Bab 5

Sabrina menggigit bibir bawahnya, menahan diri agar tidak bertanya. Warga kampung berbisik-bisik tentang ayah mertuanya dan itu membuat dia penasaran. Namun, dia ingat dengan ucapan maminya dulu sudah memperingatkan, tidak semua hal harus diketahui dan ditanyakan. Karena ada kalanya tidak tahu apa-apa itu lebih baik.

"Rasa penasaran ini membuat aku gatal," batin Sabrina yang merasa frustrasi.

Sabrina melirik Zidan yang sedang menggulung karpet bersama beberapa pemuda kampung. Setiap gerakan suaminya seperti dalam slow motion di matanya—otot lengannya yang menegang saat menarik ujung karpet, helai rambut yang jatuh di keningnya karena keringat, bahkan cara dia menghela napas. 

"Suamiku menawan sekali!" jerit Sabrina bahagia di dalam hatinya. Saat ini dia harus jaga sikap agar tidak mempermalukan keluarga suaminya.

“Teteh pasti sedang terpesona, ya?” bisik salah satu pemuda kampung yang tak sengaja menangkap basah tatapan Sabrina.

Sabrina langsung tersedak udara. “Hah? Terpesona sama siapa?”

Pemuda itu melirik ke arah Zidan. “Yaaa … suami sendiri.”

Sabrina tersipu. “Memangnya nggak boleh?”

Belum sempat pemuda itu menjawab, suara Bu Maryam menggema dari dalam rumah. Wanita paruh baya itu menyuruh sesuatu kepada sang menantu.

"Sabrina, berikan minuman sirup ini ke orang-orang yang sudah membantu Zidan beres-beres. Letakkan saja di meja depan, biar mereka ambil sendiri masing-masing!" perintah sang ibu mertua dengan artikulasi super jelas, seperti guru yang sedang berbicara dengan murid remedial.

Sabrina menegakkan punggung. "Oke, ini tugas gampang. Aku pasti bisa!"

“Baik, Mah!” jawabnya dengan penuh semangat.

Istrinya Zidan itu berjalan pelan ke teras depan, membawa nampan berisi gelas-gelas sirup dingin. Langkahnya anggun, penuh kehati-hatian, seperti putri kerajaan yang sedang membawa mahkota. Tapi, ya … nasib tetap nasib. Satu batu kecil di halaman menjadi pengkhianat.

“Kyaaa—!”

Dalam hitungan detik, tubuhnya sedikit oleng. Namun, di tengah kepanikan, tangan Zidan sudah sigap menangkap pergelangan tangannya, menstabilkan langkahnya sebelum insiden besar terjadi.

“Woah, hati-hati, Neng!” kata Zidan dengan seringai geli. “Aku, sih, rela kalau yang jatuh sirupnya, tapi kalau istriku yang jatuh, aku nggak sanggup.”

Sabrina langsung ingin bersembunyi di dalam lubang saking malunya. Karena kejadian barusan dilihat banyak orang. 

Aktivitas seharian ini membuat Sabrina kelelahan dan sempat juga menjadi beban pikiran karena gugup dan takut saat akan melakukan syukuran.

Semua rasa kelelahan itu terbayar ketika Zidan menepuk kepalanya dengan lembut. “Good job, Sayang.”

Otak Sabrina belum bisa memproses pujian yang dilontarkan oleh suaminya, dia kembali merasakan bibir hangat Zidan mengecup keningnya sekilas. “Eh—”

Beberapa pemuda bersiul menggoda pasangan pengantin baru itu. Lagi-lagi Sabrina dibuat malu di depan orang banyak.

“Zidan, ingat! Ini masih di halaman rumah!” seru salah satu pemuda, disambut tawa lainnya.

Muka Sabrina berubah merah merona. Zidan hanya terkekeh dan mengedipkan sebelah mata ke arah sang istri sebelum kembali membereskan pekerjaannya.

***

Saat malam tiba, Sabrina kembali belajar bacaan salat dengan penuh semangat. Sementara itu, Zidan harus mengumpulkan seluruh kesabaran untuk mengajari istrinya.

“Bukannya tadi aku sudah benar?” tanya Sabrina dengan polos, kepalanya miring sedikit.

Zidan menghela napas panjang. “Sayang, tasydid di situ harus lebih ditekan, bukan diabaikan.”

Sabrina mengerjapkan mata. “Tapi, kan, tadi aku bacanya pakai perasaan.”

Zidan mengusap wajahnya. “Aku, tuh, ngajarin tajwid, bukan bikin puisi.”

Tapi meski begitu, senyum Zidan tetap ada. Mau sefrustasi apa pun, bagaimana pun Sabrina tetap membuatnya jatuh cinta setiap hari—dengan segala keunikannya.

***

“Mamah, biar aku yang memasak!” seru Sabrina penuh semangat.

Bu Maryam menoleh dengan ekspresi skeptis, alisnya terangkat. “Memangnya kamu sudah bisa memasak?”

“Sudah, dong! Kan, kemarin diajarkan sama Kang Zidan. Memasak telur dadar,” jawab Sabrina dengan bangga, bahkan menepuk dada seperti seorang juru masak profesional.

Bu Maryam mendesah. “Tapi, rencananya Mamah mau buat nasi goreng. Sayang ada nasi sisa.” Ia menunjuk tumpukan nasi di dalam sangku.

Mata Sabrina berbinar. “Aku belum pernah membuatnya. Mamah mau ajari aku?” Tatapannya seperti anak kecil yang meminta permen.

Bu Maryam melipat tangan di dada, memasang ekspresi angkuh. “Baiklah. Mamah akan ajarkan kamu memasak nasi goreng yang enak.” Nada suaranya penuh kebanggaan, mengingat banyak orang memuji masakannya.

Sabrina mengikuti semua instruksi dengan penuh semangat. Awalnya. Saat mulai mengupas bawang merah, ia merasa baik-baik saja. Namun, setelah beberapa irisan terjadi sesuatu.

“Hiks … ini kenapa mataku mendadak perih dan keluar air mata?” Sabrina mengusap wajah dengan punggung tangannya, tapi justru membuat perihnya semakin menjadi.

Bu Maryam menahan tawa. “Itulah bawang merah. Pejuang dapur harus kuat.”

Namun, Sabrina sudah menyerah. “Aku benci bawang merah!” serunya, setengah menangis, setengah kesal. Dia pun berlari ke luar dapur mencari pertolongan.

Di ruang tengah, Zidan tengah merapikan barang-barang pajangan, menoleh ketika melihat istrinya datang dengan mata merah dan wajah cemberut. “Kenapa, Neng? tanya Zidan khawatir.

Sabrina menghambur ke arahnya, mengadu seperti anak kecil. “Kang, mata aku perih banget! Kenapa bawang merah harus ada di dunia ini?”

Zidan tidak bisa menahan tawanya. Dengan lembut, ia menarik tangan Sabrina, mendudukkannya di pangkuannya. “Mau tahu cara biar mata gak perih saat mengupas bawang?”

Sabrina mengangguk cepat, berharap ada solusi ajaib.

Zidan mencondongkan tubuh, mendekatkan wajah ke telinganya. “Minta tolong orang lain yang mengupasnya.”

Sabrina mengerjap. Lalu menepuk lengan suaminya. “Akang! Aku serius!”

Tawa Zidan meledak. “Oke, oke. Caranya gampang. Simpan bawangnya di kulkas dulu sebelum dikupas. Atau bisa juga potong di dekat air mengalir. Dijamin gak akan perih.”

Sabrina menghela napas lega. “Kenapa gak kasih tahu dari tadi? Aku hampir kehilangan mata, tahu!”

Zidan mengacak rambut istrinya dengan gemas. “Namanya juga belajar, Neng Sayang.”

Sabrina mendengus kecil, tapi dalam hati ia bersyukur. Memasak mungkin tidak mudah, tapi setidaknya dia punya seorang suami yang selalu bisa membuatnya bahagia.

"Terima kasih, Akang. Makin cinta, deh!" Sabrina mencium pipi suaminya.

Setelah menerima trik dari Zidan, Sabrina kembali ke dapur dengan kepala tegak dan semangat membara. “Baiklah, bawang merah! Sekarang aku siap melawanmu!” katanya dengan penuh percaya diri.

Bu Maryam melirik menantunya sambil tersenyum kecil. “Semangat sekali. Bagus. Sekarang tumis bumbunya, jangan sampai gosong.”

Sabrina mengambil wajan, menuangkan minyak, lalu mulai menumis bawang merah dan bawang putih yang sudah diiris. Aromanya menyeruak ke seluruh ruangan, dan Sabrina merasa bangga. “Wah, ini wanginya udah kayak nasi goreng mahal di restoran!”

Bu Maryam terkekeh. “Sabar. Itu baru bumbu. Ayo, lanjutkan.”

Setelah beberapa tahap—dan beberapa kali hampir menjatuhkan telur ke lantai—akhirnya Sabrina berhasil membuat nasi goreng pertama kalinya. Warna keemasan, aroma menggoda, dan saat ia mencicipi wajahnya berubah.

“Enak!” seru Sabrina.

Bu Maryam mencicipi sedikit, mengangguk puas. “Lumayan. Sedikit lagi latihan, kamu bisa buka warung nasi goreng.”

Sabrina berdecak bangga. “Kang Zidan pasti bangga!”

Tepat saat itu, Zidan masuk ke dapur. “Siapa yang panggil aku?” tanyanya dengan senyum jahil.

Sabrina menyodorkan piring berisi nasi goreng. “Tadaa! Ini karyaku! Silakan cicipi, suamiku tersayang.”

Zidan mengambil sendok, meniup sebentar, lalu menyuapkan ke mulutnya. Dia mengunyah perlahan, ekspresinya sulit ditebak.

Sabrina menatapnya penuh harap. “Gimana?”

Zidan diam sesaat, lalu mengangguk. “Hmm … boleh juga.”

Sabrina bersorak. “Yes! Berarti aku sudah bisa masak!” 

Tiba-tiba terdengar suara lembut dari luar rumah mengucapkan salam. Senyum manis yang menghiasi wajah Sabrina langsung hilang.

“Siapa itu, Kang?”

***

Terpopuler

Comments

Ita Xiaomi

Ita Xiaomi

Sptnya memasak nasi goreng yg memerlukan jantung yg kuat😁.

2025-08-08

2

Ita Xiaomi

Ita Xiaomi

Nasihat yg bijak.

2025-08-08

2

rajes salam lubis

rajes salam lubis

lanjutkan terus

2025-08-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!