3

Brak! Brak! Brak!

"Lex, buka pintunya. Alexia."

Alex dan Alexia saling pandang.

Alex yang ingin mengungkapkan siapa dirinya pun menjadi urung karena ada yang menggedor pintu kamar.

"Bukalah dulu, siapa tahu penting."

Alexia mengangguk. Ada apa gerangan ibunya mencarinya malam-malam begini. Alexia berjalan kearah pintu dan membukanya.

Ceklek!

Terlihat Ambar berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ada apa, Bu?"

"Cepat berikan mahar pemberian suamimu itu kepada saya."

Alexia mengerutkan keningnya, bagaimana bisa mahar yang menjadi haknya diminta oleh ibunya? Tapi, tidak salah juga kalau ibunya itu tergiur dengan mahar yang diberikan oleh suaminya. Mahar dengan mas kawin 20 gram dan uang sebesar 50 juta bukanlah sebuah mahar main-main bagi kalangan menengah seperti Alexia.

"Maaf, Bu. Tapi, itu milikku."

"Saya tidak mau tahu. Cepat berikan kepada saya."

Ambar terus meminta mahar tersebut. Baginya Alexia tidak boleh menikmatinya sedikit pun. Apa pun yang dimiliki Alexia harus jatuh ke tangannya maupun anaknya.

"Sekali lagi maaf, Bu. Tapi, Ibu tidak ada hak untuk memintanya dariku. Itu milikku dari suamiku."

Alexia masih mencoba untuk bersabar, Ia berusaha menjaga apa yang menjadi miliknya. Ia sudah sangat lelah jika harus mengalah dan pasrah.

"Melawan kamu sekarang, sudah mulai berani ya kamu. Kamu itu anak yang tidak tahu diri. Kalau kamu tidak mau memberikan mahar itu kepada saya, lebih baik sekarang juga kamu dan suamimu itu angkat kaki dari rumah ini."

Alexia terkekeh. Merasa lucu dengan perintah ibunya itu.

"Apa Ibu tidak salah? Kenapa aku harus angkat kaki dari rumah ini? Sedang, rumah ini peninggalan almarhumah ibuku. Jadi, apa seharusnya bukan Ibu dan anak Ibu itu yang seharusnya angkat kaki dari rumah ini?" Alexia mengulas senyum melihat ekspresi Ambar.

Kedua mata Ambar terbelalak. Seketika Ambar kalah telak.

Ambar memang hanyalah seorang ibu tiri. Karena sebelum Ajeng, ibu Alexia menghembuskan nafas terakhirnya, Ia meminta Achmad untuk menikahi Ambar yang seorang janda beranak satu. Anak itu adalah Sukma, kakak tiri Alexia. Tapi, bukannya berterimakasih, Ambar malah seenaknya sendiri. Ia ingin menguasai harta milik Ajeng. Setiap Achmad pergi untuk bekerja, Ambar akan menindas Alexia. Menganggapnya sebagai pembantu dan ATM berjalannya. Di saat Ia ingin mengadu kepada Achmad, hari itu juga Achmad mengalami kecelakaan berakhir Ia meninggal. Sejak saat itu pula Ambar dan Sukma semakin menjadi.

Alexia bukan tidak mampu melawan, dia hanya tidak ingin ada keributan. Jadi, selama ini dia hanya mengalah dan mengalah. Tapi, untuk sekarang Ia tidak akan mengalah lagi, Ia akan bangkit, apalagi setelah tahu pengkhianatan Aris dan juga Sukma. Ia tak mau lagi menunjukkan sisi lemahnya.

Sekarang dirinya juga sudah menikah dan memiliki suami. Jadi, dirinya sudah tidak sendiri lagi.

"Kamu-."

"Apa Anda tipe manusia yang tidak memiliki urat malu? Istri saya sudah berusaha bersabar menghadapi Anda tapi, dengan tidak tahu malunya Anda meminta yang bukan hak Anda dan malah ingin mengusir istri saya dari rumahnya sendiri." Alex yang sejak tadi merasa geram menghampiri istrinya dan ikut melawan Ambar.

"Diam kamu. Kamu hanyalah orang luar. Jangan ikut campur." Ambar menunjuk Alex dengan wajah yang sudah memerah karena emosi.

"Siapa bilang suamiku ini orang luar? Derajat suamiku lebih tinggi dibanding Ibu. Jadi, tolong sadar diri dan tahu diri. Sebelum kesabaranku habis."

Tangan Ambar mengepal kuat. Anak yang dulunya selalu menurut kini sudah mulai berani melawannya. Akhirnya Ambar pergi meninggalkan Alex dan Alexia.

Alexia menghembuskan nafas lega.

"Apa dia selalu begitu?"

"Seperti yang Om Alex tahu."

"Kamu tenang saja, sekarang ada aku di sampingmu. Aku akan selalu berada di garda terdepan jika ada yang mau menyakitimu. Sekarang kamu adalah tanggung jawabku. Lebih baik sekarang kita shalat isyak berjamaah, baru setelah itu kita istirahat. Aku tahu kamu lelah."

Alexia tersenyum mengangguk. Bersyukur laki-laki yang diajak menikah secara dadakan adalah laki-laki yang baik.

*****

Suara adzan subuh membangunkan Alexia. Ia membuka matanya secara perlahan. Ia hendak bergerak, namun ada sesuatu yang membuatnya sulit untuk bergerak. Dilihatnya tangan suaminya tengah melingkar di perutnya.

Entah sejak kapan suaminya itu memeluk dirinya. Alexia memang tidak membatasi ruang maupun pergerakan suaminya. Bahkan semalam dirinya tidak keberatan jika harus menyerahkan haknya, namun entah kenapa Alex belum mengambilnya, padahal jika ingin pun mereka sudah halal.  Dan ya, semalam tidak terjadi apa-apa diantara mereka berdua.

Alexia mendongak keatas menatap wajah suaminya. Dia tersenyum, ternyata suaminya itu tampan juga. Seperti oppa-oppa. Memiliki garis rahang dan dagu yang tajam, hidungnya mancung. Wajahnya begitu damai.

Eugh!

Tiba-tiba Alex melenguh. Membuat Alexia buru-buru memejamkan matanya kembali.

Menunggu beberapa waktu, tak ada pergerakan apapun dari suaminya. Alexia membuka matanya kembali. Perlahan Alexia mengangkat tangan Alex dan ingin memindahnya. Namun ternyata Alex merasakan pergerakan tersebut sehingga membuat Alex terbangun.

"Sudah bangun?" Tanya Alex dengan suara berat dan khas orang bangun tidur.

Alexia hanya diam.

Lalu tangan Alex kembali memeluk Alexia dan pelukan tersebut lebih erat dari sebelumnya.

"Begini dulu sebentar. Rasanya begitu enggan melepaskan mu dari pelukanku."

Alexia tidak memberi komentar apa-apa. Biarlah Ia memberikan waktu sebentar untuk suaminya. Yah walaupun jantungnya sendiri sebenarnya merasa tidak aman.

"O-Om sebaiknya kita lekas bangun, subuh sebentar lagi akan berakhir."

Alex mengangguk. Mereka berdua akhirnya bangun dan beranjak dari tempat tidur lalu bergantian untuk bersih-bersih dan melaksanakan kewajiban mereka.

*****

"Om, karena sekarang Om adalah suamiku, aku mau minta ijin untuk pergi ke toko, boleh ya?" Kata Alexia.

Alex yang tengah mengenakan jaketnya mengerutkan keningnya dan menoleh kearah Alexia.

"Aku memiliki toko kue, Om." Imbuh nya ketika melihat raut wajah bingung suaminya.

"Wah, ternyata istriku ini kaya juga."

Alexia terkekeh mendengar penuturan suaminya.

"Alhamdulillah, Om. Tapi, Om Alex jangan beri tahu ibu dan kakakku ya! Karena mereka berdua sama sekali tidak tahu jika aku memiliki toko kue."

Alex tersenyum dan melangkah menghampiri Alexia.

"Aku tidak se-bocor itu. Kamu tenang saja." Alex mengusap lembut pipi Alexia, membuat wajah Alexia memerah dan menjadi salah tingkah.

Alexia mengalihkan pandangannya untuk menutupi rasa malunya.

"Lebih baik kita sarapan dulu, Om. Aku sudah masak tadi buat kita sarapan."

Sebenarnya Ia ingin menanyakan perihal hal semalam yang sempat tertunda tapi, harus Ia urungkan lagi karena suaminya malah membuatnya tersipu malu.

Mereka berdua keluar dari kamar dan sarapan bersama. Hanya mereka berdua, karena Ambar sejak tadi sama sekali tidak keluar dari kamar.

*****

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

makin seru.....good job Thor 👍

2025-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!