Sekretaris Diantara Desah
Episode 05
Alinea muntah di wastafel marmer. Jaketnya terjatuh, memperlihatkan bekas jepitan Leon di pundak. Ia membuka ponsel, menatap foto ibunya.
Aline Virellia
[pesan ]
Bri… Aku terjebak. Dia tahu segalanya. Bahkan tentang Mama. Aku harus bertahan, tapi… aku mulai lupa bagaimana cara bernapas.📱
Briella VGA
[Balasan Briella]
“Lari, Alin! Ini bukan hidup!” 📱
Tapi Alinea menghapus pesan itu. Pintu kamar mandi diketuk.
Leon Arvenza
Waktumu habis. Keluar. Sekarang.(suara dari luar)
Udara pengap berdebu. Alinea terpojok di antara rak-rak berkas, punggungnya menempel ke dinding. Leon mengunci pintu, lalu melangkah mendekat. Matanya gelap, seperti baja yang dipanaskan hingga membara.
Leon Arvenza
(Suara parau)
Leon Arvenza
“Kau pikir bisa bersembunyi dariku?”
Aline Virellia
(Memutar tubuh, mencoba lari)
Aline Virellia
Jangan... Tolong-
Tapi Leon menangkap pergelangan tangan Alinea, memelintirnya hingga sendinya berderak. Alinea menjerit, tubuhnya terlempar ke tumpukan dokumen. Leon menindihnya, lutut menekan perut Alinea.
Leon Arvenza
(Berbisik kasar)
Leon Arvenza
Ini pelajaran jangan pernah lari dari majikanmu
Tangannya mencengkeram dagu Alinea, memaksa mulutnya terbuka. Ciumannya brutal—bukan cinta, tapi invasi. Gigi Alinea terbentur bibir, rasa besi menyebar di lidah. Alinea mendorong dada Leon, tapi kekuatannya seperti angin melawan badai.
Leon menggigit bibir bawah Alinea, mengisap darah yang mengalir. Tangannya merobek kancing jaket, jari-jari dingin menyusup ke balik kain lingerie. Alinea menggeliat liar, kuku mencakar leher Leon hingga berdarah.
Leon Arvenza
“Berani kau lukai aku?” (Tamparan keras mendarat di pipi Alinea.)
Alinea terpelanting, kepala membentur lantai. Penglihatannya berkunang. Leon menyeret rambutnya, memaksanya menatap wajahnya.
Leon Arvenza
“Ibumu di kamar 604 RS Mitra, bukan? Tumor itu akan membunuhnya dalam 3 bulan tanpa kemoterapi. Tapi kau tahu… aku sudah beli rumah sakit itu pagi tadi.” (Jarinya mencolek darah di bibir Alinea.)
Leon Arvenza
Aku bisa mematikan mesin pendukung hidupnya… sekarang...
Aline Virellia
“Kenapa… kenapa kau lakukan ini…?”
Leon tertawa, lalu menamparnya lagi—lebih keras. Telinga Alinea mendenging.
Leon Arvenza
(Berjongkok, mengejek)
Leon Arvenza
“Karena kau milikku Darahmu, napasmu, bahkan air matamu. Kau cuma budak yang harus bersyukur masih kugunakan.”
Dia berdiri, menginjak pergelangan tangan Alinea yang mencoba merangkak. Tulang berderit. Alinea menjerit, tapi Leon hanya memandang dingin.
Leon Arvenza
(Melempar kunci ruangan ke wajahnya)
Leon Arvenza
“Bersihkan berantakan ini. Dan jika aku lihat kau bicara ke siapa pun tentang kita… ibumu akan mati dengan suara monitor flatline sebagai lagu pengantar.”
Pintu terbuka, lalu tertutup. Alinea tertelungkup di lantai, ludah dan darah menetes dari mulutnya. Jaketnya robek, lingerie krem tergantung di satu tali. Ia menarik napas tersendat, tangan menutupi payudara yang terpapar.
Aline Virellia
[Pesan ke Briella - Pukul 13:45 siang]
“Bri… aku tidak bisa lagi. Tapi aku juga tidak bisa mati. Mama… dia pegang Mama. Aku harus jadi boneka. Aku harus.”
Alinea berdiri di depan meja Leon, baju compang-camping diganti kaus oblong putih tipis milik office boy. Leon menyodorkan dokumen.
Leon Arvenza
(sambil mengetik)
Leon Arvenza
Tanda tangani. Perjanjian kerahasiaan. Klausul 5: kepatuhan total pada aturan perusahaan… termasuk *kebutuhan pribadi* atasannya.
Aline Virellia
Pihak kedua wajib memenuhi seluruh permintaan fisik dan psikologis pihak pertama tanpa syarat (suara pelan bergetar)
Aline Virellia
(berbisik) ini ... Sama saja anda memperbudak saya 🥹
Leon Arvenza
(Tersenyum menyeringai)
Leon Arvenza
Pilihanmu: tanda tangan, atau ibu yang kau cium terakhir kali di kamar mayat
Pena jatuh dari tangan Alinea. Ia menangis dalam hening saat menorehkan namanya. Leon menyimpan dokumen, lalu melemparkan handuk kotor ke wajahnya
Leon Arvenza
(Sambil menyalakan cigar)
Leon Arvenza
“Sekarang cuci mobilku di basement. Pakai tangan—tanpa sarung tangan. Aku ingin kau ingat setiap goresan kotorannya di kulitmu.”
[Basement Parkir - Pukul 15:00]
Alinea menggosok velg Mercedes hitam Leon dengan spons kasar. Telapak tangannya lecet, darah bercampur sabun. Ia memejamkan mata, mencoba membayangkan suara ibunya… tapi yang muncul hanya tawa Leon.
Leon Arvenza
[pesan dari Leon ]Performa hari ini: 74%. Tingkatkan atau kurangi jatah kunjungan ibumu.”📱
Alinea menghancurkan spons ke lantai, menjerit dalam bisikan
Aline Virellia
“Aku benci kau… aku benci diri sendiri…”
Tapi tak ada yang mendengar. Hanya kamera CCTV yang merekam setiap detik kehancurannya.
Perjalanan pulang 19:48 waktu Manhattan
Angin malam nyelekit di kulit Alinea. Jaket office boy tipis yang masih dipakainya nggak cukup nahan dingin. Tangannya merah-merah, lecet bekas sikat velg mobil Leon. Dari halte bus ke rumahnya, jalanan sepi. Lampu jalan satu-satu kedap-kedip kayak mata setan yang ngetawain nasibnya.
Rumahnya kontrakan kecil, cat kuningnya udah kusam. Alinea nyodorin kunci ke pintu, gemeteran sampe tiga kali gagal
Dan akhirnya kebuka pintunya
Aline Virellia
(Sambil ngelempar tas ke lantai)
Aline Virellia
Bangs4t... Bangs4t
Aline Virellia
( Langsung colok charger hp, tapi jempolnya berdarah lagi.)
Diem-diem aja nih luka, jangan sampe Bri liat.* Tapi nggak tahan. Jari langsung nelpon Briella.
Briella VGA
(angkat setelah dua dering)2
Briella VGA
"Alin? Alin, lo di mana? Suara lo kayak—"
Aline Virellia
(Sambil nelen ludah))
Aline Virellia
"Bri… gue… gue nggak kuat."
Aline Virellia
(suara pecah) "Dia… dia *monster*. Gue disiksa, Bri. Gue ditendang, dipaksa…"📱
Briella VGA
(suara ngegas)"Alin, lo harus lapor polisi! Sekarang! Gue jemput lo, kita ke—" 📱
Aline Virellia
(Tertawa pahit)
Aline Virellia
📱Polisi? Lo lupa dia punya rumah sakit? Punya pengacara? Dia yang beli nyawa Mama gue, Bri! Kalo gue ngelawan…" (suara tercekat)
Aline Virellia
Dia ancam matiin Mama. Langsung. Gue denger sendiri suara monitor itu di telepon—"
📱
Briella VGA
(Suara pelan):
"Alin, lo jangan sendirian. Gue ke rumah lo sekarang. Kita cari cara—" 📱
Aline Virellia
(Potong)
"Nggak! Jangan! Dia… dia pasti punya orang yang ngeliatin gue. Tadi di basement ada CCTV… dia tau segalanya, Bri. Tau alamat rumah lo juga kali." 📱
Sepi. Cuma suara Alinea ngos-ngosan kayak orang mau pingsan
Briella VGA
(Akhirnya):
"Trus lo mau gimana? Jadi budaknya selamanya? Sampe lo mati?!" 📱
Aline Virellia
📱(Jantung berdebar):
"Gue… gue cuma bisa tahan. Buat Mama. Tapi…" (suara meleleh) "Bri, gue ngerasa diri gue udah kotor. Bau dia masih nempel di kulit gue. Bau tembakau, darah…"
Briella VGA
(nangis):
"Alin, jangan bilang gitu. Lo korban, Alin! Bukan salah lo!"📱
Aline Virellia
(liat bayangan diri di kaca):
"Gue kaya zombie, Bri. Rambut acak-acakan, bibir pecah-pecah… Tadi di lift ada orang ngeliatin gue kayak *pelacur*. Mungkin mereka bener." 📱
Briella VGA
(Marah):
"Dasar lo! Jangan ngomong gitu! Lo Alinea yang dulu bisa hajar cowok nakal pakai tongkat baseball! Mana itu?!" 📱
Aline Virellia
(jatuh ke lantai):
"Gue udah mati, Bri. Gue cuma mayat yang jalan buat Mama." 📱
Sepi lagi. Briella ngedengus kayak lagi ngelap hidung
Briella VGA
(Akhirnya):
"Gue nggak bisa liat lo kayak gini. Besok gue datengin lo, bawa makanan. Kalo dia tanya, bilang gue saudara lo. Oke?"📱
Aline Virellia
(Gemetar):
"Jangan, Bri… dia bakal tau. Dia—" 📱
Briella VGA
(Ngegas):
"Diem! Gue tetep dateng. Jam 7 pagi. Lo harus makan. Titik." 📱
*Tuuut…* Briella nelpon putus. Alinea nggak ngapa-ngapain. Badannya lemes. Matanya ngeliatin langit-langit kamar yang bocor. Air mata netes pelan.
Aline Virellia
(berbisis ke udara)
"Mama… maafin Alin. Alin nggak kuat…"
Aline Virellia
[📱HP-nya bergetar. Notifikasi masuk: ]
Unknown Number:📱
"Tidur di lantai? Masuk kamar. Sekarang."
Aline Virellia
(Dia terlonjak. Mata liar ngeliatin sekeliling.) Dia pasang kamera di sini?!
Rumah Alinea - Pukul 21:03]
Alinea meringkuk di sudut kasur, selimut sampai nutupin kepala. Tapi setiap kali melek, bayangan Leon kayak nongol di pojok kamar.
Aline Virellia
Besok… hari kedua.
Dia nggak tidur. Cuma nangis sampe muntah lagi.
Comments