5

"Akhirnya kalian berdua pulang juga."

Baru juga kaki melangkah masuk, suara Ambar sudah menyambut kedatangan Alex dan Alexia.

Sukma buru-buru merangkul lengan Aris, ingin menunjukkan kepada adiknya itu kalau dirinya lah yang menang dalam merebut hati Aris.

Seketika langkah Alex dan Alexia terhenti. Alex menatap ketiga orang yang sedang duduk di kursi sofa ruang tamu satu persatu.

"Jadi, laki-laki ini suami kamu, Lex?"

"Seperti yang kamu lihat." Jawab Alexia dengan anggukan kecil. Alih-alih merasa cemburu, Alexia malah merasa geli dengan sikap Sukma yang seperti ulat keket.

"Bisa kamu menikah dengan laki-laki lain sebelum berbicara denganku. Mana lebih tuaan begini, juga kelihatan banget dari seragamnya kalau dia hanya seorang pengantar barang. Ternyata seleramu makin hancur. Sekarang aku menyesal karena sudah menaruh hati padamu, ternyata kamu tidak sepolos yang aku kira. Dengan mudahnya kamu mencari pengganti ku. Kamu tidak lebih dari wanita mura-han."

Bukannya marah, Alexia malah tertawa.

Alex yang tadinya ingin mengambil tindakan dibuat bingung dengan sikap Alexia yang santai. Bahkan istrinya itu masih bisa tertawa setelah dihina. Melihat sikap tenang istrinya, sepertinya Alex akan menjadi penonton saja, karena Ia yakin istrinya bisa menghadapi masalahnya sendiri.

"Kamu bilang aku mura-han? Lalu, wanita yang mau tidur denganmu sebelum halal itu disebut apa?"

Sukma yang merasa tersindir langsung berdiri. "Maksudmu apa? Kamu sengaja mengatai ku dengan sebuah sindiran?"

Alexia menarik sudut bibirnya. "Tidak. Tapi, kalau kamu merasa ya itu tandanya tingkat kepekaan mu masihlah normal. Bukankah begitu, Kak?"

Sukma mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Niat hati ingin memanasi Alexia malah dirinya kena skakmat. Dipermalukan dihadapan Aris dan suami Alexia pula.

Sekarang Ia percaya dengan mamanya, Alexia memang sudah mulai berani dengan mereka.

"Jangan menghina anak saya, kamu. Lagian mereka berdua besok akan melangsungkan pernikahan. Jadi, tidak masalah jika mereka mencicilnya agar besok setelah menikah mereka semakin lengket dan romantis."

Apa katanya? Mencicil?

Baik Alex dan Alexia saling pandang, mereka kompak menahan tawa.

"Ya okelah. Itu terserah kalian saja. Yang penting kalian tidak menggangguku lagi."

"Ya, dan aku harap kamu jangan iri dengan pernikahanku besok. Karena pernikahanku besok akan dibuat dengan begitu mewah. Iya kan, Aris?"

Aris membulatkan kedua matanya, bagaimana bisa Sukma bicara seperti itu padahal mereka belum membicarakan hal tersebut sebelumnya.

'Sial, aku harus bagaimana? Buat mahar aja aku ngutang ini malah mau ngadain pesta dengan mewah segala. Mana mau bapak membantuku kalau diluar batas kemampuannya.' Ucap Aris dalam hati.

Tidak mau ditertawakan oleh Alexia, dengan berat hati dan ragu Aris menganggukkan kepalanya sambil memaksa bibirnya untuk tersenyum.

"Baguslah. Kalau begitu tolong minta kepada calon suamimu itu untuk segera membayar hutangnya."

Jleb. Semakin membeku saja si Aris. Bagaimana tidak? Uang yang digunakan untuk membeli seserahan dan mahar yang seharusnya untuk Alexia adalah uang Alexia.

Setelah mendengar perkara hutang, siap-siaplah dirinya diserbu pertanyaan oleh kedua wanita ini.

Aris melirik Sukma dan Ambar. Dan benar saja, keduanya menatapnya dengan ekspresi penuh tanya.

"Sepertinya dia tertekan." Bisik Alex pada Alexia.

Alexia mengangguk setuju. Dilihat dari wajah Aris saja sangat terlihat jika Aris sedang tertekan.

"Oh, ya. Kalau boleh saya tanya. Mobil yang terparkir di depan milik siapa?"

"Ya jelas milik Aris lah. Emangnya kamu, hanya seorang kurir yang kemana-mana memakai motor murah." Jawab Ambar dengan melontarkan hinaan untuk Alex.

Alex hanya manggut-manggut. Setelah mendapat jawaban, Alex mengajak Alexia untuk masuk ke dalam kamar.

Untuk perkara Aris dan Sukma, biarlah mereka selesaikan sendiri masalah mereka. Karena sekarang dirinya memiliki masalah sendiri. Ia harus menghubungi seseorang untuk mencari tahu kebenaran.

*****

Alex sudah selesai bersih-bersih. Ia mengenakan pakaian santai, sebelumnya Ia mengambil pakaian ganti yang ada di kontrakannya. Karena sekarang dirinya sudah menikah, maka mulai sekarang Ia pindah di rumah Alexia. Sesuai dengan pembicaraan mereka berdua tadi pagi.

Alex mengambil ponselnya yang sebelumnya Ia letakkan di atas nakas. Ia ingin menghubungi seseorang.

[Halo, Pak.]

"Sapto, dimana kamu sekarang?"

[Saya di rumah, Pak. Ada apa ya, Pak?]

"Apa kamu pulang membawa mobilku?"

[Em, anu. Tadi saya mendapat kabar kalau anak saya sakit, Pak. Jadi saya bingung karena harus segera pulang. Maaf saya sudah lancang, Pak.]

Alex mematikan teleponnya. Ternyata sopirnya itu sudah mulai berbohong kepadanya. Dari sini Alex juga menjadi tahu siapa itu Aris.

Terlihat jari jempol Alex mengetikkan sebuah pesan. Lalu Ia kirim ke asistennya. Setelah terkirim, Alex meletakkan ponselnya kembali.

Alex keluar kamar untuk menyusul istrinya yang sedang masak di dapur.

Alex menghampiri istrinya yang tengah mengaduk masakannya.

"Masak apa?"

Alexia menoleh. "Eh, Om. Ini aku masak udang asam manis."

"Wah, enak nih pasti."

Alexia tersenyum. "Nih coba Om cicipi, kira-kira kalau Om Alex kurang apa?"

Alexia menyendokkan sedikit udang untuk Alex cicipi.

"Kalau aku sudah pas. Ini enak, enak banget malah." Ucapnya setelah mencicipi masakan istrinya. Alex mengatakan dengan jujur.

Alexia langsung mematikan kompornya.

"Kalau begitu aku mandi dulu ya, Om."

"Iya, mandilah. Biar aku yang nanti menata makanannya di meja."

"Tapi, Om."

"Sudah, sana cepat mandi. Kamu bau asap." Alex mengusap pucuk kepala Alexia.

Alexia tersenyum mendapat perhatian suaminya. Lalu Ia pergi ke kamar untuk mandi. Sementara Alex akan menyiapkan makanannya di meja makan.

*****

Niat hati setelah mandi ingin mengisi perut, suara adzan mahgrib sudah terdengar. Akhirnya Alexia mengajak suaminya untuk melaksanakan kewajibannya lebih dulu.

Singkat waktu, sepasang pasutri keluar dari kamar dan berjalan menuju meja makan. Tapi, sesampainya di ruang makan, mereka berdua saling pandang.

Sungguh pemandangan yang sangat tidak mengenakan hati. Masakan yang sudah ditata oleh Alex kini sudah berantakan dan hanya tinggal tempatnya saja. Dan tersangkanya adalah ibu dan kakak tiri Alexia.

Mereka berdua sama sekali tidak merasa bersalah atau apa. Semua yang ada diatas meja makan telah mereka berdua habiskan.

"Apa lihat-lihat?"

"Kenapa kalian habiskan semua makanan ini? Bahkan yang masak saja tidak kalian pikirkan, setidaknya sisakan untuk kami."

"Untuk apa kita memikirkan kalian. Suka-suka dong. Ada makanan ya kita makan."

Alex mengangguk. "Oke, baiklah. Kalau begitu, mulai sekarang kita makan diluar saja, Lex. Atau setelah selesai masak kita bawa ke dalam kamar. Biarkan mereka berdua mengurus diri mereka sendiri. Aku mau lihat, apakah mereka berdua masih bisa sesombong ini."

"Aku tidak mau tahu ya, Bu. Kalian yang telah menghabiskan makanan ini, kalian juga yang harus membereskan ini semua. Atau kalau tidak, siap-siap saja kalian angkat kaki dari rumah ini. Ayo, Mas."

'Eh, eh, eh. Apa aku tidak salah dengar dengan panggilannya tadi?' Batin Alex.

"Kamu-."

Sebelum mereka berbicara panjang lebar, Alexia menggandeng tangan Alex dan mengajaknya pergi meninggalkan mereka.

Kini Alex dan Alexia berada di kamar.

"Om, maaf ya. Sepertinya kita memang harus makan di luar."

Alex tersenyum menatap istrinya. "Iya, tidak apa. Kalau begitu ayo kita siap-siap."

Alexia mengangguk dan mereka berdua sama-sama mengambil jaket.

Tujuan Alex dan Alexia saat ini adalah ke Taman Kuliner. Dengan mengendarai motor matic milik Alex, mereka menikmati suasana dinginnya malam.

Alexia memeluk Alex dengan erat. Ternyata nyaman juga memiliki suami yang bisa dijadikan sandaran saat berkendara.

Ah, dasar si Alexia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!