Mereka sampai di depan pintu sebuah kamar. Arsen menatap mamahnya, Adhisti memberi kode untuk Arsen membuka pintu. Arsen menurutinya dan dia terkejut melihat dua orang wanita memakai pakaian seragam babysitter. "Apakah mereka babysitter Alkan?" Adhisti mengangguk.
"Alkan pakai babysitter buat apa? Buat ngurus dia?" Adhisti langsung menggeplak kepala Arkan.
"Aduh Mamah, sakit! Kenapa di pukul?" Arsen bertanya seraya mengusap-usap kepalanya.
"Jangan fokus pada babysitter, tapi fokus pada yang ada di dalam tempat tidur bayi." Mendengar itu Arsen mendekati tempat tidur bayi. Matanya melotot begitu melihat dua bayi kembar tidur berdampingan di kasur masing-masing. Dua bayi cantik nan menggemaskan.
"Mah, bayinya kembar?" tanya Arsen tapi netranya tak lepas dari dua bayi cantik itu.
"Iya, bagaimana? Kau terkejut?"
"Tentu aku terkejut! Jadi, ini kejutannya?"
"Iya, satu lagi, kau tahu anak siapa mereka?"
"Tidak."
"Anak Alkana!"
"Apa? Tidak mungkin!" Arsen tahu Alkan memang suka berpetualang, tetapi dia orang yang bertanggung jawab. Tidak mungkin dia akan meninggalkan seorang wanita dalam keadaan hamil seorang diri. Dia pasti akan menikahinya, Alkan juga pernah bilang dia selalu hati-hati dan memakai pengaman.
"Tanya saja sama Anton, kalau kamu tidak percaya!"
"Boleh gendong tidak, Mah?"
"Tidak, udah yuk jangan ganggu mereka tidur." Adhisti mengajak Arsen ke luar kamar.
***
Sejak saat itu Adhisti dan Arsen senang sekali bermain dengan twins, mereka sungguh menggemaskan. Adhisti bahkan memandikan mereka dan mengganti popoknya. Kini sudah 3 hari berlalu.
Dominic terkejut saat datang ke rumah Alkan, twins tidak ada dan menurut pelayannya, twins di bawa oleh Nyonya Leophard. Dominic akhirnya pergi ke rumah utama. Begitu dia sampai di istana Leophard dan turun dari mobil, Anton menyambutnya.
"Anton, bagaimana twins bisa berada di sini?"
"Maaf Tuan, Nyonya memaksa. Saya tidak bisa berbuat apa-apa." Jadi bodyguard memang serba salah, padahal dia sudah melakukan yang terbaik untuk melindungi majikannya, meskipun begitu, Tuan Alkana adalah majikan terbaik yang pernah dia temui.
"Sekarang, di mana mereka?"
"Ada di dalam Tuan, mari saya antar." Anton berjalan di depan Dominic.
***
Sementara itu, di belahan benua lain. Seorang pria sedang berada di ruangan tertutup, dengan satu orang wanita sexy dan seorang pria yang bertumpu di atas lututnya. Wajah pria itu babak belur. Sang wanita pun tak kalah mengenaskannya, terlihat jejak tamparan di pipinya, rambut yang sudah acak-acakan tidak berbentuk.
"Kalian berani mencari perkara dengan saya!
Maka terima akibatnya." Pria itu mencengkeram pipi si wanita.
"Ampun Tuan Vampir, maafkan saya." Wanita itu memohon, dengan tangan bergetar dan wajah takutnya.
"Kau pikir kau siapa? Berani kau menggoda dan menipu saya!" Pria itu semakin menguatkan cengkeramannya.
"Sa... saya hanya disuruh Tuan"
"Siapa yang menyuruhmu, katakan!" Pria yang di panggil Vampir itu lalu mengeluarkan pisau lipatnya.
"Ayo katakan! Atau kau akan merasakan sentuhan lembut besi ini." Dia menempelkan pisau itu di pipinya.
Sang wanita tercekat dan menahan napasnya. Dia sangat takut hidupnya akan berakhir saat ini, atau wajahnya akan menjadi buruk rupa.
"Tu... tuan Smith." Cicitnya takut.
"Si tua bangka itu! Akan ku beri dia pelajaran." Vampir alias Alkan lalu menengok pada pria yang sejak tadi bertumpu pada lutunya.
"Beri mereka hadiah, kehidupan abadi di akhirat," ucapnya pada anak buahnya, lalu Alkan tersenyum.
"Baik Tuan."
"Tidak... tidak... saya sudah mengatakan semuanya padamu, ampuni saya!"
"Percuma kau memohon pada manusia berhati iblis!" Maki pria yang babak belur, padahal nyawanya sudah di ujung tanduk.
"Kau benar, seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah mengampunimu, sehingga kau tidak mengalami penyiksaan sebelum kau mati. Tapi rupanya kau ingin kematian yang menyiksa. Baiklah akan aku kabulkan." Alkan kemudian menatap anak buahnya.
"Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan," ucapnya, anak buah Alkan mengangguk. Dia lalu melirik wanita tadi.
"Kau pilih yang mana? Kematian express atau mati perlahan?"
"Tidak... Tuan! Ampuni saya" Wanita itu menggeleng-geleng sambil menangis dan memohon.
"Seharusnya kau berpikir sebelum berurusan dengan saya." Alkan kemudian pergi.
Suara teriakan terdengar, lalu terdengar suara tembakan. Alkan tetap berlalu pergi, seakan dia sudah biasa dengan semua itu. "Jack! Beri pelajaran pada Smith. Hancurkan usahanya, dan kirim dia ke penjara. Kau mengerti?"
"Ya Tuan, saya mengerti. Tuan sudah mengajari saya."
"Bagus, kerjakan tugasmu dengan baik. Saya akan kembali ke Indonesia, beri laporan secepatnya!"
"Siap, Tuan!" Jack mengantar Tuannya sampai ke mobil. Lalu dia membukakan pintu mobil untuk Tuannya.
***
Alkana sudah tidak sabar bertemu dengan si kembar. Kelucuan mereka berhasil meluluhkan hatinya dan membuatnya rindu. Kini Alkana sudah dalam perjalanan pulang. Sebentar lagi dia akan sampai rumah.
Tidak ada yang tahu kepulangan Alkan. Mobil berhenti di depan rumahnya, gerbang terbuka. Mobil itu pun masuk, setelah mobil berhenti di depan teras, Alkan turun. Dia lalu berjalan masuk.
Para pelayan dan semua yang bekerja di rumah Alkan terkejut dengan kedatangan Tuannya yang tanpa pemberitahuan. "Bagaimana keadaan twins?" tanyanya sebelum dia duduk, pada salah satu pelayan yang berada di dekatnya.
"Maaf Tuan, tapi twins tidak ada di sini,"
jawabnya dengan gemetar. Alkan yang baru saja akan menempelkan bokongnya di sofa berdiri kembali dan menatap marah pada pelayan itu.
"Apa maksudmu?" Alkan bertanya dengan suara lantang.
"Twins... dibawa oleh Nyonya Adhisti Tuan," jawabnya takut.
"Mamah? Kapan dia ke sini? Kenapa tidak ada yang memberi tahuku?" Alkan bertambah marah.
"Nyonya memaksa Tuan. Nyonya pergi bersama twins, dua babysitter, Anton dan beberapa bodyguard, Tuan."
"Untunglah Anton ikut mereka." Alkan kemudian pergi lagi untuk menjemput twins. Di jalan Alkan menelepon Anton.
"Kenapa kamu tidak bilang, kalau twins di bawa oleh Mamahku?" Nada bicara Alkan terdengar marah.
Anton yang mendengar pertanyaan tuannya tercekat. "Maaf Tuan, tetapi Nyonya Adhisti mengancam akan membawa twins secara paksa, saya hanya tidak mau ada yang terluka."
Alkana memijit dahinya mendengar alasan Anton di telepon. Mamahnya memang keras kepala sama seperti dirinya. Karena itu kadang mereka tidak akur dan tidak ada yang mau mengalah. Alkana pindah rumah pun untuk menghindari perdebatan yang panjang.
"Baiklah Anton." Alkan menutup teleponnya begitu saja.
Anton sudah memaklumi sikap tuannya. Keras kepala, arogan, perfectionis, dan dingin. Anton tidak pernah membayangkan kalau tuannya ini akan mau merawat bayi apalagi dua sekaligus. Dia juga baru tahu kalau tuan Alkan ternyata bisa bersikap lembut pada bayi.
Anton yakin tuannya ini sudah pulang dan sedang dalam perjalanan ke rumah ini. Anton akan memeriksa keadaan si kembar sebelum tuannya datang. Twins sekarang sedang berada di ruang keluarga, bersama dengan Nyonya besar Adhisti, dan dua babysitter-nya. Mereka sedang menonton Televisi chanel khusus baby.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Bnr2 pampir emang
2025-05-13
1