Di Rumah Sakit

Yunis menarik tangannya dengan sangat keras sehingga membuat Jaka terpental.

Sebuah mobil yang melaju dengan kencang, tak menyadari adanya badan Jaka yang limbung ke jalan, berjalan tanpa mengurangi kecepatan, dan ...

cciiiiittt ....

Brraaaakk ... !!!

Seketika tubuh Jaka terpental, melayang ...

Buugh... !!

Badan dan kepalanya terbentur aspal dengan sangat keras.

"Aaaahh.. Tolooong ... Tolooong!" teriak salah seorang yang terkejut melihat badan Jaka jatuh di dekatnya.

Yunis menutup mulut, terkejut, melihat kejadian itu, otaknya lumpuh seketika, tak tahu apa yang harus diperbuatnya.

Orang yang lalu lalang di jalan seketika berhenti. Disusul langkah - langkah cepat, berlari mendekat dan mengerumuni tubuh Jaka yang sudah tak berdaya. Beberapa orang sigap dengan ponselnya, merekam kejadian itu dan diunggah di media sosial. Yang lain berkasak - kusuk memperkirakan keadaan Jaka. Dan beberapa orang yang kebetulan tahu adegan tarik menarik itu berkata dengan suara keras,

"Makanya kalau mau tengkar di rumah saja, jangan di jalan, kalau sudah begini siapa yang rugi, bukan kau aja yang rugi, noohh ... Pak sopir itu juga ikut rugi!"

Orang - orang yang mendengar saling menengok ke kanan ke kiri mencari orang yang dimaksud lalu melanjutkan berkasak - kusuk lagi. Sedang Yunis sudah tak ada di situ.

uuuiii ... Uuuuiii ... Uuuiii ...

Tak lama kemudian, sirine saling bersahutan, antara mobil polisi dan suara mobil ambulan, para pengendara di jalan minggir memberi jalan.

Dengan sigap polisi segera mengambil tindakan. Beberapa memperhatikan keadaan korban dan beberapa lagi menanyai sopir yang menabrak.

Setelah polisi selesai dengan tugasnya, para tenaga medis bergerak cepat menolong Jaka. Memberinya pertolongan pertama dan langsung membawa ke rumah sakit .

Perlahan tapi pasti, kerumunan orang di situ mulai menipis. Satu persatu mereka meninggalkan area yang sudah di batasi dengan police line.

Dari kejauhan, Yunis yang duduk di kedai tenda dekat situ, menyeruput secangkir teh manis sambil melihat semua, apa saja yang dikerjakan oleh polisi dan tenaga medis, hingga ambulan membawa suaminya pergi.

" Sial.. Dasar suami ndak berguna, bisanya merepotkan saja. Untung banyak aku kalau napas putus sampai di situ, bisa langsung jadi istri Burhan aku," kata Yunis dalam hati.

  \#\#\#\#\#\#\#\#\#

Mobil ambulan berlari kencang di jalan, sirine meraung keras membuat pengendara lain minggir dan memberi jalan.

Halaman Rumah Sakit Dr Herlambang tampak ramai. Mobil ambulan melewati semua keramaian itu langsung menuju pintu bagian Gawat Darurat, di sana sudah berjaga beberapa perawat untuk penanganan selanjutnya.

Pintu mobil dibuka, tubuh Jaka yang tergolek tak sadarkan diri langsung diturunkan dan dibawa ke ruang penangan.

Dokter dan perawat yang bertugas memburu masuk ruangan dan segera menjalankan tugasnya. Jarum - jarum suntik dan semua peralatan sudah disiapkan. Mereka bekerja dengan cepat, berusaha memberikan pertolongan yang sebaik - baiknya.

    #########

Yunis sudah sampai di rumah dengan langkah santai. Meletakkan tas di meja dan membuka sepatu di sana.

"Uuugghh .. Akhirnya sampai juga aku, capek .. Badan capek sekali," keluhnya sambil menggeliatkan badan.

Mengetahui menantunya sudah pulang, ibu berjalan ke dapur, membuatkan minuman hangat.

"Nak, kok tumben pulang malam, ini Jaka juga, biasanya sudah pulang tapi kenapa belum pulang ?" tanya ibu sambil meletakkan segelas teh manis pada menantunya.

Yunis mengacuhkan teh itu dan menjawab tak acuh, sambil berjalan ke kamar.

"Jaka kecelakaan Bu, sekarang di Rumah Sakit Dr Herlambang."

"Astagfirullah .... !"jerit ibu terkejut, sambil menutup mulutnya.

"Ayooo nak kita kesana sekarang," ajak ibu pada Yunis.

"ibu yang sana dulu nanti saya menyusul, badan saya masih pegal setelah seharian kerja," jawabnya malas, sambil menyibak kelambu kamar dan segera merebahkan diri di tempat tidur.

Ibu langsung meninggalkan Yunis, berjalan menuju kamar dan berganti pakaian. Setelah selesai ibu baru ingat, dia tak memiliki sepeserpun uang untuk bayar ongkos transport kesana. Dengan hati - hati ibu melangkah mendekat ke kamar Yunis.

Di depan helai kelambu itu ibu berdiri, ragu - ragu, dan bertanya pelan,

" Maaf nak, apakah ada sedikit uang untuk ongkos ibu ke rumah sakit?"

Demi mendengar pertanyaan itu, Yunis bangkit dari tempat tidur, menyibak kelambu dan menatap tajam mertuanya,

"Emang Jaka tak pernah beri uang sama ibu, kok ibu minta saya, uang saya habis, bukannya kemarin sudah diminta Jaka untuk belanja?" jawabnya ketus.

Ibu terkejut, suaranya bergetar,

"Iya nak, ibu pergi dulu, nanti kamu segera menyusul ya."

Yunis melengos tanpa memberikan jawaban, kembali ke tempat tidurnya.

"Ndak anak, ndak ibu, sama - sama merepotkan," gerutunya.

Ibu mendengar dan mengelus dada, lalu berjalan ke pintu.

Krriieèet .. Jeglek ..

pintu ditutupnya pelan.

Ibu berjalan menyusuri malam, wajahnya kuyu, badannya sedikit terasa lemas, karena sehari ini hanya beberapa potong ubi rebus yang dimakannya, langkah kakinya sedikit terseok akibat radang sendi yang dideritanya, tapi semua itu tak mematahkan semangat ibu untuk terus berjalan menuju Rumah Sakit, meskipun jarak lumayan jauh. Di hati dan bibir keringnya terucap doa yang tak putus untuk keselamatan putra semata wayangnya.

Langkahnya pelan melewati pertokoan dan jalanan yang masih ramai, peluhnya mengalir dan diusapnya dengan tangan yang sudah keriput. Beberapa kali langkahnya terhenti, hanya untuk mengistirahatkan lutut yang mulai terasa sakit. Napasnya memburu, naik turun sudah tak beraturan tanda dia sudah sangat kelelahan, tapi ibu tetep bertahan. Bayangan anaknya yang sedang dalam kondisi tak menentu, membuatnya mengabaikan semua rasa sakit dan lelahnya.

Akhirnya ibu sampai di rumah sakit. Kaki dan tangannya gemetar. Antara lelah dan lapar yang dirasanya.

Menghampiri meja resepsionis, dan bertanya pada perawat yang jaga di sana.

Setelah mendapat jawaban dari perawat, Ibu langsung bergegas menuju tempat yang dimaksud.

Sebuah pintu tertutup rapat. Bau pewangi ruangan bercampur dengan bau obat dan karbol pembersih lantai, menjadi bau khas ruangan rumah sakit. Dihirupnya dalam - dalam sambil menenangkan hati dan merilekskan langkahnya.

Dua bangku panjang terletak bersebelahan dalam keadaan kosong, tak seorang pun duduk di sana. Ibu memilih salah satunya dan duduk. Perasaannya bercampur aduk, antara gelisah dan berserah. Membayangkan bagaimana kondisi anaknya yang ada di dalam sana. Ibu berusaha untuk tenang kembali, doa mulai dilafalkan lagi dalam hati. Rasa lapar dan lelah tak dihiraukan.

Menunggu hingga beberapa jam, akhirnya seseorang dengan memakai kacamata tipis keluar dari sana. Baju dan tangannya masih kotor, bercak darah masih tampak di sana.

Ibu bergegas menghampiri dokter,

"Dokter, bagaimana kondisi anak saya?"tanyanya dengan nada panik.

Dokter menatap tajam pada ibu, hatinya harus kuat menyampaikan keadaan anaknya.

Dokter itu menggeleng pelan.

"Kondisi anak ibu....

ibu membayangkan hal terburuk, air matanya mengalir. Belum selesai dokter menjelaskan, tiba - tiba pandangan ibu gelap, kakinya tak kuat lagi menahan tubuh renta itu.

Dengan cepat, dokter memegangi tubuh ibu supaya tak jatuh ke lantai.

"Tooolooongg ... Tooloong..!" teriak dokter sambil tetap memegangi tubuh ibu yang mulai terasa berat.

Episodes
1 Selingkuh
2 Naas
3 Di Rumah Sakit
4 Mati Saja Kau ...
5 Sebuah Kenyataan
6 Menghilang
7 Pencarian.
8 Nyaris
9 Di Rumah
10 Dalam Ingatan
11 Cari Kerja
12 Hal tersembunyi
13 Jaka, kemana kau, Nak?
14 Sekali lagi
15 Hasrat
16 Pekerjaan.
17 Masalah Baru.
18 Aku Akan Urus ....
19 Semua Sudah Selesai ...
20 Apa Yang Terjadi ...
21 Aku Sudah Lebih Baik ...
22 Keluar Sekarang Juga!
23 Seperti Waktu Itu.
24 Sisi Kehidupan.
25 Sebuah Pertolongan.
26 Laras
27 Laras 2
28 Sebuah Pekerjaan
29 Kenyataan
30 Selamat Jalan, Bu.
31 Sujak
32 Permainan Hidup
33 Kabar Buruk
34 Kebaikan
35 Pulih
36 Keputusan Pak Adi
37 Akan Kemana Kita?
38 Pindah Rumah
39 Semangat Baru
40 Donatta
41 Gosip
42 Insiden
43 Ayo Kita Jalani Bersama ...
44 Sebuah Nasehat
45 Rencana
46 SUKA DONAT
47 Usaha Yang Berkembang
48 Petaka
49 Malam Itu
50 Satu Keputusan
51 Panik
52 Ternyata Itu Kamu
53 Keraguan
54 Dalam Pertimbangan
55 Jawaban Laras
56 Menghadapi Resiko
57 Pelarian
58 Menyelamatkan Diri
59 Masa Lalu
60 Cemburu
61 Situasi Tak Nyaman
62 Antara Dua Pilihan
63 Ijin Dari Laras
64 Kehangata Malam Itu
65 Satu Atau Dua ...
66 Maafkan Aku
67 Diam atau Mati
68 Toooloong ...!
69 Perasaan Was-was
70 Penyelidikan
71 Terima Kasih Mas ...
72 Kenyataan Pahit
73 Surat Penangkapan
74 Lukman Subagja
75 Pengakuan
76 Setelah Itu
77 Rencana Hebat
78 Pekerjaan Baru
79 Hai ... Aku Jaka
80 Sadarlah, Nad
81 Menyangkal
82 Kenapa Kau Lakukan ini?
83 Kesadaran
84 Pulang
85 Berkunjung
86 Pergi Dari Rumah
87 PR Dari Pak Sujak
88 Aku pun Berhak Bahagia
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Selingkuh
2
Naas
3
Di Rumah Sakit
4
Mati Saja Kau ...
5
Sebuah Kenyataan
6
Menghilang
7
Pencarian.
8
Nyaris
9
Di Rumah
10
Dalam Ingatan
11
Cari Kerja
12
Hal tersembunyi
13
Jaka, kemana kau, Nak?
14
Sekali lagi
15
Hasrat
16
Pekerjaan.
17
Masalah Baru.
18
Aku Akan Urus ....
19
Semua Sudah Selesai ...
20
Apa Yang Terjadi ...
21
Aku Sudah Lebih Baik ...
22
Keluar Sekarang Juga!
23
Seperti Waktu Itu.
24
Sisi Kehidupan.
25
Sebuah Pertolongan.
26
Laras
27
Laras 2
28
Sebuah Pekerjaan
29
Kenyataan
30
Selamat Jalan, Bu.
31
Sujak
32
Permainan Hidup
33
Kabar Buruk
34
Kebaikan
35
Pulih
36
Keputusan Pak Adi
37
Akan Kemana Kita?
38
Pindah Rumah
39
Semangat Baru
40
Donatta
41
Gosip
42
Insiden
43
Ayo Kita Jalani Bersama ...
44
Sebuah Nasehat
45
Rencana
46
SUKA DONAT
47
Usaha Yang Berkembang
48
Petaka
49
Malam Itu
50
Satu Keputusan
51
Panik
52
Ternyata Itu Kamu
53
Keraguan
54
Dalam Pertimbangan
55
Jawaban Laras
56
Menghadapi Resiko
57
Pelarian
58
Menyelamatkan Diri
59
Masa Lalu
60
Cemburu
61
Situasi Tak Nyaman
62
Antara Dua Pilihan
63
Ijin Dari Laras
64
Kehangata Malam Itu
65
Satu Atau Dua ...
66
Maafkan Aku
67
Diam atau Mati
68
Toooloong ...!
69
Perasaan Was-was
70
Penyelidikan
71
Terima Kasih Mas ...
72
Kenyataan Pahit
73
Surat Penangkapan
74
Lukman Subagja
75
Pengakuan
76
Setelah Itu
77
Rencana Hebat
78
Pekerjaan Baru
79
Hai ... Aku Jaka
80
Sadarlah, Nad
81
Menyangkal
82
Kenapa Kau Lakukan ini?
83
Kesadaran
84
Pulang
85
Berkunjung
86
Pergi Dari Rumah
87
PR Dari Pak Sujak
88
Aku pun Berhak Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!