"Mamah, kenapa membawa mereka ke sini?" tanya Alkan begitu dia sampai.
"Untuk menemani Mamah 'lah, Mamah kesepian di sini. Mereka sangat menggemaskan."
"Alkan akan membawa mereka pulang. Anton bereskan perlengkapan Dhara dan Dhira!" titah Arkan pada Anton.
"Siap Tuan." Anton lalu memberi kode pada dua baby sitter untuk mengikutinya. Mereka pergi ke kamar si kembar, setelah meletakkan kedua bayi itu di Babystroller masing-masing.
"Jangan dong Al, Mamah senang ada mereka di sini. Lagi pula kamu juga akan sering meninggalkan mereka, secara kamu 'kan sibuk!" Adhisti merayu Alkana.
"Nggak bisa Mah, aku nggak mau jauh dari anak-anakku."
"Jadi benar mereka anak kamu? Anak dari siapa?" Adhisti memberondong Alkana dengan pertanyaan.
"Yang jelas mereka anakku!" Alkan enggan menjawab yang sebenarnya.
"Bagaimana kalau kamu pulangnya nanti sore aja? Biar Mamah puasin main dengan mereka."
Mendengar permintaan mamahnya, Alkan berpikir sejenak.
"Baiklah, kalau begitu aku ke kamar dulu," ucap Alkan. Akhirnya dia mutuskan untuk memberi waktu pada mamahnya bermain dengan Dhara dan Dhira.
"Iya, kamu istirahat aja. Pasti kamu lelah karena baru sampai." Adhisti senang sekali. Alkana menghampiri Dhara dan Dhira, dia akan mencium si kembar.
"Jangan cium-cium, kamu belum mandi habis perjalanan jauh. Kalau mau main sama mereka, mandi dulu sana!" Adhisti mencegah Alkan mencium mereka. Alkan melirik Adhisti lalu pergi ke kamarnya. Adhisti takjub dengan perubahan sikap Alkan yang menjadi lembut dan terlihat sayang pada twins.
***
(Dhira & Dhara)
Beberapa bulan berlalu Kini umur Dhara dan Dhira sudah 1 tahun. Hari ini adalah hari ulang tahun yang di tetapkan oleh Alkana. Yaitu tepat di hari dia menemukan si kembar satu tahun yang lalu.
Dia tidak merayakan dengan membuat pesta atau mengundang orang lain. Cukup dengan liburan ke pulau pribadi bersama keluarga Leophard dan semua pegawai di rumahnya. Dhara dan Dhira di dandani sangat cantik, lucu, imut dan menggemaskan. Baju yang kembar berbeda warna membuat mereka nampak seperti boneka.
"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday, happy birth day Dhara Dhira." Riuh suara nyanyian ulang tahun dan tepuk tangan membuat Dhara dan Dhira senang. Mereka tersenyum sepanjang lagu dan kadang ikut bertepuk tangan.
Dhara tergoda oleh kue ulang tahun berbentuk minions, karakter animasi kesukaan Dhara dan Dhira, yang ada di hadapannya. Dia mencoleknya, meninggalkan jejak bekas colekan pada kue. Dhira yang semula tersenyum ceria tiba-tiba menangis melihat kuenya berubah tidak seperti minion lagi. Menurutnya kue itu jadi jelek.
Alkan menggendong Dhira. "Papi, ue Iya adi eyek." Dhira mengadu pada Alkan dengan kata-katanya yang masih cadel tapi sudah di mengerti oleh Alkan. Pertumbuhan mereka termasuk cepat, walau baru satu tahun tetapi mereka sudah bisa bicara dan berjalan.
"Gak apa-apa, kuenya masih bagus kok." Alkan menenangkan Dhira.
"Dhira sayang sini sama Oma, kita tiup lilinnya yuk." Oma mengambil Dhira dan mengajaknya untuk tiup lilin.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga." Semua bernyanyi bersama, begitu lagu berhenti si kembar meniup lilin secara serempak.
Dhira masih merasa kesal pada saudara kembarnya, Dhara. Dia lalu mencolek kue itu dan mengoleskannya di pipi Dhara. Bukannya marah, Dhara justru tertawa dan membalas melakukan hal yang sama pada Dhira. Alkan mencegahnya tapi malah dia yang terkena olesan kue di pipinya.
"Hahaha... pipi papi otoy!" Dhara menunjuk pipi Alkan.
"Hei... sudah! Ini makanan bukan mainan. Sekarang potong kuenya lalu bagikan. Merlin tolong kamu saja yang potong!"
"Baik Nyonya."
"Angan Oma, ini ue Aya ma Iya!" Dhara melotot pada Omanya. Adhisti lebih baik mengalah atau mereka akan kembali menangis.
"Ya sudahlah, lebih baik kalian semua makan hidangan yang lain. Ayo kita mulai makan." Acara dilanjutkan dengan makan-makan.
***
Tahun terus berlalu Twins tumbuh menjadi anak yang cantik, pemberani, juga jail. Mereka selalu ingin ikut ke mana pun papinya pergi. Dhara dan Dhira suka sekali mengamati apa yang dilakukan papinya juga anak buahnya. Kini mereka sudah berumur delapan tahun.
Mereka ikut berlatih menembak pada usia tujuh tahun, dari pada mereka main pistol dan curi-curi pistol untuk berlatih secara diam-diam.
Alkan memberi pelatih yang profesional, agar mereka terarah dan menjadi penembak handal. Si kembar juga meminta izin pada papinya untuk berlatih ilmu bela diri.
Alkan selalu menuruti apa saja yang di pinta oleh ke dua putri kembarnya. Kecuali satu hal yaitu saat mereka bilang ingin seorang mami. Apakah mereka pikir mencari mami itu gampang? Tinggal beli di pasar. Alkan belum bisa mengabulkan permintaan mereka.
Akhirnya mereka ngambek dan kabur sebagai bentuk protes karena Alkan tidak menurutinya. Saat mereka kabur, mereka sama sekali tidak membawa uang atau ponsel. Perut mereka terasa lapar. Sejak pagi ketika pergi mereka belum makan.
Mereka melihat ke dalam restoran sederhana, makanan di sana terlihat sangat lezat. Sorang wanita memakai seragam melewati mereka, lalu memperhatikan mereka yang terlihat begitu berbinar menatap makanan. Wanita itu menelisik penampilan mereka dari atas sampai bawah. Pakaiannya cukup bagus seperti orang berada. Lalu kenapa mereka seperti orang kelaparan?
Wanita itu menghampiri keduanya. "Hai, anak manis, sedang apa kalian di sini?"
"Ah ... maaf Nyonya jika kami mengganggu, kami akan pergi. Ayo Dhar." Dhira menarik tangan Dhara.
"Eh, tunggu dulu. Kalian tidak mengganggu, maksud saya kenapa kalian tidak masuk ke dalam? Sepertinya kalian ingin makan."
"Kami tidak punya uang Nyonya." Dhira menjawab dengan jujur walaupun sebenarnya malu.
"Jangan panggil saya Nyonya panggil saja Kak Nita ya." Suara wanita bernama Nita ini begitu lembut, dan dia juga baik. Si kembar menyukainya. Cocok sekali untuk menjadi mami mereka. Kak Nita juga sangat cantik walau berpenampilan sederhana. Serasi dengan Papi mereka.
Nita pikir mereka korban penculikkan yang berusaha kabur dari penculiknya. "Kalian tahu di mana rumah kalian?" Keduanya menggeleng menjawab pertanyaan Anita.
"Rumah kami jauh Kak, naik pesawat," ucap Dhara berbohong.
"Aduh, kasihan sekali kalian. Kalau begitu kita ke kantor polisi, yuk."
"Tidak mau Kak, nanti kami dioper sana-sani. Bolehkah kalau kami ikut Kak Nita saja?" tanya Dhara.
"Bukannya tidak mau tapi nanti Kakak dituduh menculik kalian, lagi pula tempat tinggal Kakak kecil dan kumuh. Kalian tidak akan betah."
"Tidak apa Kak, yang penting bagi kami, ada tempat untuk tidur," ucap Dhira memelas. Anita merasa iba. Dia membelai rambut mereka dengan lembut bergantian.
"Nama kalian siapa?" tanya Anita.
"Nama ku Dhara dan dia Dhira," Dhara yang memperkenalkan diri.
"Nama yang cantik Dhara dan Dhira. Baiklah kalau kalian memaksa aku akan ajak kalian bersamaku. Sekarang ayo kalian ke dalam dulu dan kita makan."
"Makan! Tapi...." Dhira tidak melanjutkan ucapannya.
"Tenang saja semuanya gratis." Anita tersenyum lalu mengajak mereka masuk melalui pintu karyawan.
"Kita lewat sini ya, makannya di tempat karyawan saja. Tidak apa-apa, kan?"
"Tidak apa-apa Kak." Mereka tersenyum.
Dhara dan Dhira mengikuti Anita. Mereka berhenti di depan pintu bertuliskan Khusus Karyawan.
Anita membuka pintu, dan mengajak mereka masuk ke dalam. Lalu dia menyuruh mereka untuk menunggu di dalam. Anita keluar kembali untuk mengambil makanan.
"Dhir, apa pemikiranmu sama denganku?" tanya Dhara.
"Kak Anita cocok sekali menjadi Mami kita!" ucap Dhira semangat.
"Setuju! Kita harus lakukan sesuatu agar mereka bisa bertemu dan menikah."
"Bagaimana caranya?" tanya Dhara.
"Papi pasti mencari kita. Oh iya, lupa! Matikan alat pelacak, cepat! Sebelum Papi menyadari kita pergi," ucap Dhira, kemudian mereka memencet tombol di tengah liontin pada kalung mereka.
"Misi perjodohan dimulai, semoga sukses!" Dhara berteriak semangat.
"Sukses!" saut Dhira ikut bersemangat, mereka bersalaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Mentang2 kembar kompak bener
2025-05-13
1