Braaaak....
Motor yang di kendarai usman pun tertabrak sebuah truk sementara usman sudah tak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari hidung dan kepalanya
" Usman?" ucap seorang saksi yang mengenali nya
" Bapak tolong bantu saya membawa orang ini ke rumah sakit, saya mengenali orang ini" ucap orang itu lagi namun tak ada seorang pun yang mau membantunya
" Sialan, mereka hanya sibuk merekam " gumamnya lagi kemudian menghubungi ambulance
" Sepertinya dia sudah meninggal" ucap seorang lagi yang menghampiri usman
Sementara mendengar kabar suaminya, tari merasa sangat syok dan tak dapat berkata kata sebab baru saja pagi tadi berpamitan dengan suaminya namun kini suaminya sudah pergi untuk selamanya
*******
Rumah bu wardah kini ramai kedatangan para pelayat begitu naurah kembali pulang lantaran mendapat kabar soal ayahnya saat di sekolah
" Ibu, ayah kenapa? huhuhu... " tangis naurah pun pecah melihat jasad ayahnya yang terbaring kaku dengan wajah yang tersenyum
" Sabar nak, iklhaskan ayah" ucap tari terisak memeluk kedua anaknya
Setelah penguburan Usman selesai, mereka pun kembali ke rumah, tari seperti tidak berdaya dan langkah kakinya terlihat sangat berat
" Ini semua gara gara kamu, dasar perempuan pembawa sial" ucap bu Wardah mendorong tubuh tari hingga jatuh ke lantai
" Ibu... " teriak naurah dan hasan segera menghampiri ibu mereka
" Andai saja kamu tak meminta anakku usman untuk mengirim uang pada ibumu di kampung pasti ini takkan terjadi, kenapa bukan ibumu saja yang mati menggantikan nya kenapa harus anakku" ucap Bu Wardah lagi menjambak jilbab tari sementara tari hanya terdiam berlinang airmata
" Nenek, ini semua bukan salah ibuku" ucap naurah
" Tau apa kamu anak kecil" jawab ningsih yang ikut menjambak rambut naurah
" Lepaskan kakak dan ibuku" teriak hasan menggigit tangan ningsih
" Aauuwwww... " teriak ningsih
" Dasar anak pungut, kakakku mati karena kamu anak pungut sialan" teriak ningsih
" Ningsih..!! " ucap tari berdiri
" Kenapa? Kamu gak terima aku panggil dia anak pungut? Kan kenyataan nya emang kayak gitu" ucap ningsih
" Ningsih..!! " teriak wawan pada istrinya yang baru saja kembali dari pemakaman bersama pak azis
" Keluar kalian dari rumahku, mulai hari ini kalian tidak boleh tinggal di rumah ini" ucap Bu Wardah teriak pada tari dan kedua anaknya
" Kalian tidak di butuhkan lagi di sini, bang usman sudah tiada jadi jangan harap kami akan menampung benalu seperti kalian" teriak ningsih
" Ningsih, wardah...!! Apa apaan kalian? " ucap pak azis
" Bapak diam saja atau aku juga akan mengusirmu dari sini" ucap Bu Wardah, sementara kakek hanya bisa terdiam lantaran memang dia hanyalah suami kedua Bu Wardah dan tak punya hak di rumah itu
" Kemas pakaian kalian sekarang dan tinggalkan rumah ini" teriak Bu wardah membuat tari menuntun kedua anaknya segera berkemas
Tak lama setelah mereka selesai berkemas, mereka pun keluar dari kamar
" Tari, maafkan bapak, bapak tak bisa membantumu, sebab kamu juga tau sendiri bapak gak bisa berbuat apa apa" ucap pak azis merasa sedih
" Iya pak gak apa apa saya juga ngerti kok, kalo begitu saya dan anak anak pamit pak" ucap tari mencium tangan pak azis
" Aku akan mengantarkan kalian, apa kalian sudah memiliki tempat tinggal? " tanya wawan
" Mas, jangan sekali kali kamu berani membantu mereka" teriak ningsih
" Mas terima kasih, gak usah repot repot kami bisa pergi sendiri" ucap tari berjalan lebih dulu
Mereka lihat tatapan para tetangga ada yang merasa iba, ada pula yang biasa saja namun tak ada satu pun dari mereka yang menawarkan bantuan pada tari dan kedua anaknya
*******
Tiga bulan pun berlalu
" Bu, aku berangkat sekolah ya" pamitku mencium tangan ibu
" Aku juga ya bu" susul adikku hasan
" Iya nak, kalian hati hati ya, belajar yang benar ya nak" ucap ibuku mengantar kami hingga ke depan gang rumah kontrakan yang menjadi tempat tinggal kami sekarang
" Kak, aku duluan " ucap hasan mencium tanganku
" Iya dek, nanti langsung pulang ya bantuin ibu" jawabku sebelum hasan memasuki halaman sekolah sementara aku kembali melanjutkan berjalan kaki ku menuju sekolah
Jika mengingat kejadian saat kami di usir oleh nenek membuatku sedikit sakit hati, saat itu kami tak punya tempat bernaung, untung saja aku masih punya uang yang di berikan oleh ayah malam itu, mungkin ayah sudah firasat jika dia akan meninggalkan kami selamanya
Dan yang paling membuatku kecewa adalah di saat seorang pria mendatangiku di sekolah dan mengatakan jika ayahku memiliki utang padanya sebanyak sepuluh juta
Aku sangat terkejut dan tak tau menahu soal uang itu namun pria itu berkata jika uangnya telah di gunakan oleh nenek dan nenek sendirilah yang meminta pria itu mendatangiku di sekolah dan mengharuskan aku dan ibuku mengembalikan uang sebanyak itu
*****
" Bu, sebaiknya ibu istirahat hari sudah malam, aku gak mau ibu sakit " ucapku
" Tidak apa apa nak, sebaiknya kamu saja yang beristirahat ibu belum ngantuk"
" Bu, aku mau minta izin boleh? "
" minta izin untuk apa? "
" Sepulang sekolah aku boleh kerja gak bu di toko sembako teman aku, cuma sampai jam tujuh malam kok bu" ucapku
" Tidak nak, ibu gak akan mengizinkan mu"
" Tapi bu aku juga mau membantu ibu untuk mengumpulkan uang"
" Kamu dan hasan cukup belajar yang baik saja itu sudah membantu ibu nak"
" Tapi bu-"
" Naurah, soal uang itu kewajiban ibu, belum saatnya kamu mencari uang, sebaiknya kamu belajar yang giat agar nantinya kamu dan hasan bisa menjadi orang sukses"
"Baiklah bu, maafkan aku"
" Ibu tak mau ayahmu bersedih di sana jika melihat ibu membiarkan mu bekerja saat ini"
" Iya bu aku mengerti"
" Sekarang masuklah beristirahat"
" Ibu juga masuklah, di luar udara sangat dingin" ucapku sebelum masuk dan ibu hanya mengangguk
*******
Tak terasa dua tahun pun berlalu dan akhirnya aku lulus dari sekolah elit ini dengan nilai tertinggi, membuat ibuku sangat bangga apalagi ketika aku memberitahu bahwa aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah di salah satu universitas ternama di kota jakarta
" Alhamdulillah nak, akhirnya kamu kembali mendapatkan beasiswa" ucap ibuku
" Iya bu, tapi aku berencana untuk menolaknya bu"
" Kenapa nak? "
" Aku gak mau jauh dari ibu"
" Naurah, kesempatan tidak akan datang dua kali, kapan lagi kamu bisa melanjutkan belajarmu di universitas ternama nak, ibu mau kamu meraih cita citamu, di sana pasti kamu akan mendapat ilmu yang lebih bermanfaat nak"
" Tapi ibu gimana? "
" Ibu kan ada hasan, dan kami akan baik baik saja jadi sebaiknya kamu fokus aja belajar "
" Tapi kita gak punya uang bu"
" Nanti ibu usahakan nak "
" Oiya aku lupa kan semua gratis bu, kata kepala sekolah juga nanti aku di sana tinggal di asrama secara gratis"
" Benarkah? Syukur lah tapi setidaknya kamu juga harus punya pegangan nak"
" Iya bu, terima kasih ya bu " ucapnya memeluk ibunya
Tok... Tok... Tok...
" Kak naurah" ucap ayu anak tante ningsih begitu aku membuka pintu
" Ayu? " ucapku terkejut melihat kedatangannya
" Assalamu'alaikum " ucap paman
" Paman wawan, ayo silakan masuk paman " ucapku
" Tunggu sebentar ya paman" ucapku masuk memanggil ibu dan membuatkan kopi untuk paman
" Mas wawan? Ada apa ya kok datang ke tempat kami? " tanya ibu
" Gak ada apa apa, maaf jika kedatangan kamu mengejutkan kalian"
" Gak apa apa mas"
" Ini loh ayu tadi nangis katanya kangen sama kak naurah dan hasan " ucap nya lagi
" Ya ampun ayu maafkan kak naurah ya, soalnya kak naurah sedang sibuk di sekolah jadi gak ada waktu untuk ke rumah ayu" ucap naurah
" Lalu dimana kak hasan? Aku pernah bertemu dengan kak hasan tapi mamah melarang aku untuk bermain dengan kak hasan kata mama aku gak boleh bermain dengan anak pungut, emang anak pungut itu apa kak? " tanya ayu yang masih terlalu kecil
Suasana di rumah saat itu sangat hening setelah pertanyaan itu keluar dari mulut anak yang masih berusia lima tahun itu
" Maafkan ayu ya mbak tari"
" Iya mas gak apa apa, dia masih kecil jadi belum mengerti"
" Kak naurah, kak hasan dimana? "
" Masih di sekolah dek"
" Oiya mas gimana kabar ibu dan bapak? "
" Alhamdulillah mereka baik baik saja"
" Syukurlah "
Tak seberapa lama setelah mendapat sebuah panggilan telepon, paman pun berpamitan
" Tapi pah aku mau bermain dengan kak hasan" ucap ayu yang memang saat masih di rumah nenek hanya hasan yang menemaninya bermain
" Lain kali lagi ya sayang" ucap paman terlihat cemas atau mungkin dia takut jika tante ningsih mengetahui kedatangannya ke sini
" Tante, kak naurah aku pulang ya"
" Iya nak ayu hati hati ya"
" Bye kak naurah" ucapnya melambaikan tangan padaku begitu masuk ke dalan mobil
" Bu, apa aku harus pamit pada nenek sebelum aku berangkat ke jakarta? "
" Sebaiknya begitu nak, dia juga tetap nenek kamu"
" Tapi gimana kalo nenek gak peduli bu? "
" Yang penting kamu sudah pamit, mau peduli atau tidak yang penting kamu ke sana nak"
" Baiklah bu aku akan ke sana" jawabku
*******
" Assalamu'alaikum " ucapku begitu sampai di rumah nenek
" Naurah? Ayo masuk nak, dimana ibu dan adikmu? " tanya kakek yang terlihat bahagia menghampiri ku
" Ibu di rumah kek, dan hasan masih di sekolah"
" Nenek" ucapku ingin mencium tangannya
" Siapa yang mengizinkanmu menginjak rumahku? " tanya nenek
" Tidak usah cari muka, ngapain kamu ke sini? Mau minta duit? " ucap tante ningsih
" Gak kok tante, aku ke sini karena ingin pamit pada kalian semua, aku akan ke jakarta untuk melanjutkan pendidikan ku"
" Darimana kalian mendapatkan uang untuk melanjutkan sekolahmu? "
" Aku dapat beasiswa nek"
" Lalu apa urusannya dengan kami? Kamu pikir dengan begitu kami bisa bangga padamu? " ucap ningsih
" Aku hanya ingin pamit tante"
" Ya sudah pulang sana, emang kita pikirin kamu mau kemana" ucapnya lagi sebelum masuk bersama nenek
" Naurah, maafkan nenek dan tante mu ya nak"
" Iya kek gak apa apa, aku juga mau pamit sama kakek "
" Tunggu sebentar ya nak" ucap kakek berlalu masuk ke kamar
Tak seberapa lama kakek pun kembali
" Naurah" panggil kakek begitu kembali
" Ambil lah ini nak, maaf kakek tak bisa banyak membantumu" ucap kakek meletakkan sebuah amplop di tanganku
" Apa ini kek? "
" Itu uang pegangan untukmu di sana, mungkin tidak seberapa"
" Uang? Gak usah kek" ucapku mencoba mengembalikan pada kakek
" Terimalah, anggap saja itu uang jajan dari kakek, semasa hidup ayahmu sering memberi kakek uang namun kakek hanya menyimpannya selama ini"
" Benarkah kek? "
" Iya, terimalah dan sampaikan salam kakek pada ibu dan adikmu, jaga diri baik baik begitu kamu di jakarta"
" Baiklah, terima kasih banyak kek" ucapku kemudian mencium kembali tangan kakek dan segera pulang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments