Bab 4 | Aula dan trauma

Alana tak ambil pusing atas perlakuan Gala cs tempo hari. Baginya lebih baik fokus pada diri sendiri, kecuali jika kejahilan mereka sudah melewati batas kesabaran.

Seperti saat ini, pagi hari selepas bel tanda masuk berbunyi, seluruh murid di kelas Alana sudah berhambur ke ruang laboratorium sesuai jadwal.

Tak berselang lama, suara bu Resi memecah keheningan.

"Sekarang saya akan bagi kalian dalam beberapa kelompok dan perlu diingat, tidak ada yang boleh protes atau nilai akan saya kurangi."

Belum sempat dijawab, beliau sudah menyebutkan beberapa nama untuk bergabung.

"Oke, terakhir ... sisa kalian berdua, Alana dan Manggala." Baru saja bu Resi menutup bukunya, Alana buru-buru mengangkat tangan.

"Maaf, Bu. Kenapa yang lain berempat tapi kami cuma berdua?" Sambil melirik tajam ke arah Gala yang kini tersenyum penuh kemenangan.

"Kalau saja hari ini semua siswa berangkat, kalian akan tetap empat orang. Kamu tahu sendiri kan, dua temanmu absen karena sakit? Sudah, kerjakan sesuai soal. Protes lagi, akan saya kurangi nilaimu." Bu Resi berjalan membagikan kertas soal lalu kembali duduk mengamati muridnya.

Meski hatinya dongkol setengah mati, namun Alana tak ingin nilainya anjlok hanya karena manusia satu itu. Dia mengerjakan tanpa sedikit pun membuka suara bahkan dia tak menghiraukan Gala yang sudah salah tingkah karena setiap dia bertanya tak menghasilkan jawab dari gadis di sampingnya.

Saat Alana lengah, diam-diam Gala mengganti jawaban sebelum dikumpulkan di meja guru.

Bu Resi membaca satu per satu hasil praktek hingga tiba giliran kelompok terakhir.

"Alana, Gala. Kalian berdua maju dan bacakan hasilnya. Cepat."

Dengan menyeret langkahnya, Alana menghampiri bu Resi dan mulai membacakan hasil tulisannya.

Lho, kok gini? Perasaan tadi gue jawab bener deh. Ooohh, jelas ini kerjaan kampret satu.

Alana melirik ke arah Gala yang memasang tampang polos seakan tak ada apa-apa.

"Dari mana kalian dapat jawaban itu? Ini pelajaran pengetahuan alam bukan bahasa apalagi pantun. Gala, sekarang baca jawaban yang lain." Suara bu Resi menggelegar dalam ruangan tertutup itu.

Alana menyerahkan kertas di tangannya dengan kasar, membuat Gala sedikit terkejut apalagi melihat sorot mata si gadis yang tajam seakan siap menerkam.

"Buah salak buah semangka, Aku galak siapa yang suka?"

Sontak gemuruh tawa memenuhi ruang membuat wajah Alana semakin merah padam. Bu Resi segera menenangkan dan membubarkan mereka semua agar kembali ke ruang kelas karena bel pergantian pelajaran sudah berbunyi.

Sisi dan Vio berlarian mengejar Alana yang melangkah cepat ke arah kelas. Sampai di depan pintu, dia menendang tulang kering Gala yang sengaja berdiri menghalangi.

"AWWW... SAKITTTT!!!" Gala berteriak sambil menunduk mengusap kakinya.

"Gue ikutin permainan lo," bisik Alana sebelum melangkah ke mejanya.

Teman-teman Gala segera menghampiri lalu memapah ke tempat duduk di pojok belakang. Berkali-kali Gala menatap Alana, tapi gadis itu sama sekali tak menoleh. Dia terlihat sibuk dengan novel di tangan.

"Gal, lo nggak papa?" Rio menatap kawannya cemas, mengingat bagaimana keganasan seorang Alana yang menjadikan dirinya ditakuti bukan hanya teman sekelas, bahkan satu sekolah.

"Kan udah gue bilangin, tu cewek bukan manusia. Dia titisan siluman singa betina, udahlah nggak usah tergiur sama tu duit. Lagian duit lo kan lebih banyak, lupain taruhan sebelum nyawa lo yang jadi gantinya." Juna menepuk bahu Gala, lalu kembali merebahkan kepalanya di atas meja.

"Eh, tumben lo bijak? Kesurupan lo ya?" Rio menoyor kepala Juna lalu tertawa.

"Gue abis mimpi sarapan sama Mario Teguh." Juna membuka satu matanya dan kembali terpejam.

Seketika tawa mereka pecah, begitu juga dengan Adit yang ikut tiduran di samping Juna.

"Lo ngapain kunyuukk." Rio menepuk punggung Adit yang langsung berdiri menunjuk Gala.

"Kunyuk lo." Setelahnya dia terdiam lalu menutup kepalanya dengan tas karena Gala memukulnya dengan buku.

Setelah dua jam berlalu, bel istirahat berdering membuat seisi kelas bersorak. Mereka berlarian ke kantin untuk mengisi perutnya dengan berbagai menu makanan yang ramah di kantong.

"Na, kantin yuk." Sisi menarik tangan Alana agar ikut dengannya dan Vio.

"Duluan aja, gue mau ke toilet." Kedua temannya mengangguk lalu pergi menuju arah yang berlawanan.

Bukannya toilet, Alana melangkah ke arah aula, tempat favoritnya.

Saat pintu terbuka, matanya menangkap seseorang tengah duduk diam di dekat jendela. Tak ingin mengganggu, Alana segera duduk di tempat biasa dan membaca novel yang dibawa.

Suasana sedikit canggung terlebih dirinya tak lagi sendiri seperti biasa. Alana mencoba memfokuskan pikirannya dalam alur cerita yang dibaca, sambil sesekali melirik ke arah siswa yang duduk diam membelakanginya.

Aula itu cukup luas dan kosong, jarang sekali digunakan kecuali untuk acara-acara penting sekolah. Hanya sesekali dipakai untuk berlatih dance anak-anak cheerleader.

Di luar, hujan lebat mulai turun disertai kilat yang saling menyambar membuat suasana hening itu berubah mencekam.

Lampu aula kelap-kelip dan detik berikutnya, semua gelap.

Alana menjerit, memejamkan mata dan menutup kedua telinga. Kegelapan membuatnya takut, terlebih suara petir menjadikan dia ingin menangis. Situasi itu mengorek luka lama yang terus dipendamnya sampai saat ini.

"Na, kamu nggak papa?"

Alana terkejut saat sebuah suara diikuti hembusan napas yang hangat terasa cukup dekat, membuatnya seketika mengibaskan novel di tangan ke arah samping.

"Aduuuhh, tenang, Na. Tenang. Ini gue, Galih." Sosok itu menahan tangan Alana yang masih memegang novel.

"Galih?" Alana mengeryitkan kening mendengar nama itu, otaknya mulai memutar memori mencari sosok bernama Galih yang pernah dia kenal.

"Lo nggak kenal gue, Na. Gue bukan anak populer kayak lo dan yang lain. Gue sering liat lo di sini, sendiri. Nggak jarang, gue juga liat lo nangis sesenggukan, atau ngamuk nggak jelas. Dari awal gue pengin nyamperin lo, Na. Tapi gue sadar diri, gue juga takut lo nggak mau dideketin. Baru sekarang ini gue berani karena liat lo ketakutan. Lo nggak papa kan, Na?" Galih melepas tangan Alana dan mulai menjaga jarak di tengah kegelapan.

Suara petir menyambar masih terdengar beradu dengan derasnya hujan dan hembusan angin.

Alana mengangguk, lalu tersadar jika orang di sampingnya tak dapat melihat.

"Ya, gue baik-baik aja. Makasih."

Alana berdiri dan bersiap pergi, namun lagi-lagi sebuah tangan menahannya.

"Na, mulai sekarang jaga kesehatan lo ya, jangan malas _check up_ ke dokter. Gue harap kamu selalu tegar, kuat dan jadi cewek tangguh." Galih melepas tangannya dan tanpa menjawab, Alana segera berlari keluar menuju kelas.

Setelah kepergian Alana, listrik kembali menyala. Galih menatap pintu aula yang telah tertutup. Dia menghela napas berat, lalu tersenyum kecil.

"Akhirnya, Na. Gue bisa ngobrol sama lo." Dia berlalu keluar saat bel masuk berdering.

Sementara itu di kelas, Alana masih terdiam mengingat setiap kata yang dia dengar dari cowok misterius itu.

Galih? Perasaan gue nggak pernah kenal. Dia kelas berapa? Adik kelas apa kakak kelas? Sial banget nggak bisa liat mukanya.

Alana mengepalkan kedua tangan di atas meja, membuat Sisi menyentuh bahu sahabatnya.

"Na, are you oke?"

Alana mengangguk lalu kembali bersikap biasa saja agar dia tak ditanya macam-macam.

Sepulang sekolah, Alana menyelinap ke perpus sembari menunggu jemputan.

"Lho, Na. Ngapain malah ke sini? Bukannya balik?" Seorang wanita dengan name tag di dada mendekat dan menatapnya heran.

"Nunggu jemputan, Kak. Males di luar panas." Alana mengacungkan sebuah novel dan berjalan ke arah kursi.

Matanya fokus ke arah novel, namun pikirannya masih dipenuhi dengan nama cowok di aula tadi. Dia sendiri tak berani bertanya pada orang lain terlebih Sisi dan Vio yang super duper kepo.

Sesekali, dia menatap layar ponsel untuk melihat jam.

"Udah jam 2 lewat belom dateng juga?" Alana bergumam lalu bangkit keluar setelah berbincang sebentar dengan petugas perpus.

Sambil melangkah pelan, ujung matanya menangkap bayangan seseorang yang mengikuti. Alana berhenti dan berpura-pura mengikat tali sepatu, namun orang di belakangnya tak kunjung lewat.

Baru saja berdiri, ponsel di saku bergetar pelan. Dengan satu gerakan, Alana sudah mengobrol dengan orang di seberang lalu berlari kecil ke arah gerbang.

Di sana sudah menunggu sebuah sedan hitam dengan seorang laki-laki berpakaian rapi.

"Maaf, Non. Tadi kena macet." Dia membukakan pintu, kemudian Alana masuk dan langsung merebahkan punggungnya di sandaran kursi.

"Pak, tolong ke Rits caffe bentar ya," titah Alana yang disambut anggukan dari sopirnya.

Mobil melaju membelah jalanan yang masih saja padat di siang terik seperti ini, satu dua pengamen berlalu lalang memetik senar gitarnya saat lampu merah menyala.

Diam-diam Alana kembali teringat akan sesuatu yang telah jauh dia tinggalkan.

Gadis itu menghela napas kasar, membuat laki-laki di depan menatapnya dari kaca spion, lalu menggeleng.

*

Terpopuler

Comments

Anisa Febriana272

Anisa Febriana272

Novel bagian ini agak seru

2025-05-28

1

🌞Oma Yeni💝💞

🌞Oma Yeni💝💞

ya tuhan,, titisan singa betina /Facepalm/

2025-07-06

0

🌞Oma Yeni💝💞

🌞Oma Yeni💝💞

wkwkwk ada pantunnya /Joyful/

2025-07-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 | Anak baru
2 Bab 2 | Singa betina
3 Bab 3 | Tragedi toilet sekolah
4 Bab 4 | Aula dan trauma
5 Bab 5 | Janji semu
6 Bab 6 | Kabar tak terduga
7 Bab 7 | Liontin hati
8 Bab 8 | Gala dan Galih
9 Bab 9 | Sepucuk surat
10 Bab 10 | Pertemuan pertama
11 Bab 11 | Si pengamat
12 Bab 12 | Barang bukti
13 Bab 13 | Dies natalis
14 Bab 14 | Taman kota
15 Bab 15 | Pelukan hangat
16 Bab 16 | Ma, are you okay?
17 Bab 17 | Rahasia lama
18 Bab 18 | Patah
19 Bab 19 | Suasana baru
20 Bab 20 | Puisi
21 Bab 21 | Joging
22 Bab 22 | Saran Gila
23 Bab 23 | Kopdar
24 Bab 24 | Ungkapan hati
25 Bab 25 | Makhluk ajaib
26 Bab 26 | Dia kembali datang
27 Bab 27 | Trending topik
28 Bab 28 | Angkringan
29 Bab 29 | Dilema
30 Bab 30 | Kota gudeg
31 Bab 31 | Nostalgia
32 Bab 32 | Dia dan rasa
33 Bab 33 | Papa
34 Bab 34 | Kurir
35 Bab 35 | Buket bunga
36 Bab 36 | Sugar baby
37 Bab 37 | Persaingan ketat
38 Bab 38 | Dalang kegaduhan
39 Bab 39 | Berdua di aula
40 Bab 40 | Masa depan?
41 Bab 41 | Rits kafe
42 Bab 42 | Pernikahan
43 Bab 43 | Hasil akhir
44 Bab 44 | Teman kecil
45 Bab 45 | Menguak masa lalu
46 Bab 46 | Maba
47 Bab 47 | Ayana
48 Bab 48 | Kota hujan
49 Bab 49 | Tika
50 Bab 50 | Besti
51 Bab 51 | Taman hiburan
52 Bab 52 | Kumala
53 Bab 53 | Surat cinta untuk Alana
54 Bab 54 | Kakak tingkat
55 Bab 55 | Mawar merah
56 Bab 56 | Cincin dan hati
57 Bab 57 | Calon mantu
58 Bab 58 | Yes, I do
59 Bab 59 | Hujan
60 Bab 60 | Pulang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 | Anak baru
2
Bab 2 | Singa betina
3
Bab 3 | Tragedi toilet sekolah
4
Bab 4 | Aula dan trauma
5
Bab 5 | Janji semu
6
Bab 6 | Kabar tak terduga
7
Bab 7 | Liontin hati
8
Bab 8 | Gala dan Galih
9
Bab 9 | Sepucuk surat
10
Bab 10 | Pertemuan pertama
11
Bab 11 | Si pengamat
12
Bab 12 | Barang bukti
13
Bab 13 | Dies natalis
14
Bab 14 | Taman kota
15
Bab 15 | Pelukan hangat
16
Bab 16 | Ma, are you okay?
17
Bab 17 | Rahasia lama
18
Bab 18 | Patah
19
Bab 19 | Suasana baru
20
Bab 20 | Puisi
21
Bab 21 | Joging
22
Bab 22 | Saran Gila
23
Bab 23 | Kopdar
24
Bab 24 | Ungkapan hati
25
Bab 25 | Makhluk ajaib
26
Bab 26 | Dia kembali datang
27
Bab 27 | Trending topik
28
Bab 28 | Angkringan
29
Bab 29 | Dilema
30
Bab 30 | Kota gudeg
31
Bab 31 | Nostalgia
32
Bab 32 | Dia dan rasa
33
Bab 33 | Papa
34
Bab 34 | Kurir
35
Bab 35 | Buket bunga
36
Bab 36 | Sugar baby
37
Bab 37 | Persaingan ketat
38
Bab 38 | Dalang kegaduhan
39
Bab 39 | Berdua di aula
40
Bab 40 | Masa depan?
41
Bab 41 | Rits kafe
42
Bab 42 | Pernikahan
43
Bab 43 | Hasil akhir
44
Bab 44 | Teman kecil
45
Bab 45 | Menguak masa lalu
46
Bab 46 | Maba
47
Bab 47 | Ayana
48
Bab 48 | Kota hujan
49
Bab 49 | Tika
50
Bab 50 | Besti
51
Bab 51 | Taman hiburan
52
Bab 52 | Kumala
53
Bab 53 | Surat cinta untuk Alana
54
Bab 54 | Kakak tingkat
55
Bab 55 | Mawar merah
56
Bab 56 | Cincin dan hati
57
Bab 57 | Calon mantu
58
Bab 58 | Yes, I do
59
Bab 59 | Hujan
60
Bab 60 | Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!