Bab 5

Dengan langkah hati-hati, Aruna memutuskan untuk bertemu dengan Revan lagi. Tetapi kali ini, ia tahu bahwa pertemuan ini tidak akan membawa mereka kembali ke masa lalu. Mereka tidak bisa kembali, dan mungkin itu adalah hal terbaik yang bisa terjadi.

Aruna ingin berbicara, bukan untuk mencari penyesalan atau kebahagiaan palsu, tetapi untuk menutup bab dalam hidupnya yang telah lama tertunda.

Revan menunggu di kafe yang sama, dengan ekspresi wajah yang tidak bisa disembunyikan campuran antara harapan dan ketakutan.

Saat Aruna duduk di hadapannya, Revan menatapnya dengan penuh perhatian, seolah mencoba mencari tahu apa yang ada dalam pikirannya.

“Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Aruna,” kata Revan, suara sedikit tergetar. “Aku tahu aku sudah menyakitimu, dan aku tidak bisa mengubah itu. Aku hanya ingin kamu tahu, aku menyesal.”

Aruna menatapnya, menilai kata-katanya dengan hati-hati. Ia tahu bahwa Revan benar-benar merasa menyesal. Tetapi apakah itu cukup? Apakah penyesalan bisa menghapuskan luka yang telah dalam menggores hatinya?

“Aku juga merasa kehilangan, Revan,” jawab Aruna perlahan. “Aku tidak tahu apakah aku bisa kembali lagi seperti dulu. Kita sudah terlalu banyak terluka, dan kita berdua tahu itu.”

Revan mengangguk, wajahnya penuh penyesalan. “Aku tahu, Aruna. Aku tahu ini tidak mudah. Tetapi aku ingin kamu tahu bahwa aku masih mencintaimu. Aku ingin kita memperbaiki semuanya.”

Aruna menarik napas dalam-dalam. Ia melihat Revan dengan mata yang penuh pemahaman. Ia tahu bahwa meskipun ada cinta di antara mereka, ada banyak hal yang telah berubah.

Mereka tidak bisa kembali ke masa lalu, dan mungkin itu adalah hal yang terbaik. Aruna harus menerima kenyataan bahwa hubungan mereka telah berakhir, bukan karena mereka tidak saling mencintai, tetapi karena mereka sudah terlalu lama terjebak dalam perasaan yang salah.

“Aku tidak bisa kembali, Revan,” kata Aruna dengan suara yang tegas, meskipun ada rasa sakit di dalam hatinya. “Kita telah mencoba begitu banyak hal, tetapi kita hanya membuat luka yang semakin dalam. Mungkin ini saatnya bagi kita untuk berhenti dan melanjutkan hidup kita masing-masing.”

Revan terdiam. Ia merasa seolah-olah dunia runtuh di hadapannya. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa Aruna benar. Mereka tidak bisa kembali.

Cinta mereka telah berubah, dan meskipun ia masih mencintainya, ia tahu bahwa ia tidak bisa memaksa Aruna untuk tetap bersamanya jika hatinya sudah tidak ada lagi di sana.

“Jika itu keputusanmu, aku akan menghormatinya,” ujar Revan dengan suara berat. “Aku hanya ingin kamu tahu, Aruna, aku akan selalu mencintaimu.”

Aruna tersenyum kecil, meskipun matanya mulai berkaca-kaca. “Aku juga akan selalu menghargaimu, Revan. Tetapi aku harus melanjutkan hidupku, mencari kebahagiaanku sendiri.”

Setelah beberapa saat yang hening, Aruna berdiri dan menatap Revan untuk terakhir kalinya. Ia tidak tahu apakah ia akan pernah melihatnya lagi, tetapi ia tahu satu hal keputusan ini adalah yang terbaik untuk mereka berdua.

Mereka telah hidup dalam bayang-bayang masa lalu terlalu lama, dan sekarang saatnya untuk melepaskan semuanya.

“Aku harap kamu bisa menemukan kebahagiaanmu, Revan,” kata Aruna, sebelum akhirnya berjalan meninggalkan kafe itu, meninggalkan kenangan dan perasaan yang lama terpendam.

Sambil melangkah keluar, Aruna merasakan beban yang mulai terlepas dari pundaknya. Keputusan itu memang berat, tetapi ia tahu bahwa ini adalah langkah yang tepat.

Ia tidak bisa hidup di antara penyesalan dan kebimbangan. Aruna harus berani membuka lembaran baru dalam hidupnya, untuk menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari.

Keputusan untuk melepaskan Revan adalah awal dari perjalanan baru bagi Aruna. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bebas.

Bebas dari masa lalu, bebas dari harapan yang tidak pernah terwujud, dan bebas untuk mengejar kebahagiaan yang sebenarnya.

Hidup Aruna mungkin baru saja dimulai kembali.

Setelah pertemuan itu, Aruna merasa seolah-olah dunia berputar lebih pelan. Keputusan yang diambilnya untuk benar-benar melepaskan Revan dan melanjutkan hidupnya tidak mudah.

Tetapi, dalam hati, ia tahu bahwa itu adalah keputusan yang tepat. Meskipun ada luka yang dalam, ada juga rasa lega yang perlahan menggantikannya.

Sejak saat itu, ia merasa bebas. Bebas dari bayang-bayang cinta yang tak kunjung datang dan bebas dari harapan yang tidak pernah terwujud.

Hari-hari berlalu dengan lebih tenang. Aruna melanjutkan hidupnya dengan ritme yang baru. Setiap pagi, ia bangun dengan perasaan lebih ringan. Ia kembali menikmati pekerjaannya sebagai desainer grafis yang kini lebih ia jalani dengan penuh cinta dan semangat.

Setiap detil yang ia kerjakan pada desainnya terasa lebih hidup, lebih berarti. Ia menemukan dirinya kembali, tanpa harus menunggu seseorang untuk memberinya alasan untuk bahagia.

Namun, meskipun semua perubahan itu terasa positif, ada saat-saat di mana kesepian datang menghampiri.

Tidak ada lagi suara Revan di ujung telepon, tidak ada lagi senyum yang menghangatkan hatinya di malam hari.

Meskipun ia tahu bahwa ia tidak bisa kembali pada hidup yang telah lama rusak, perasaan kosong itu tetap ada. Tetapi, Aruna berusaha untuk tidak membiarkan kesepian itu mendefinisikan siapa dirinya.

Satu hari, saat sedang duduk di taman kota, Aruna melihat pasangan-pasangan lain yang menikmati hari mereka bersama.

Tanpa disadari, hatinya terisi dengan perasaan campur aduk sedikit rasa cemburu, sedikit kerinduan, tetapi lebih dari itu, ada rasa optimisme.

Ia tidak tahu apa yang akan datang di masa depan, tetapi ia tahu bahwa ia sedang berada di jalan yang benar.

Cinta sejati mungkin belum datang, tetapi ia tidak lagi mencari di tempat yang salah.

Saat itu, Aruna mendapatkan pesan dari Maya. “Aku pikir kamu butuh sesuatu yang baru dalam hidupmu, Aruna,” tulis Maya. “Aku tahu tempat yang sempurna untukmu. Ini bukan tentang melupakan, tetapi tentang menemukan bagian dari dirimu yang hilang.”

Maya selalu tahu apa yang Aruna butuhkan, bahkan lebih dari Aruna sendiri. Tertarik dengan ajakan Maya, Aruna akhirnya setuju untuk ikut.

Keesokan harinya, mereka pergi bersama ke sebuah studio seni yang tidak jauh dari kota. Studio itu, yang dikenal dengan tempatnya yang tenang dan penuh inspirasi, telah menjadi favorit banyak seniman dan kreator.

Di sana, Maya berharap Aruna bisa menemukan suatu bentuk ekspresi diri yang baru, sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari masa lalu dan membuka jalan untuk masa depan yang lebih cerah.

Di studio itu, Aruna merasa seolah-olah ia memasuki dunia yang berbeda. Dinding-dindingnya dihiasi dengan berbagai karya seni yang penuh warna, dan setiap sudut studio dipenuhi dengan atmosfer kreativitas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!