Sekretaris Diantara Desah
episode 4
ponsel alinea bergetar notifikasi dari Leon masuk
Leon Arvenza
Masuk . Sekarang 📱
dengan nafas tersengal, ia menekan gagang pintu. ruangan Masih sama dingin, lapang, dan dipenuhi aroma kopi hitam yang baru diseduh. tapi kali ini, cangkir di meja Leon masih penuh.
Leon Arvenza
(tanpa menoleh, suara datar)
Leon Arvenza
kau pikir ini bisa diminum?
alinea menatap cangkir. tangannya gemeter
Leon Arvenza
(berdiri perlahan, mata tajam menembus)
Leon Arvenza
(suara mengeras)
Ia mengambil cangkir, mendorongnya ke arah Alinea. Kopi tumpah sedikit ke meja kayu eboni. Alinea terpaksa mengambilnya, meneguk sedikit. Asin. Garam.
Aline Virellia
tapi aku tidak__
Leon Arvenza
(mendekat, tangan meninju meja)
Leon Arvenza
kau pikir ini lucu? menabur garam di kopi seperti anak TK? (tertawanya rendah, mengiris)
Leon Arvenza
atau kau hanya ingin perhatianku?
Aline Virellia
(menggeleng cepat panik)
Aline Virellia
Saya tidak--!
Leon Arvenza
(menyambar cangkir dari tangan alinea)
Leon Arvenza
(mata menyala, wajahnya mendekat)
Leon Arvenza
kau pikir aku hanya akan mentoleri SAMPAH seperti kau?
Cangkir dilempar ke lantai. Pecahan keramik berhamburan. Alinea menjerak, tapi Leon sudah mengepalkan kerah blusnya. Napas panas Leon menghunjam kulitnya.
Leon Arvenza
(berbisik kasar)
Leon Arvenza
kau ingin jadi anjing penurut?
Aline Virellia
tolong.... Saya tidak sengaja-
Leon Arvenza
(nada membentak)
Ia menyambar termos kopi di meja, lalu menuangkannya ke tubuh Alinea. Cairan panas menyebar dari bahu hingga pinggul. Blus putihnya menerawang, membayangkan warna kulit dan lingerie krem di baliknya. Alinea menjerit kecil, tangan menutup dada.
Leon Arvenza
(tertawa sinis)
Leon Arvenza
lihatlah. kau bahkan tak bisa berpakaian dengan benar
Leon Arvenza
(jarinya mengaitkan tali bra yang terlepas)
Leon Arvenza
mungkin ini salah satu yang cara mempertahan? atau kau ingin aku tiduri?
Alinea menangis tersedu-sedu, air mata bercampur tetesan kopi di pipi. Leon mengamatinya seperti predator, lalu menarik rambut Alinea ke belakang, memaksanya menatap wajahnya.
Leon Arvenza
tangisanmu... membuatku senang apalagi kau menangis di bawah dekapanku (ada mengejek)
ia melepasnya tiba-tiba. alinea terjatuh ke lantai. tangan menahan tubuh yang basah dan menggigil.
Leon Arvenza
(kembali ke kursi, santai)
Leon Arvenza
bersihkan ini. dan ganti atau kau tidak usah menggunakan baju pun aku tidak masalah
Aline Virellia
(terkejut dan sedikit syok)
Leon Arvenza
tapi Jika kau berani pulang mungkin kau akan ku perkosa di luar (tertawa terbahak-bahak)
Pintu terbuka. Sekretaris lain melirik dengan takut, lalu cepat-cepat pergi. Alinea merangkak, keringat dan kopi melekat di kulit. Di balik tangisan, telinganya masih mendengar bisikan terakhir Leon
Leon Arvenza
(dari balik meja)
Leon Arvenza
ini baru permulaan
Alinea mematuk air dingin di wajah. Blusnya tergantung di pegangan pintu—masih basah. Ia memakai jaket cadangan, tapi bayangan sentuhan Leon masih membakar. Ponselnya bergetar lagi.
Aline Virellia
notifikasi masuk di ponselnya 📱
Leon Arvenza
10 menit lagi. laporan progres cleaning 📱
Ia menatap pantulan dirinya di cermin: mata merah, garis bra masih terlihat samar.
Aline Virellia
apa aku memang seekor tikus di labirinnya?
Aline Virellia
pesan ke briella mengetik 📱
Aline Virellia
Bri... Aku tidak bisa kabur. Dia menghancurkan segalanya, tapi aku... takut jika aku berhenti, dia akan menghancurkanku lebih dalam." 📱
ruang konferensi lantai 40 pukul 09.15 pagi
Alinea berdiri di depan cermin lift, jari-jarinya berusaha merapikan jaket hitam yang dipinjam dari bagian kebersihan. Tapi garis lingerei krem masih terlihat samar di balik kain tipis. Matanya sembap, hidung kemerahan.
Aline Virellia
ayo tahan jangan nangis lagi dong
Tapi Leon sudah menunggu di depan pintu ruang rapat. Matanya menyapu tubuh Alinea dari kepala hingga kaki, lalu tersenyum tipis—seperti kucing yang melihat tikus pincang.
Leon Arvenza
(berbisik, hanya untuknya)
Leon Arvenza
kau sengaja pakai itu agar aku lupa kalau papa ya?
Leon Arvenza
apakah tidak punya uang untuk beli baju yang pantas
Leon Arvenza
atau kau ingin menjadi pelacur ku dulu
Leon Arvenza
jika iya tunggu setelah meeting ini datang ke ruanganku
Aline Virellia
tidak bukan itu saya tidak punya pakaian ganti lain tuan
Aline Virellia
(suaranya gemetar ketakutan)
Leon Arvenza
(tiba-tiba merapikan kera jaketnya, jaringan menyentuh leher alinea)
Leon Arvenza
bagus. investor dari Singapura suka estetika mereka akan terkesan dengan kau yang bodoh (suara sinis dan sindiran)
Ia membuka pintu ruang rapat. Delapan pasang mata langsung menatap Alinea. Leon duduk di ujung meja, menyilangkan kaki, sementara Alinea terpaku di dekat pintu—tidak diperbolehkan duduk.
Leon Arvenza
(sambil membuka dokumen)
Leon Arvenza
Miss alinea akan mencatat semua poin rapat ini
Investor utama, pria berambut perak, melirik Alinea. Tatapannya mengulur dari wajahnya ke jaket yang tertutup tidak sempurna. Alinea menunduk, tangan menggeser notes ke depan dada.
Leon Arvenza
tolong ulangi poin terakhir saya alinea
Alinea menggigit bibir. Detak jantungnya mengacau. Kata-kata investor tadi berkabut di kepalanya.
Aline Virellia
tentang... alokasi dana untuk riset pasar Q4
Leon Arvenza
(mengetuk meja,suara menggelegar.)
Leon Arvenza
Kau tidak hanya tidak berguna, tapi juga tuli ?
Ruang rapat sunyi. Investor berpandangan canggung. Alinea menahan napas, kuku mencakar buku notes hingga hampir robek.
Leon Arvenza
(berdiri, berjalan ke arahnya)
Leon Arvenza
Maafkan staf saya. Dia
Leon Arvenza
Baru dan masih perlu pelatihan intensif
Tangannya mendarat di pundak Alinea, mencengkeram tulang selangka. Tekanannya membuat Alinea menahan rintihan.
Investor
(coba mencairkan suasana)
Investor
tidak apa-apa,tuan Leon. kita semua pernah-
Leon Arvenza
(memotong ucapan)
Leon Arvenza
tidak ada toleransi untuk kesalahan (jaringan menginap ke bawah jaket alinea, menyentuh bahu yang masih basah)
Leon Arvenza
dia akan belajar atau tidak sama sekali dan mudah dihancurkan
Alinea menutup mata. Air mata jatuh ke kertas di hadapannya. Leon kembali ke kursi, sementara investor mulai berbisik dalam bahasa Mandarin. Alinea mendengar kata gadis cantik. Leon tersenyum
ruang CEO pukul 11.45 siang
Alinea mengetik laporan rapat dengan jari-jari gemetar. Setiap kali salah ketik, Leon melempen kertas ke arahnya.
Leon Arvenza
(tanpa melihat)
Leon Arvenza
kau bahkan tak bisa membedakan their dan there . Apa otakmu seonggok kapas?
Alinea tidak menjawab. Tapi Leon tiba-tiba berdiri, menarik kursinya mendekat. Tubuhnya menghalangi cahaya jendela, membayangi Alinea.
Leon Arvenza
kau tahu kenapa aku tidak memecatmu?
Leon Arvenza
(jari telunjuknya mengusap air mata di pipi alinea)
Leon Arvenza
karena tangisanmu... menghibur seperti musik😂😂😂
Alinea menahan napas. Bau parfum Leon—kayu gelap dan tembakau—membuatnya mual.
Leon Arvenza
(tangan turun ke leher alinea. jempol menekan arteri)
Leon Arvenza
kalau aku tekan sedikit saja di sini.... kau akan mati lemas dalam 10 detik (tertawa dingin)
Leon Arvenza
tapi aku lebih suka melihatmu...
Leon Arvenza
(berbisik mendekati samping telinga)
Leon Arvenza
pelan-pelan kehilangan dirimu sendiri
Ponsel Leon berdering. Ia mengangkatnya, tetap tak melepaskan pegangan di leher Alinea.
Leon Arvenza
iya Mrs. Margaret? Oh... ibumu? (mata yang menyempit menatap alinea)
Leon Arvenza
tentu dia akan kusampaikan
Aline Virellia
(membuka mata lebar) ibuku
Leon Arvenza
(setelah menutup telepon)
Leon Arvenza
ibumu dirawat di RS. tumor otak stadium 2
Aline Virellia
(tercekat tak bisa mengucapkan apapun syok )
Leon Arvenza
(meremas bahu alinea)
Leon Arvenza
pengobatannya... sekitar 2 miliar dokter mengatakan seperti itu kau butuh uangku dan aku butuh ketaatan mu😂
Ia meraih tas Alinea, mengeluarkan dompet, lalu mengambil KTP. Foto Alinea yang tersenyum polos dihadapkan ke wajahnya yang pucat.
Leon Arvenza
aku bisa menjadikanmu boneka atau ku buat ibumu mati perlahan dipilih ada di kamu
Comments