"Ada apa?" tanya Sabrina.
"Apa Teh Sabrina mendapatkan restu dari Ceu Maryam? Karena sudah rahasia umum Ceu Maryam benci sama wanita dari kota," tanya Dewi penasaran.
"Hah! Benarkah?" Sabrina baru tahu akan hal ini. Dia jadi penasaran kenapa ibu mertuanya benci sama wanita dari kota.
"Iya, bener!"
"Aku mendapatkan restu dari Mamah, kok! Makanya bisa menikah dengan Kang Zidan," jawab Sabrina.
"Oh, mungkin Ceu Maryam kena karma! Dia benci sama wanita kota, eh, dapat menantu dari kota," celetuk Ceu Romlah, ibunya Dewi yang sejak tadi diam menyimak.
"Karma?" ulang Sabrina yang tidak paham.
"Iya. Setiap ada wanita yang datang ke kampung kita, apalagi jika itu dari kota, sudah dipastikan Ceu Maryam akan galak, tuh, sama orang. Dia kira semua wanita kota itu pelakor yang akan merebut suami orang. Gara-gara suaminya selingkuh sama wanita kota, dia pukul rata," jelas Ceu Romlah dengan menggebu-gebu.
Otak Sabrina menangkap ucapan Ceu Romlah, ibu mertuanya diselingkuhi makanya suka memukul wanita dari kota. Namun, dia sampai saat ini belum pernah mendapat pukulan dari Bu Maryam.
"Ah, Mamah baik, kok, sama aku! Tadi pagi juga memberikan aku gamis untuk acara syukuran nanti," ucap Sabrina membela ibu mertuanya. Dia ingat dengan ajaran keluarga Wijaya, harus menjaga nama baik keluarga apa pun yang terjadi.
"Mungkin itu pengecualian buat Teh Sabrina karena istrinya Aa Zidan," ujar Dewi.
"Berarti aku ini orang yang beruntung! Karena Mamah mertua tidak galak sama aku," balas Sabrina dengan penuh bangga.
Ceu Romlah dan Dewi saling beradu pandang. Keduanya seakan tidak percaya kalau Bu Maryam bisa baik kepada perempuan kota. Karena semua orang berpikir kalau kebenciannya itu sudah mendarah daging.
***
"Sabrina ...!" panggil Bu Maryam dari dapur.
"Iya, Mah," balas Sabrina yang sedang melipat baju. Sudah hampir dua jam dia berkutat melipat baju karena tidak bisa-bisa. Akhirnya dia sampai mencari video cara melipat baju biar rapi.
"Nih, tolong cuci beras di sumur belakang rumah!" perintah Bu Maryam.
"Oke, Mah!" Sabrina akan melakukan semua pekerjaan rumah yang disuruh kepadanya.
Satu hal yang dilupakan oleh Bu Maryam. Dia tidak memberikan contoh kepada sang menantu unik dari kota itu.
Sabrina yang seumur-umur belum pernah mencuci beras, tidak paham bagaimana caranya. Ucapan yang dia tangkap dari perintah mertuanya adalah mencuci beras di sumur.
Di belakang rumah Bu Maryam ada sumur, di sana biasanya dipakai untuk mencuci perabotan makan dan memasak. Lalu, mencuci pakaiannya. Di sampingnya ada sedikit lahan yang ditanami beberapa pohon holtikultura dan tempat jemur pakaian. Di sisi lain ada kolam ikan, lalu semakin ke belakang ada sawah yang terbentang luas miliknya dan milik beberapa warga di kampung itu.
"Cuci beras di sumur," gumam Sabrina.
Perempuan itu memasukan beras ke dalam ember timba. Tidak lupa memberi sabun cair yang dia tahu untuk mencuci buah dan sayuran. Setelah itu embernya di turunkan ke dalam sumur. Lalu, dia naik turunkan ember sampai air di dalam sumur berbusa.
Bu Maryam yang akan mencuci sayuran dibuat heran oleh tingkah sang menantu. Lalu, dia bertanya, "Kamu sedang apa?"
"Mencuci beras. Kan, Mamah yang nyuruh cuci beras di sumur," jawab Sabrina dengan santai tanpa merasa sudah berbuat salah.
"Ya Allah ... Ya Rabbi! Apa yang kamu lakukan?" Bu Maryam berjalan dengan cepat mendekati bibir sumur untuk melihat pekerjaan sang menantu.
"Dasar menantu edan! Kenapa sumur jadi berbusa seperti itu?" jerit Bu Maryam shock.
"Itu busa dari sabun, Mah," balas Sabrina yang tidak paham kenapa dimarahi.
"Apa? Dasar Sableng!"
Bu Maryam memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit dan terasa berputar. Lalu, jatuh pingsan. Beruntung Sabrina berhasil menahan kepalanya, sehingga tidak membentur ubin.
"Mamah! Kenapa malah pingsan?" Sabrina mulai panik.
"Aduh, bagaimana ini?" Istrinya Zidan ketakutan ibu mertuanya kenapa-napa.
"Tolong ...! Tolong ...!' jerit Sabrina keras agar terdengar oleh warga. Terutama sama orang-orang yang ada di sawah.
***
Sabrina memasang wajah sedih dengan mata yang sudah basah oleh air mata. Banyak warga yang mengomeli dirinya karena sudah melakukan perbuatan bodoh.
"Bisa-bisanya memasukan sabun ke dalam sumur. Jadinya, harus dikuras sampai habis," ucap Ceu Entin sinis.
"Kasihan sekali Ceu Maryam. Punya menantu bodoh yang tidak bisa apa-apa. Malah membuatnya susah," celetuk Ceu Edoh dengan lirikan sinis kepada Sabrina.
"Yang lebih kasihan itu Zidan. Punya istri tidak ada gunanya sekali," lanjut Ceu Romlah.
Zidan menyuruh orang untuk memompa air sumur agar air sabunnya habis. Dia sempat panik saat Sabrina menelepon kalau ibunya pingsan di sumur belakang rumah.
"Kang ...." Sabrina menatap Zidan dengan air mata berlinang.
"Sudah, tidak apa-apa." Zidan memeluk Sabrina mencoba menenangkan sang istri.
Bu Maryam berbaring lemas. Tensi darahnya tinggi, biasanya tensi darah dia selalu rendah. Wanita paruh baya itu diminta untuk istirahat total biar cepat sehat kembali.
Zidan dengan sabar mengajari Sabrina cara mencuci beras, lalu bagaimana caranya menanak nasi. Seperti biasa perempuan itu akan menyimak dengan sungguh-sungguh biar paham dan tidak salah.
***
Keesokan harinya acara syukuran dilaksanakan di kediaman Bu Maryam. Banyak warga yang datang dan memberikan doa kepada pasangan pengantin baru itu.
"Zidan, bapakmu tidak diundang?" tanya Pak RT.
"Sudah diberi tahu kemarin, Pak RT. Katanya tidak bisa hadir," jawab Zidan.
Semua orang tahu kalau Pak Yadi, tidak bertanggung jawab atas kehidupan Zidan sejak kecil. Pulang kampung juga tidak pernah kasih uang atau apa pun untuk Zidan. Seakan laki-laki itu tidak punya anak di kampung ini.
"Yang sabar, ya!" ujar Pak RT sambil menepuk bahu Zidan.
"Iya, Pak."
Sore itu acara berlangsung dengan khidmat. Warga juga bersuka cita makan prasmanan yang sengaja dipesan oleh Zidan dari katering.
Sabrina juga tampil cantik dengan gamis putih dan jilbab yang senada. Begitu juga dengan Bu Maryam yang wajahnya dipoles make up sehingga terlihat pangling dan muda. Banyak orang yang memuji kecantikannya.
"Ceu Maryam kelihatan sangat muda. Coba cari suami lagi, pasti masih laku," ucap Bu RT memuji.
"Ah, enggak, Bu RT! Aku sudah tua. Sekarang waktunya ngasuh cucu, bukan mencari suami," balas Bu Maryam tersipu malu.
"Kalau tahu Ceu Maryam secantik ini, pasti si Yadi akan merengek minta rujuk," ujar Ceu Edoh dan didukung oleh beberapa ibu-ibu lainnya.
Sabrina diam, walau sebenarnya ingin bicara. Tadi, dia sudah diwanti-wanti sama Bu Maryam untuk diam jangan bicara apa pun ketika acara syukuran ini berlangsung. Kecuali, meng-aamiin-kan doa orang-orang yang datang.
"Aku penasaran dengan sosok ayah mertua. Dia orangnya seperti apa?" batin Sabrina.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Eva Karmita
masyaalloh Zidan sabar sekali ngajarin Sabrina 😍 , Zidan belajar dari pengalaman nya Zidan pastinya ngk mau seperti bapak nya yg tidak bertanggung jawab , samawa langgeng sampai maut memisahkan ya Zidan semoga selalu diberikan kesabaran untuk mengajari Sabrina ❤️😍
2025-05-06
3
Reni
asli ngakak parah 😅🤣😂 untung baca pas rumah sepi kalo nggak bisa2 dikira sedeng aku 😅😅😅😅🤣🤣😂😂😂😂
gpp Brina tenang tarik nafas hembuskan perlahan yg penting Brina pinter dandan dan cantik serta paruh sama suami dan mertua belajar perlahan
2025-05-07
2
Noor hidayati
lucu juga sabrina,untung zidan sabar banget jadi suami,coba kalau suami sabrina modelan mertua laki²nya
2025-05-06
2