itu. Dan dalam waktu dua menit, utang Elina resmi lunas. Begitu mudah, begitu cepat, dan begitu memalukan.

Elina menggigit bibirnya, matanya basah. Tapi ia menolak membiarkan air mata jatuh di depan Adrian. Harga dirinya sudah cukup tercabik hari ini.

Begitu transaksi selesai, Adrian kembali menoleh ke Elina. "Ayo."

"Kenapa... Anda melakukan ini?!" bisik Elina saat mereka melangkah keluar gudang.

Adrian tak langsung menjawab. Mereka berjalan ke mobil hitamnya yang mengilap, kontras dengan suasana kumuh tempat itu. Sesampainya di depan pintu mobil, barulah dia membuka suara.

"Karena Claire menyukai wanita yang menyelamatkannya."

Ia memandang Elina lurus-lurus. "Dan saya tidak akan membiarkan wanita itu diperlakukan seperti ini."

Untuk sesaat, Elina tidak tahu harus berkata apa.

Dalam hati kecilnya, ia tahu ia harus menolak... marah... atau merasa tersinggung.

Tapi tubuhnya terlalu lelah. Dan hati kecilnya... ingin bersandar.

Elina ragu sejenak. Tapi tubuhnya bergerak sendiri, melangkah mendekat pada pria itu seperti seseorang yang tenggelam dan akhirnya menemukan udara.

Adrian membuka pintu mobilnya, lalu memandang Elina dengan ekspresi datar yang sulit diterjemahkan.

"Karena saya tidak suka melihat wanita yang pernah menyelamatkan anak saya... dikejar-kejar seolah dia sampah."

Elina terdiam.

Dan untuk pertama kalinya, rasa dingin dalam diri Adrian tidak terasa menghakimi... tapi seperti dinding tebal yang menahan amarahnya dari dunia luar.

              ***************

Mobil melaju tenang, menyusuri jalanan yang mulai senyap. Elina duduk diam di kursi penumpang, tubuhnya kaku, pandangan menerawang ke luar jendela. Di luar, lampu-lampu kota berkelebat seperti kilasan mimpi... dan kenyataan yang tak pernah ia bayangkan.

Di sebelahnya, Adrian menyetir tanpa sepatah kata pun. Hanya suara mesin mobil yang mengisi keheningan di antara mereka.

Elina meremas ujung rok lusuhnya, mencoba menenangkan detak jantung yang masih kacau. Rasanya campur aduk... malu, lega, marah pada diri sendiri, dan... bingung.

"Kau tidak perlu melakukan itu," katanya akhirnya, suaranya pelan namun mengandung beban berat.

"Aku tahu." Jawaban Adrian datar, tapi tidak dingin.

"Aku bisa mencicil, aku bisa kerja lembur, aku bisa..."

"Aku tidak ingin Claire tumbuh dan melihat bahwa dunia ini kejam pada orang yang baik."

Kalimat itu memotong dengan halus tapi dalam.

Elina menoleh, menatap pria itu. Untuk pertama kalinya, dia melihat sisi lain dari Adrian Leonhart... seorang ayah yang terluka tapi mencoba memperbaiki dunia lewat cara kecil yang ia bisa.

"Aku hanya guru TK... bukan siapa-siapa," lirih Elina.

"Claire tidak peduli soal status," jawab Adrian tanpa menoleh. "Dan... aku pun mulai meragukan pentingnya itu."

Satu kalimat sederhana itu membuat dada Elina bergemuruh. Ia tak tahu apakah itu bentuk kebaikan... atau hanya rasa kasihan.

Mobil berhenti di lampu merah. Adrian akhirnya menoleh, menatap wajah Elina yang pucat dan lelah.

"Aku tidak akan meminta apa pun darimu," katanya pelan. "Anggap ini sebagai balas budi. Kau menyelamatkan sesuatu yang lebih berharga dari uang."

Elina tak mampu berkata apa-apa.

Matanya menatap jalan di depan, hatinya tak berhenti bergolak. Di sampingnya, pria itu kembali fokus pada jalan, seakan tak ingin menambah tekanan. Tapi entah mengapa, keberadaannya justru terasa seperti sandaran... sunyi, namun kokoh.

              ****************

Mobil hitam itu berhenti perlahan di depan rumah kecil, cahaya lampu jalan yang redup memantul pada dinding rumah yang catnya mulai mengelupas, memberikan kesan sendu yang tak bisa dihindari.

Elina menggenggam tas kecilnya erat-erat, menatap rumah itu dengan napas berat. Ia menoleh ke arah Adrian dan berkata pelan,

"Terima kasih sudah mengantarkan saya pulang."

Adrian hanya mengangguk. Ia tak terbiasa mengantar wanita hingga ke rumah, apalagi melihat tempat seperti ini. Tapi hari ini berbeda. Wanita ini... berbeda.

Elina turun dari mobil lebih dulu, lalu membungkuk sedikit ke arah jendela Adrian yang masih terbuka.

"Aku akan mengganti semua uang yang anda keluarkan hari ini," ucapnya dengan suara pelan namun tegas. "Meskipun butuh waktu seumur hidup!"

Adrian menoleh padanya, ekspresinya tenang namun sorot matanya tajam.

"Aku tidak memintamu membayar kembali."

"Tapi aku akan tetap membayarnya," sahut Elina cepat, tanpa menurunkan pandangannya. "Itu bukan tentang uangmu, tapi tentang harga diri saya."

Keduanya terdiam. Dalam keheningan itu, hanya suara malam dan bisik angin yang mengisi celah di antara mereka. Akhirnya, Adrian menarik napas, lalu mengangguk pelan.

"Baik."

Elina tersenyum tipis, kemudian mundur satu langkah.

"Selamat malam, Tuan Leonhart."

"Adrian," koreksinya lembut, namun cukup membuat Elina terdiam sesaat.

"Selamat malam... Adrian."

Ia berbalik dan melangkah masuk ke rumahnya yang sederhana, menutup pintu dengan lembut. Dari balik kemudi, Adrian masih menatap pintu itu beberapa saat sebelum akhirnya menyalakan mesin mobil dan melaju pergi... dengan kepala penuh pikirannya sendiri, dan hati yang entah mengapa terasa lebih berat.

             ******************

Begitu pintu tertutup, Elina menyandarkan punggungnya pada kayu yang dingin dan kasar. Napasnya terlepas perlahan, menggigil di udara malam yang lembap. Ruang tamunya gelap dan sunyi, hanya diterangi cahaya remang dari lampu jalan yang menyusup melalui celah gorden tipis.

Tangannya yang masih menggenggam tas bergetar pelan, bukan karena takut... tapi karena lega. Karena bingung. Karena campuran emosi yang tak sanggup ia uraikan satu per satu.

Adrian Leonhart.

Nama itu terus bergema dalam benaknya. Pria dingin yang datang tiba-tiba dalam hidupnya, mengacaukan segalanya, tapi juga... anehnya... menyelamatkannya.

Ia berjalan pelan ke arah kursi usang di ruang tamu, lalu duduk di ujungnya. Ditatapnya jendela, membayangkan mobil hitam itu yang kini pasti sudah menghilang di tikungan jalan.

"Kenapa dia melakukan semua ini?" gumamnya lirih. "Apa karena Claire?"

Ia tahu jawabannya mungkin iya. Gadis kecil itu sangat menyukainya. Tapi tetap saja, seorang pria sekelas Adrian... pria yang bisa dengan mudah menyingkirkan siapa pun... memilih untuk kembali, membayar utangnya, dan mengantarnya pulang. Itu bukan sesuatu yang dilakukan hanya karena sopan santun.

Elina menunduk, memandangi lantai yang mulai retak. Rasa bersalah menggantung di hatinya.

"Aku akan mengembalikannya... semua itu," bisiknya tegas pada dirinya sendiri.

Sebuah senyum getir muncul di wajahnya. Bukan karena bahagia, tapi karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ada seseorang yang membuatnya merasa... terlihat. Bukan sebagai beban. Bukan sebagai wanita lemah yang penuh hutang. Tapi sebagai manusia.

Dan itu... jauh lebih berbahaya daripada semua tagihan yang menumpuk di meja makan.

Episodes
1 BAB 1: Dunia yang Menyesakkan
2 BAB 2: Di Balik Pintu yang Retak
3 BAB 3 : Bayang-bayang yang Mengintai
4 BAB 4 : Jejak yang Menghilang
5 BAB 5: Lelaki yang Tak Terduga
6 BAB 6: Lampu Redup dan Dinding Rahasia
7 BAB 7 : Jamuan Sabtu Malam
8 BAB 8 : Malam yang Tak Pernah Sepi
9 BAB 9 : Batas yang Terguncang
10 BAB 10 : Amplop Putih dan Keputusan Sunyi
11 BAB 11 : Kabar untuk Sang Nenek
12 BAB 12: Medan tak Terlihat
13 BAB 13: Secercah Harapan yang Tumbuh
14 BAB 14: Latar Belakang
15 BAB 15: Layak diberi Kesempatan
16 BAB 16: Hanya sebuah Permainan
17 BAB 17: Sebuah Awal yang Sebenarnya
18 BAB 18: Malam Pernikahan
19 BAB 19: Rencana Bulan Madu
20 BAB 20: Hanya Berdua
21 BAB 21 : Awal dari Sesuatu yang Lebih Dalam
22 BAB 22: Dua Jiwa Menuju Rumah yang Sesungguhnya
23 BAB 23: Kembali ke Rumah
24 BAB 24: Kembali ke Porosnya
25 BAB 25: Kehidupan Setelah Menikah
26 BAB 26: Perlahan Bergerak ke arah yang Lebih Nyata
27 BAB 27: Rahasia yang Terbongkar
28 BAB 28: Tak lagi atas Nama Kontrak
29 BAB 29: Inspeksi Dadakan Nyonya Elizabeth Leonhart
30 BAB 30: Memberanikan Diri
31 BAB 31: Gangguan Kecil dari Claire
32 BAB 32: Pagi yang Manis
33 BAB 33: Kekecewaan Elina
34 BAB 34: Rencana Kejutan Manis
35 BAB 35: Malam Pertama
36 BAB 36: Hari-hari yang Manis
37 BAB 37: Tamu Istimewa
38 BAB 38: Persiapan Perjamuan Amal
39 BAB 39: Pesta Perjamuan Amal
40 BAB 40: Malam Damai
41 BAB 41: Masa Lalu yang Kembali Mendekat
42 BAB 42: Kunjungan tak Terduga
43 BAB 43: Pertemuan yang Terlambat
44 BAB 44: Dongeng, Dendam, dan Pintu yang Terbuka
45 BAB 45: Benang Tipis Bernama Rasa Percaya
46 BAB 46: Kejutan yang Menanti
47 BAB 47: Bara Api
48 BAB 48: Menunggu Pintu Maaf itu Terbuka
49 BAB 49: Gerbang yang Tertutup
50 BAB 50: Manis yang Mengaburkan
51 BAB 51: Meja Sarapan dan Rencana yang Mengusik
52 BAB 52: Kedatangan yang Menyesakkan
53 BAB 53: Untuk Claire, Aku Bertahan
54 BAB 54: Benturan yang tak Terhindarkan
Episodes

Updated 54 Episodes

1
BAB 1: Dunia yang Menyesakkan
2
BAB 2: Di Balik Pintu yang Retak
3
BAB 3 : Bayang-bayang yang Mengintai
4
BAB 4 : Jejak yang Menghilang
5
BAB 5: Lelaki yang Tak Terduga
6
BAB 6: Lampu Redup dan Dinding Rahasia
7
BAB 7 : Jamuan Sabtu Malam
8
BAB 8 : Malam yang Tak Pernah Sepi
9
BAB 9 : Batas yang Terguncang
10
BAB 10 : Amplop Putih dan Keputusan Sunyi
11
BAB 11 : Kabar untuk Sang Nenek
12
BAB 12: Medan tak Terlihat
13
BAB 13: Secercah Harapan yang Tumbuh
14
BAB 14: Latar Belakang
15
BAB 15: Layak diberi Kesempatan
16
BAB 16: Hanya sebuah Permainan
17
BAB 17: Sebuah Awal yang Sebenarnya
18
BAB 18: Malam Pernikahan
19
BAB 19: Rencana Bulan Madu
20
BAB 20: Hanya Berdua
21
BAB 21 : Awal dari Sesuatu yang Lebih Dalam
22
BAB 22: Dua Jiwa Menuju Rumah yang Sesungguhnya
23
BAB 23: Kembali ke Rumah
24
BAB 24: Kembali ke Porosnya
25
BAB 25: Kehidupan Setelah Menikah
26
BAB 26: Perlahan Bergerak ke arah yang Lebih Nyata
27
BAB 27: Rahasia yang Terbongkar
28
BAB 28: Tak lagi atas Nama Kontrak
29
BAB 29: Inspeksi Dadakan Nyonya Elizabeth Leonhart
30
BAB 30: Memberanikan Diri
31
BAB 31: Gangguan Kecil dari Claire
32
BAB 32: Pagi yang Manis
33
BAB 33: Kekecewaan Elina
34
BAB 34: Rencana Kejutan Manis
35
BAB 35: Malam Pertama
36
BAB 36: Hari-hari yang Manis
37
BAB 37: Tamu Istimewa
38
BAB 38: Persiapan Perjamuan Amal
39
BAB 39: Pesta Perjamuan Amal
40
BAB 40: Malam Damai
41
BAB 41: Masa Lalu yang Kembali Mendekat
42
BAB 42: Kunjungan tak Terduga
43
BAB 43: Pertemuan yang Terlambat
44
BAB 44: Dongeng, Dendam, dan Pintu yang Terbuka
45
BAB 45: Benang Tipis Bernama Rasa Percaya
46
BAB 46: Kejutan yang Menanti
47
BAB 47: Bara Api
48
BAB 48: Menunggu Pintu Maaf itu Terbuka
49
BAB 49: Gerbang yang Tertutup
50
BAB 50: Manis yang Mengaburkan
51
BAB 51: Meja Sarapan dan Rencana yang Mengusik
52
BAB 52: Kedatangan yang Menyesakkan
53
BAB 53: Untuk Claire, Aku Bertahan
54
BAB 54: Benturan yang tak Terhindarkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!