Mati Saja Kau ...

Teriakan dokter itu terdengar sampai di ruang penanganan, beberapa perawat keluar, mereka terkejut melihat dokter memegangi seorang Ibu tua dalam keadaan tak sadarkan diri.

Seorang perawat sigap membantu dokter, dua lainnya masuk untuk mengambil kereta dorong.

Mereka menidurkan Ibu di atas kereta dan mendorongnya menuju ruang periksa.

           #########

Matahari sudah bersinar terang. Ketika Yunis turun dari tempat tidurnya. Dia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

45 menit kemudian, Yunis telah selesai dan siap pergi bekerja. Diambilnya tas merah yang biasa dia bawa, dipakainya sepatu, dan bergegas keluar rumah sebelum terlambat.

Semua dikerjakan seakan tak ada kejadian apa - apa kemarin malam. Bahkan tak ada inisiatif sedikit pun untuk menengok suaminya.

Dengan mengendarai angkot, Yunis berangkat bekerja.

Sesampai di depan gerbang perusahaan tempat dia kerja, Pak Burhan sudah ada di sana. Bercakap dengan kepala satpam yang bertugas waktu itu.

"Selamat pagi Pak," sapa Yunis pada Pak Burhan.

"Oh, Yunis, ikut ke kantor sekarang, ada yang harus saya bicarakan," ajak Pak Burhan.

Pak Burhan dan Yunis berjalan beriringan menuju ruang kerja Pak Burhan diiringi oleh beberapa pasang mata yang mengawasi mereka.

Pak Burhan menutup pintu, begitu mereka sudah ada di dalam.

"Bagaimana dengan suamimu, apakah dia marah dan menyakitimu semalam?" tanya Pak Burhan.

"Tidak sedikit pun, setelah Bapak meninggalkan saya, saya ditarik pulang, tapi belum sempat menyeberang, dia sudah ditabrak mobil, biar mampus sekalian!" jawab Yunis dengan penuh emosi.

"Astagaaaa ...."pekik Pak Burhan pelan.

Dia tak menyangka akan menjadi seperti ini kejadiannya.

"Bagaimana kondisinya sekarang?" tanyanya.

Tampak khawatir di wajah Pak Burhan.

"Mana saya tahu, Pak, saya aja belum ke rumah sakit," jawab Yunis.

" Terlalu kamu Yunis, suamimu dalam keadaan seperti itu, tapi kamu tak perhatian sama sekali," jawab Pak Burhan, kecewa terhadap sikap Yunis.

" Saya sudah lelah jadi istrinya, Pak, nikahi saya secepatnya ...," kata Yunis manja.

Pernyataan Yunis mengejutkan Pak Burhan, alisnya mengkerut, mengingat - ingat, apakah dirinya pernah menjanjikan hal itu pada Yunis.

Kepalanya menggeleng. Tak pernah sekali pun dirinya mengatakan ingin menikahinya.

" Kita sudahi sampai di sini saja hubungan kita, saya tidak mau merusak rumah tangga kamu, apalagi setelah kejadian semalam, saya merasa berdosa terhadap suamimu."

"Ohhh ... Jadi begitu, setelah Bapak menikmati tubuh saya, lalu Bapak seenaknya membuang saya, hanya gara - gara suami saya?" tanya Yunis dengan sinis.

"Suamimu kecelakaan gara - gara kamu, dia butuh perhatian kamu. Kalau kamu tidak setuju dengan keputusan saya, silakan keluar dari perusahaan ini!" tegas Pak Burhan mengambil sikap.

Yunis berdiri dari duduknya, mendekati Pak Burhan, dan dengan mengangkat tangan, telunjuknya menunjuk wajah Pak Burhan.

"Dasar laki - laki picik, mau seenaknya sendiri, saya berhenti, tak sudi lihat wajahmu lagi!" desis Yunis dengan nada sinis.

Dilemparnya kartu keanggotaannya di meja, dan berjalan keluar.

"Siiaall, dasar tak tahu diuntung," rutuknya sambil berjalan keluar.

Di pintu gerbang, Pak Satpam yang berjaga mengangguk pada Yunis, tapi Yunis melengos dan mengacuhkannya. Dengan cepat dia berjalan keluar. Pikirannya kusut.

"Siiaaall, mana butuh banyak uang lagi ... Apa yang harus kulakukan ... rumah sakit juga butuh biaya, dasaar suami ndak berguna!" desisnya marah sepanjang jalan.

Yunis menghentikan langkah sejenak, berpikir, akan kemana setelah ini. Lalu dia menghentikan angkot yang lewat. Yunis menuju rumah sakit.

         ##########

Jaka sudah di pindah ke kamar, setelah menjalani perawatan yang cukup serius.

Di kamar yang tak terlalu lebar itu, berjajar empat tempat tidur saling berhadapan, dan semua sudah ada yang menempati, kebanyakan mereka korban kecelakaan.

Keadaan Ibu juga sudah lebih baik. Dia menemani Jaka yang masih belum sadar.

Dokter Leo, seorang dokter muda yang tampan dan berdedikasi tinggi, masuk ke ruangan Jaka untuk memeriksa kondisinya pagi itu.

"Selamat pagi Bu," sapa Dokter Leo dengan ramah.

"Oh ... Selamat pagi Dokter, maaf semalam saya sudah merepotkan anda," jawab Ibu dengan kepala tertunduk.

"Tak apa Bu, bagaimana keadaan Ibu sekarang?"

"Terima kasih Dokter, saya sudah lebih baik, bagaimana keadaan anak saya, Dok?"

"Anak Ibu mengalami benturan keras, yang mengakibatkan shock pada saraf. Kami sudah berupaya sebaik yang kami bisa, semoga tidak ada komplikasi lain, tapi untuk beberapa saat kondisi anak Ibu tidaklah baik, dia mengalami lumpuh," jawab Dokter Leo.

"Oohhh ...." Ibu terkejut mendengar keterangan Dokter Leo.

"Apakah anak saya bisa sembuh, Dok?" tanyanya sedih.

"Pada kasus anak Ibu, dia bisa sembuh asal tetap dalam perawatan yang baik dan rutin berlatih,"

"Alhamdulillah ...."

"Baik, saya akan periksa sekarang, semoga sudah ada kemajuan dan bisa cepat siuman," kata Dokter Leo sambil memeriksa kondisi Jaka.

Dengan teliti, Dokter Leo memeriksa kondisi Jaka.

"Baik Ibu, tidak ada masalah sampai sejauh ini."

"Baik Dok, terima kasih,"

Dokter Leo melanjutkan memeriksa pasien yang lain.

Tak lama kemudian seseorang dengan memakai setelan mahal masuk ke ruangan itu, dengan diantar seorang polisi, mereka mencari Jaka.

"Saya ibu Jaka," kata Ibu mengajukan diri setelah mendengar tamu yang saling berbisik mencari anaknya.

"Oh Ibu, Ibunya Jaka, apa bisa kita berbincang sebentar di luar?" tanya polisi itu dengan sopan.

Ibu mengangguk dan berjalan keluar diikuti tamunya.

"Saya Atmajaya, saya yang tanpa sengaja menabrak anak Ibu kemarin," seorang dengan setelan mahal itu mengenalkan diri.

Lalu dia menceritakan kronologi kejadian kemaren malam dengan detail.

Ibu mengangguk mencoba untuk mengerti situasi saat itu.

"Saya minta maaf sekali atas kejadian ini, karena itu saya akan tanggung semua biaya perawatan sampai anak Ibu sehat kembali, dan ini ... ada sedikit tambahan untuk keperluan Ibu selama anak ibu belum bisa bekerja," kata laki - laki itu dengan sopan.

Air mata Ibu mengalir tanpa terasa,

"Terima kasih ya Allah ... Masih ada orang baik di saat seperti ini," bisiknya dalam hati.

Dengan gemetar tangan Ibu menerima pemberian laki - laki itu.

"Begitu saja Ibu, semoga anak Ibu bisa cepat sehat kembali, saya mohon pamit," kata laki - laki itu sambil menundukkan kepala.

"Terima kasih Tuan, untuk pertanggungjawaban yang Tuan berikan," jawab Ibu sambil menundukkan kepala.

Ibu berdiri di situ sampai tamunya sudah tak kelihatan lagi. Lalu dia masuk dan menyimpan amplop tebal itu dalam tas tangan butut yang dibawanya kemaren.

Belum berapa lama, Yunis muncul dengan wajah masam.

Tanpa menanyakan bagaimana keadaan suaminya, atau menanyakan keadaan mertuanya, sudah makan atau belum, dia langsung duduk di tempat Ibu dengan seenaknya.

"Lho ... kamu ndak kerja ta ?" tanya Ibu.

"Ndak, semua gara - gara anakmu ini!" jawabnya ketus.

"Ibu pulang sana, biar aku yang jaga, nanti sore Ibu sini lagi gantikan aku," katanya kemudian.

Ibu diam tak banyak bicara, dia mengambil tas bututnya.

"Aku pulang dulu ya," pamit Ibu.

"Iya sana buruan," jawab Yunis sekenanya.

Ibu berjalan pulang dengan setengah hati, apalagi melihat kelakuan menantunya seperti itu, tak tega meninggalkan Jaka sendirian.

Tinggal Yunis sendiri menjaga Jaka, dia berdiri, menarik kelambu dari kiri ke kanan sehingga sepetak tempat Jaka jadi tertutup.

Yunis memperhatikan suaminya dengan seksama. Selang infus, selang nasogastrik, semua terpasang pada tubuh Jaka. Kepalanya juga masih dalam balutan perban.

Tiba - tiba Jaka membuka matanya perlahan. Mengerjap. Mengumpulkan puzzle penglihatannya dan melihat utuh istri yang dicintainya, dari buram menjadi jelas.

Jaka tersenyum lemah. Jemarinya bergerak pelan, mencoba melambai. Memanggil istrinya untuk mendekat.

Seketika kebencian merasuk dalam pikiran Yunis. Entah bisikan setan dari mana, tiba - tiba saja dia mendekat, menarik bantal suaminya dengan kasar, sehingga kepala Jaka sedikit tersentak, tak berhenti sampai di situ, dia juga menarik selang nasogatrik di hidung Jaka, dan membekapnya dengan bantal tanpa rasa kasihan sedikit pun.

"Semua gara - gara kamu, gara - gara kamu aku ndak jadi dinikahi Pak Burhan, gara - gara kamu aku berhenti kerja, laki - laki sial kamu, mati saja," desisnya pelan.

Jaka terkejut sekali, dia berusaha meronta sekuat tenaga, mempertahankan diri.

Tapi apa daya dengan tubuh yang masih sangat lemah. Hingga ....

Ttiiiiiiiiiiii ... t

Episodes
1 Selingkuh
2 Naas
3 Di Rumah Sakit
4 Mati Saja Kau ...
5 Sebuah Kenyataan
6 Menghilang
7 Pencarian.
8 Nyaris
9 Di Rumah
10 Dalam Ingatan
11 Cari Kerja
12 Hal tersembunyi
13 Jaka, kemana kau, Nak?
14 Sekali lagi
15 Hasrat
16 Pekerjaan.
17 Masalah Baru.
18 Aku Akan Urus ....
19 Semua Sudah Selesai ...
20 Apa Yang Terjadi ...
21 Aku Sudah Lebih Baik ...
22 Keluar Sekarang Juga!
23 Seperti Waktu Itu.
24 Sisi Kehidupan.
25 Sebuah Pertolongan.
26 Laras
27 Laras 2
28 Sebuah Pekerjaan
29 Kenyataan
30 Selamat Jalan, Bu.
31 Sujak
32 Permainan Hidup
33 Kabar Buruk
34 Kebaikan
35 Pulih
36 Keputusan Pak Adi
37 Akan Kemana Kita?
38 Pindah Rumah
39 Semangat Baru
40 Donatta
41 Gosip
42 Insiden
43 Ayo Kita Jalani Bersama ...
44 Sebuah Nasehat
45 Rencana
46 SUKA DONAT
47 Usaha Yang Berkembang
48 Petaka
49 Malam Itu
50 Satu Keputusan
51 Panik
52 Ternyata Itu Kamu
53 Keraguan
54 Dalam Pertimbangan
55 Jawaban Laras
56 Menghadapi Resiko
57 Pelarian
58 Menyelamatkan Diri
59 Masa Lalu
60 Cemburu
61 Situasi Tak Nyaman
62 Antara Dua Pilihan
63 Ijin Dari Laras
64 Kehangata Malam Itu
65 Satu Atau Dua ...
66 Maafkan Aku
67 Diam atau Mati
68 Toooloong ...!
69 Perasaan Was-was
70 Penyelidikan
71 Terima Kasih Mas ...
72 Kenyataan Pahit
73 Surat Penangkapan
74 Lukman Subagja
75 Pengakuan
76 Setelah Itu
77 Rencana Hebat
78 Pekerjaan Baru
79 Hai ... Aku Jaka
80 Sadarlah, Nad
81 Menyangkal
82 Kenapa Kau Lakukan ini?
83 Kesadaran
84 Pulang
85 Berkunjung
86 Pergi Dari Rumah
87 PR Dari Pak Sujak
88 Aku pun Berhak Bahagia
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Selingkuh
2
Naas
3
Di Rumah Sakit
4
Mati Saja Kau ...
5
Sebuah Kenyataan
6
Menghilang
7
Pencarian.
8
Nyaris
9
Di Rumah
10
Dalam Ingatan
11
Cari Kerja
12
Hal tersembunyi
13
Jaka, kemana kau, Nak?
14
Sekali lagi
15
Hasrat
16
Pekerjaan.
17
Masalah Baru.
18
Aku Akan Urus ....
19
Semua Sudah Selesai ...
20
Apa Yang Terjadi ...
21
Aku Sudah Lebih Baik ...
22
Keluar Sekarang Juga!
23
Seperti Waktu Itu.
24
Sisi Kehidupan.
25
Sebuah Pertolongan.
26
Laras
27
Laras 2
28
Sebuah Pekerjaan
29
Kenyataan
30
Selamat Jalan, Bu.
31
Sujak
32
Permainan Hidup
33
Kabar Buruk
34
Kebaikan
35
Pulih
36
Keputusan Pak Adi
37
Akan Kemana Kita?
38
Pindah Rumah
39
Semangat Baru
40
Donatta
41
Gosip
42
Insiden
43
Ayo Kita Jalani Bersama ...
44
Sebuah Nasehat
45
Rencana
46
SUKA DONAT
47
Usaha Yang Berkembang
48
Petaka
49
Malam Itu
50
Satu Keputusan
51
Panik
52
Ternyata Itu Kamu
53
Keraguan
54
Dalam Pertimbangan
55
Jawaban Laras
56
Menghadapi Resiko
57
Pelarian
58
Menyelamatkan Diri
59
Masa Lalu
60
Cemburu
61
Situasi Tak Nyaman
62
Antara Dua Pilihan
63
Ijin Dari Laras
64
Kehangata Malam Itu
65
Satu Atau Dua ...
66
Maafkan Aku
67
Diam atau Mati
68
Toooloong ...!
69
Perasaan Was-was
70
Penyelidikan
71
Terima Kasih Mas ...
72
Kenyataan Pahit
73
Surat Penangkapan
74
Lukman Subagja
75
Pengakuan
76
Setelah Itu
77
Rencana Hebat
78
Pekerjaan Baru
79
Hai ... Aku Jaka
80
Sadarlah, Nad
81
Menyangkal
82
Kenapa Kau Lakukan ini?
83
Kesadaran
84
Pulang
85
Berkunjung
86
Pergi Dari Rumah
87
PR Dari Pak Sujak
88
Aku pun Berhak Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!