Chap 4 Penculikan

"Iya bentar Niiin.. Tuuung.. gu. Abisnya.. percuma gue unlock pov... kalo ntar objek alamat lu kedapetan kosong di depan mata."

Suara Tifani terdengar lagi dalam ruangan. April tampaknya sedang didesak oleh si pengetuk "pintu".

Pintu kamar sedang terbuka, masih mengganga sedari tadi namun Jihan dan Ira pun tak peduli suara April yang memberitahu.

"Tau khan.. garis will-nya lagi sama siapa. Nonton siaran tundanya aja kita mah.."

April dengan nada santai memberitahu, terdengar sedang mengingatkan Nina di tempatnya berada.

Cyhaapp.. chpp.. cpphh..!

Jihan mengecup, Ira pun melakukan hal sama. Kedua gadis ini sibuk, masih saling mencumbu bibir si pasangan. Mereka tak peduli suara April yang menggema dan terdengar di kamar.

Chiipph.. Chuppph..! Cppph! Chhpp!

Ira mempercepat ciumannya.

Jihan sedikit memiringkan kepala, turut mengiringi dan mengikuti ke mana bibir Ira bergerak.

"Ngh!!"

Dua tangan Jihan yang tengah mengalungi leher Ira, sigap bergerak. Zzzttt-zztt!

Ira yang terburu dalam menikmati kelembutan bibir Jihan akhirnya melenguh mendapatkan sensasi yang dikejarnya, tengadah mengendik badan seperti orang disengat.

Jihan berhasil menangkap tubuh Ira.

Dalam pelukannya, Jihan dapati mata Ira sudah lemah mengantuk dengan nafas naik-turun.

Plukh..!! Ponsel jatuh ke lantai dari pegangan Ira.

Dada Ira yang sedang kembang-kempis tak beraturan, kini mereda perlahan seiring nafas pemiliknya yang terkulai, yang langsung lunglai tertidur.

Jihan melayang membawa tubuh Ira, si gadis sweater, ke ranjang, tak berkomentar. Jihan segera merebahkan si pacar dengan perlahan dan hati-hati.

Ira bukan sedang pingsan tak sadarkan diri tapi memang tidur begitu saja di tengah acara kissing mereka.

Namun, Jihan tampaknya tak ingin Ira terbangun. Dia menempatkan Ira di sebelah si karyawati bar yang sama cantik dan manisnya, digeletakkan di samping badannya sendiri.

DRRRTTTH.. Grrttth..!!

Ponsel Ira yang tadi jatuh dan tergeletak di lantai, tumbuh meninggi, berubah sendiri bagai pohon dan patung, dari bentuk gepeng meninggi jadi seorang Fani.

Jihan posisikan badan si karyawati menyamping ke arah Ira, lalu menaikan kakinya sendiri dan memposisikan tangannya ke dada Ira.

"Masuk Bonin," pinta Jihan yang membiarkan kehadiran April di kamar, membiarkannya menonton.

"Oke udah," kata April, dan kemudian tak mempedulikan garis vertikal di dekatnya tengah menggores udara.

TRRRTTTH..!!

"Pril. Ntar kalo dia udah bangun kasih tau gue ya."

"Oke. Nanti gue kabarin. Tadi Ira tuh ngerahin powernya. Akibatnya langsung lemes ketiduran, Han."

". . ."

Jihan diam dalam berdirinya di sisi ranjang menatap Fani.

"Niatnya tadi pengen ke Lintang Center, ngeliat-liat kantor alumnus. Tapi anaknya malah keburu capek. Dia mau ke Elci sebenernya."

"Ntar lo temenin aja dulu ya acara jalan-jalannya di Elci, Pril..? Gue ntar ke sana bubar latihan."

"Hm. Oke.."

Weettzz!!

Rambut April bergerak terbawa kelebat tubuh Jihan, objek barusan masuk ke garis api oren di sebelah pemilik rambut panjang ini.

April beda dengan Tifani si tomboy cepak. Tapi tone suara keduanya terdengar sama persis bila bicara.

Di dunia mereka ini garis oranye tersebut adalah jemputan. Objek muncul begitu saja di kamar Jihan saat April mengizinkannya. Dengan segera Jihan pun memasukinya karena sedang dia ditunggu.

"Apa Bonin, Sanin Saliha, Nina, Sandrina Michelle?"

Sekeluar dari garis portal, Jihan langsung berhenti dari gerakannya yang melesat sebab orang yang "menjemput" terdeteksi sedang berada di kedekatan.

Yang ditanya hanya menunjuk ke seorang anak perempuan.

Jihan mendapati seorang yang sedang sibuk menyusun lembar-lembar kartu, tengah membangun menara kartu di dekat Nina.

Jihan segera melayang ke pagar tribun tersebut, menghampiri Nina di mana tengah duduk santai pada stenlis pagar lapangan.

"Guru!! Approve dulu yang masuk hari ini woy! Sini!!"

"Bentar!!" teriak Jihan, menyahut tanpa menoleh pada pemanggilnya yang berada di lembah arena sana, pagar yang Jihan datangi memang cukup tinggi.

"Napa Mel?"

Jihan mendarat dan menanyai orang yang Nina tunjuk.

"Jeng! Jeeeng...!! Gue lolos! Boleh kursus! Ini buktinya..!!"

Sebangkit dari bersila si penyusun kartu membuka kepal tangan ke arah karyanya, mempersembahkan bukti pada Jihan.

"Lha curang. Napa manual, Mel? Semua latihannya ntar mijit dong, Melaaan."

"Tapi nih kuat sangat Kakaaa. Liat nih. Liat."

Melan mengibas-kibas tangan pada menara kartu. Susun kertas tersebut tetap berdiri tak tersentuh tangan pembuatnya.

"Liat sendiri," tekan Melan pada Jihan yang berdiri menonton aksinya.

Jihan menoleh ke samping dan langsung meraih kaca seukuran paperboard dari Nina. "Thanks."

"Liat khan? Kuad.. Gak roboh."

"Iya. Gak jatoh. Skill elo khan nembus tembok. Pake ati bikinnya. Gunain hezt pala kita, Mel."

"Ck!" decak Melan, kecewa.

"Cepet Han. Ditungguin," pinta Nina atas absensi yang sedang dipegang Jihan.

"Kak Sanin saksinya, Kakaaa.. Gue gak curang. Tanya aja dia. Betul khan, Kak Sanin?"

Tak dijawab.

"Bentar.. Bentar. Gue fotoin dulu kekuatan benteng lo. Hhh-hh.." gelak Jihan mengarahkan kaca berisi foto-foto wajah ke menara kartu dan mengedipkan kedua mata.

"Kak Nina, bantuin dong. Ihh.. Gue malah diketawain gini Kak, sama si Kaka. Malah diisengin."

"Hhh-hh.. Cekrek!"

Jihan berakting jadi fotografer sambil terguncang pundak atas ketidaksenangan dan protes Melan padanya.

Melihat Jihan terus-menerus menahan geli sambil mengantungkan map absen, Nina langsung merebut barang tersebut.

"Ehh, bentar bego. Gue belum ngedip, Bonin. Hhh-hh.. Ada benteng ajaib.. Hhh-hh."

"Dua anak sinting.." komen Nina, dingin bak musuh buyutan.

Brrurhh! Weezzh!

Usai membentangkan sayap apinya, Nina terbang menembus pagar tribun, ke bawah, ke arah lapangan membawa benda bening yang berhasil direbutnya kembali.

"Jiah pergi lagi. Tunggu kali. Khan gue udah stop ngomongin damkar. Kenapa dia ya? Dia ngambek lagi?"

"Pake ati Melaaan.. Hhh-hh," kata Jihan. "Udah. Nanti ajalah ya di bar. Seleksinya. Hhh-hh. Eh.. Lagi dong.."

"Jeng.. Jeeng ..!!"

Melan berpose mempersembahkan karya. Kepalanya didorong dan dipinta berhenti untuk segera menyudahi aksinya tersebut.

Episodes
1 Chap 1 Penculikan
2 Chap 2 Penculikan
3 Chap 3 Penculikan
4 Chap 4 Penculikan
5 Chap 5 Penculikan
6 Chap 6 Penculikan
7 Chap 7 Penculikan
8 Chap 8 Penculikan
9 Chap 9 Penculikan
10 Chap 10 Penculikan
11 Chap 11 Melan dan Gas Melon
12 Chap 12 Melan dan Gas Melon
13 Chap 13 Melan dan Gas Melon
14 Chap 14 Melan dan Gas Melon
15 Chap 15 Melan dan Gas Melon
16 Chap 16 Melan dan Gas Melon
17 Chap 17 Melan dan Gas Melon
18 Chap 18 Melan dan Gas Melon
19 Chap 19 Melan dan Gas Melon
20 Chap 20 Main Drama
21 Chap 21 Main Drama
22 Chap 22 Main Drama
23 Chap 23 Main Drama
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chap 27 Telwave
28 Chap 28 Telwave
29 Chap 29 Hen Hen si Fobian
30 Chap 30 Hen Hen si Fobian
31 Chap 31 Hen Hen si Fobian
32 Chap 32 Hen Hen si Fobian
33 Chap 33 Hen Hen si Fobian
34 Chap 34 Hen Hen si Fobian
35 Chap 35 On Going Giziania
36 OGG: Zombie Rumusan
37 OGG: Zombie Rumusan
38 OGG: Zombie Rumusan
39 OGG: Zombie Rumusan
40 OGG: Zombie Rumusan
41 OGG: Zombie Rumusan
42 OGG: Zombie Rumusan
43 OGG: Zombie Rumusan
44 On Going Giziania
45 On Going Giziania
46 On Going Giziania
47 On Going Giziania
48 On Going Giziania
49 On Going Giziania
50 On Going Giziania
51 OGG: Penyerta
52 OGG: Penyerta
53 OGG: Penyerta
54 OGG: Penyerta
55 OGG: Penyerta
56 OGG: Penyerta
57 OGG: Penyerta
58 OGG: Penyerta
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Chap 1 Penculikan
2
Chap 2 Penculikan
3
Chap 3 Penculikan
4
Chap 4 Penculikan
5
Chap 5 Penculikan
6
Chap 6 Penculikan
7
Chap 7 Penculikan
8
Chap 8 Penculikan
9
Chap 9 Penculikan
10
Chap 10 Penculikan
11
Chap 11 Melan dan Gas Melon
12
Chap 12 Melan dan Gas Melon
13
Chap 13 Melan dan Gas Melon
14
Chap 14 Melan dan Gas Melon
15
Chap 15 Melan dan Gas Melon
16
Chap 16 Melan dan Gas Melon
17
Chap 17 Melan dan Gas Melon
18
Chap 18 Melan dan Gas Melon
19
Chap 19 Melan dan Gas Melon
20
Chap 20 Main Drama
21
Chap 21 Main Drama
22
Chap 22 Main Drama
23
Chap 23 Main Drama
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chap 27 Telwave
28
Chap 28 Telwave
29
Chap 29 Hen Hen si Fobian
30
Chap 30 Hen Hen si Fobian
31
Chap 31 Hen Hen si Fobian
32
Chap 32 Hen Hen si Fobian
33
Chap 33 Hen Hen si Fobian
34
Chap 34 Hen Hen si Fobian
35
Chap 35 On Going Giziania
36
OGG: Zombie Rumusan
37
OGG: Zombie Rumusan
38
OGG: Zombie Rumusan
39
OGG: Zombie Rumusan
40
OGG: Zombie Rumusan
41
OGG: Zombie Rumusan
42
OGG: Zombie Rumusan
43
OGG: Zombie Rumusan
44
On Going Giziania
45
On Going Giziania
46
On Going Giziania
47
On Going Giziania
48
On Going Giziania
49
On Going Giziania
50
On Going Giziania
51
OGG: Penyerta
52
OGG: Penyerta
53
OGG: Penyerta
54
OGG: Penyerta
55
OGG: Penyerta
56
OGG: Penyerta
57
OGG: Penyerta
58
OGG: Penyerta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!