TUAN MUDA NYANTRI NONA MUDA JADI BU NYAI – 1
*****
Hari ini adalah akhir pekan, seluruh keluarga Prasetyo sedang menikmati libur di rumahnya. Namun tidak dengan anak kedua mereka. Syarmila Putri Prasetyo. Dia memutuskan untuk membantu Denis di Cafe. Mila sudah bersiap untuk berangkat dengan pakaian casual. Meskipun mereka hidup bergelimang harta, namun Hana selalu mengajarkan tentang kesederhanaan. Hal itu juga yang membuat anak-anaknya enggan menyebut nama belakang mereka. Mereka selalu menyingkat Prasetyo dengan P. Akbar Putra P., Syarmila Putri P., dan Nirmala Putri P. Cukup dengan nama P di belakang mereka, semua orang sudah tahu kalau mereka bertiga adalah keluarga. Hanya saja sangat sedikit dari teman-temannya yang tahu kepanjangan dari P tersebut.
“Ayah, Bunda” panggil Mila yang sedang menuruni anak tangga sambil mengenakan sweternya.
“Mau kemana, Dek?” tanya Akbar yang hendak naik ke lantai atas.
“Mau ke Cafe, Kak. Mau bantu Om Denis. Biasanya kalau akhir pekan begini rame. Banyak yang hang out”
“Dedek gak ikut?”
“Nggak. Banyak tugas katanya. Kakak gak keluar?”
“Gak ah. Males kakak”
“Keluar gih. Cari pacar gitu. Masak awet banget jomblonya” ledek Mila dengan menepuk bahu Akbar.
“Jangan mentang-mentang punya pacar ya kamu, bisa ngeledek Kakak seenaknya” omel Akbar membuat Mila cengengesan.
“Gak apel kamu?” tanya Akbar kemudian.
“Gak lah, kan mau bantu Om Denis. Lagian Arman mau ngumpul sama teman-temannya”
“Ya sudah” jawab Akbar cuek.
“Eh Kak, bunda sama ayah di mana?” tanya Mila setelah Akbar melangkah menaiki dua anak tangga.
“Gak tahu tepatnya sih. Coba aja dihalaman, paling lagi olahraga. Mumpung ayah lagi free”
“Ok” ucap Mila sambil membulatkan jarinya.
Mila melangkah menuju halaman, dan benar saja kalau Hana dan David sedang lari-lari kecil sambil mengobrol dan sesekali terdengar tawa mereka.
“Ayah, Bunda” teriak Mila membuat aktivitas keduanya terhenti.
Hana dan David menengok ke arah Mila. Tak lama kemudian, mereka jalan menghampiri putrinya.
“Iya sayang?” jawab Hana setelah tiba di hadapan putrinya.
Sedangkan David mengambil handuk dan mengelap keringat di kepalanya.
“Aku mau ijin ke Cafe bantu Om Denis, yah, Bun” pamit Mila disambut dengan senyuman oleh keduanya.
“Gak apel? Siapa pacar adek?” goda David membuatnya mendapat cubitan di pinggang dari Hana.
“Putri kita sudah dewasa Bun. Lihatlah, dia sudah punya pacar. Sayangnya dia belum mau jujur siapa dirinya sebenarnya” ledek David lagi sambil mengusap pingganganya yang mendapat cubitan tadi.
“Ayaaaah” kesal Mila dengan bibir moncongnya.
“Jangan dengarkan ayah sayang. Biarkan kita lihat ketulusan pacar kamu dulu. Sebenarnya bunda kurang yakin, tapi bunda mau lihat kesungguhannya dulu” ucap Hana mengusap bahu Mila.
“Terimakasih Bunda. Bunda memang yang terbaik tiada lawan” kata Mila dengan senang. Dia memeluk Hana dengan erat.
“Jangan peluk Bunda terlalu lama, kamu mengurangi jatah Ayah” tegur David dan menarik tubuh Mila.
“Dasar Ayah bucin tingkat dewa. Bunda kan bukan cuma milik Ayah” protes Mila tidak terima dengan monopoli David.
“Memang Bunda bukan cuma milik Ayah. Tapi ingat, Ayah yang pegang hak patennya” balas David dengan angkuh.
“Apaan sih Yah pakai hak paten? Memangnya Bunda ini produk apa?” omel Hana dengan mengerucutkan bibir.
“Aku senang Ayah dan Bunda selalu romantis seperti ini. Kami bahagia menjadi anak Ayah dan Bunda” Mila berhambur ke pelukan kedua orangtuanya dan tersenyum bahagia.
David dan Hana mengusap punggung putrinya dengan penuh kasih.
“Kami juga bangga dengan kalian anak-anakku” ucap Hana haru.
Mereka melepaskan pelukannya dan saling melempar senyum bahagia.
“Mila pamit Yah, Bun”. Mila mencium kedua tangan orangtuanya dan berangkat ke Cafe.
*****
Mila tengah sibuk melayani para pengunjung yang datang. Ya, Mila memilih menjadi waitress dari pada duduk manis di ruang Denis ataupun kasir. Mila yang tumbuh menjadi gadis yang aktif membuatnya malas jika harus berada di kasir. Saat membantu pun, Mila juga mengenakan seragam Cafe tersebut agar tidak ada kesenjangan sosial antara dirinya dengan karyawan yang lain.
Untuk Informasi, kondisi saat ini, baik Mila ataupun Mala belum menggunakan hijab ya? Jadi nanti kalau ada penjelasan yang mengarah ke rambut atau hijab, jangan bingung yah readers.
Saat Mila sedang mencatat pesanan pelanggan, masuklah segerombolan pemuda yang ingin hangout di “Cafe Setia”, cafe tempat dimana Denis yang mengelolanya.
“Man, bukannya itu pacar kamu ya? Pantas saja dia tidak protes kalian tidak berkencan” kata salah satu teman Arman.
Ya, gerombolan pemuda tersebut adalah Arman dan gengnya. Mendengar ucapan temannya, Arman mengalihkan pandangannya menuju apa yang ditunjuk temannya.
“Ya kamu benar. Itu memang Mila” jawab Arman dengan muka memerah. Entah marah atau apa.
“Kamu yakin? Dia bukan kembarannya?” tanya temannya yang lain yang tidak bisa membedakan antara Mala dan Mila.
“Aku yakin. Aku tak pernah salah mengenali keduanya” jawab Arman dengan muka dingin dan merah.
Arman mendekati Mila yang melangkah pergi menuju meja resepsionis untuk menyerahkan pesanan yang baru saja dia catat. Langkah Mila terhenti karena ada tangan yang menahan lengannya.
“Arman” kaget Mila namun wajahnya berbinar.
Berbeda dengan Arman yang menampilkan wajah dingin. Dia melangkah mengikuti Arman karena Arman menariknya hingga sampai di meja teman-temannya duduk.
“Apa begini pekerjaanmu yang sebenarnya? Ini alasan kamu tidak merasa keberatan saat aku tidak bisa kencan denganmu?” tanya Arman dengan suara tinggi dan cengkraman di lengan Mila semakin kuat.
“Maksud kamu apa Arman?” tanya Mila yang masih bingung dengan perubahan sikap Arman.
“Tidak adakah pekerjaan yang lebih baik dari sekedar pelayan Cafe?” tanya Arman lagi tanpa mengurangi nada suaranya.
“Kalau hanya pelayan Cafe memangnya kenapa?” tanya Mila tak kalah tinggi. Dia menyentak tangan Arman yang masih mencengkramnya.
“Tidakkah kamu memikirkan reputasiku? Apa kata teman-temanku jika tahu kekasih seorang Arman menjadi pelayan cafe?” balas Arman tanpa mengubah ekspresi wajahnya.
Tanpa menjawab pertanyaan Arman padanya, Mila menatap teman-temannya dan bertanya.
“Apa pandangan kalian setelah tahu hal ini? Kalian akan menjauhi Arman yang punya kekasih pelayan cafe? Atau kalian akan mengolok-oloknya?” tanya Mila dengan suara tegas.
Jangan harap aku akan lemah hanya karena hinaanmu yang tak mendasar. Ayah dan bunda tak pernah mengajarkan aku untuk menjadi wanita yang lemah meskipun hatiku sakit-sesakitnya ~ Mila.
Mendengar pertanyaan Mila, tak ada satupun dari teman Arman yang menjawab. Keheningan terjadi beberapa saat.
“Jawablah” tegas Mila.
“Kami tidak masalah, tapi reputasi Arman akan menurun. Ibarat bintang, dia akan terjun dari bintang lima menjadi bintang dua” jawab salah satu dari mereka.
“Apa reputasi itu sangat penting bagimu? Kalau begitu, silahkan pilih, aku atau reputasimu” tegas Mila. Kali ini ditunjukkan pada kekasihnya.
“Jangan sombong kamu Mila. Jangan harap aku akan memilihmu. Aku bisa mendapatkan gadis yang lebih cantik dan tentu saja tidak merusak reputasiku” jawab Arman dengan congkaknya tanpa memikirkan perasaan Mila.
“Dalam artian, kamu ingin hubungan yang terjalin selama hampir satu tahun ini berakhir?” tanya Mila dengan tatapan sendu.
“Kenapa tidak? Kamu yang tidak bisa menjaga reputasiku, lalu untuk apa aku mempertahankanmu?” ejek Arman membuat dada Mila semakin sesak.
Aku harus kuat. Tidak boleh menangis dihadapan mereka ~Mila.
“Baiklah kalau itu maumu. Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini. Semoga kau menemukan orang yang cocok denganmu. Aku selalu mendoakan untuk kebahagiaanmu” ucap Mila tulus.
Aku harus melepaskan apa seharusnya terlepas. Dia bukan untukku. Dia bukan jodohku. Semoga kau selalu bahagia ~Mila.
“Sebelum aku pergi, kalian mau pesan apa? Biar saya catat” tata bicara Mila kembali formal dan menjalankan perannya sebagai waitress.
“Aku mau yang lain” ucap Arman dengan ketus.
Mila menoleh pada Arman dengan tatapan sendu. Ada air mata yang tergenang di matanya. Tanpa menjawab ucapan Arman, Mila menundukkan tubuhnya dan berlalu pergi.
Segitu tak inginnya kamu melihatku Man. Apakah kebersamaan kita selama ini tak berarti apa-apa dimatamu? Kamu berubah padaku hanya karena aku seorang pelayan cafe? Apa kamu akan menyesal nantinya jika tahu kalau aku adalah putri dari David Prasetyo? Aku tidak pernah melupakan kejadian ini Arman. Aku jadi semakin yakin untuk menyembunyikan identitas asliku. Aku hannya ingin dengan orang-orang yang tulus padaku ~ Mila.
Mila mengusap airmatanya yang telah jatuh. Runtuh sudah pertahanannya yang dia tahan. Setelah menyerahkan pesanan orang-orang yang dia catat, dia memutuskan untuk menemui Denis di ruangannya. Dia butuh pelampiasan saat ini.
*****
NEXT
*****
JANGAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK DENGAN LIKE, KOMENTAR, VOTE DAN RATING BINTANG LIMANYA YAH? TERIMAKASIH!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
💫Sun love 💫
dasar Arman .....😡😡😡 ntar kalau tau siapa Mila sebenarnya merengek-rengek mau balikan... 😤😘😘😘
2021-10-20
1
Dilah Mutezz
yaaa ampun apa yg qm sombongkn...
ketika udh tau yg sbnernya bru nyesel lu arman tpii terlmbat qm gx balik lgii...
2021-08-16
1
Wati_esha
Menarik. Siapa sih keluarga Arman, hingga begitu sombong bersikap?
2021-03-24
1