Mbah Kakung begitu murka mendengar kejadian ini bahkan Papa Reno sampai tiba pulang ke rumah mertuanya karena masalah putranya tidaklah ringan.
Beban moral Papa Reno semakin besar karena kini Papa Herca sudah berada di sana bersama keluarga Bang Satria juga.
"Papa harus bagaimana, Rakit??? Kamu bermain api dengan putrinya Om Herca. Kamu tau sendiri bagaimana beliau sangat menyayangi putrinya." Gumam lirih Papa Reno.
"Bisakah semuanya mendengar penjelasan saya juga. Sedari tadi Papa dan Kakung terus menyudutkan saya. Saya tau saya salah tapi berilah saya sedikit kesempatan untuk bicara." Ujar keras Bang Rakit.
Papa Reno mengepalkan tangan tak paham kenapa sifat putranya itu malah seperti Herca sahabatnya. Akhirnya Papa Herca berbesar hati menunggu perundingan keluarga untuk mencari solusinya.
Di sana ada sosok pria yang terus memperhatikan setiap perkembangan permasalahan. Dia adalah seorang ajudan kepercayaan wakil panglima.
"Kalau begitu ceritakan..!!"
Bang Rakit memberi arahan pada Ayu untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya pada keluarganya.
"Keluarga Bang Satria mengusir Ayu karena ingin menjodohkan Abang dengan Dina." Kata Ayu.
"Siapa yang bilang???? Kenyataannya kamu berada disini, kalau saya tidak mendapatkan fotomu di depan alun-alun kota mana kami tau kalau selama ini kamu selingkuh sampai hamil." Teriak ibu kandung Bang Satria.
Bang Satria sungguh syok. Ia menatap Bang Rakit dan Ayu bergantian. Matanya nanar menahan rasa sakit dalam hatinya.
"Pantas kamu tidak pernah membalas pesanku. Sekarang ada pembelaan apalagi." Ujar Bang Satria nampak semakin marah.
"Ayu bicara jujur. Ayu nggak pernah selingkuh, Bang." Jawab Ayu kini mulai terisak sesak.
"Persetan dengan apa katamu, aku sudah tau semua." Bang Satria meletakan banyak foto di atas meja.
Papa Herca sampai syok melihatnya. Sekilas mata memandang memang putrinya nampak bersama dengan Lettu Rakit Zeniar.
"Kamu masih mengelak??? Hari ini juga saya menceraikan kamu Ayuningrat, mati lah kamu dan anakmu bersama pria pilihanmu..!!!!!!"
Kata tersebut terdengar begitu menyakitkan. Mama Dindra lemas tak sanggup berbicara, seketika itu juga Ayu tergeletak membuat Papa Herca serasa sakit jantung mendadak.
Secepatnya Bang Rakit menahan tubuh Ayu lalu menyandarkan pada Mbah Putri dan gadis muda putri Papa Herca yang sejak tadi hanya diam kini bereaksi.
"Begitukah penilaianmu???? Asal kau tau Bang Sat, kau adalah musibah bagi keluarga kami. Jika saja orang tuaku tidak membesarkanmu tentu keluargaku tidak akan malu seperti ini. Nyatanya garis keturunan bi*dab memang tidak akan bisa berubah watak seseorang." Teriak Dinar.
"Apa kamu bilang??? Kamu menghina keluarga Abang???" Bentak Bang Satria sudah hendak menangani Dinar.
Bang Rakit dan seorang ajudan wakil panglima sigap menghadang Bang Satria. "Lawanmu saya, bukan Ayu atau pun Dinar..!!!!" Kata ajudan wakil panglima.
Begitu kesalnya Bang Satria, akhirnya ia pun meninggalkan tempat.
Setelah Bang Satria meninggalkan tempat, perhatian Bang Rakit kini tertuju pada Ayu sedangkan wakil panglima berdiri berhadapan dengan Dinar.
"Bisakah kamu tidak terlalu vocal?? Kamu terlalu ceroboh, bagaimana kalau tadi Satria menghajarmu. Kau pasti paham bagaimana sifat Abangmu..!!" Tegur keras wakil panglima membuat seluruh mata terbelalak. Baru kali ini ajudan wakil panglima mengesampingkan sebuah etika.
Dirinya mungkin hanya melaksanakan profesional kerja tapi dirinya juga cukup mengenal adik sahabatnya itu.
"Dia bukan Abangnya Dinar."
Suasana semakin rumit. Papa Reno merasa tidak enak dengan kejadian ini. Beliau merasa bersalah karena putranya sudah mengganggu keharmonisan rumah tangga keluarga lain.
Disisi lain rasanya Papa Herca sudah tidak mampu berpikir lagi. Kepalanya terasa pening.
Menyadari dirinya penyebab semua masalah ini timbul karenanya, Bang Rakit mulai angkat bicara.
"Semua masalah timbul tidak bisa di hindari, saya mengakui kesalahan saya. Tolong jangan menekan Ayu. Apapun yang terjadi pada Ayu biarlah saya yang bertanggung jawab..!!" Kata Bang Rakit di hadapan semua orang.
...
Perundingan keluarga begitu alot. Hingga usai adzan Dzuhur masih belum ada titik temu dari kedua belah pihak.
"Om.. minta rokok..!! Dinar lagi stress." Kata Dinar pada Om ajudan yang sedang merokok selepas sholat Dzuhur.
Tau putri wakil panglima sedang mendekat, pria itu berniat mematikan rokoknya. Tapi Dinar menyambarnya.
Tak kalah cepat, Om ajudan sudah mengambilnya kembali lalu segera mematikannya.
"Wanita baik tidak merokok........."
"Pandangan itu terlalu kolot, darimana bisa di katakan wanita tersebut baik hanya karena rokok????" Tanya Dinar.
Om ajudan malas menanggapi ocehan gadis kecil adik sahabatnya.
"Kenapa ya laki-laki hanya bisa membuat stress perempuan." Katanya lagi.
"Whaaaattt??? Nggak salah, Non?? Yang benar adalah perempuan yang membuat pria sakit kepala dengan segala tabiatnya." Omel Om ajudan yang akrab di panggil Om Black.
Dinar memalingkan wajahnya, rasanya sungguh kesal setiap bertemu dengan ajudan Papanya. Pria ini seakan selalu mengajaknya duel secara terang-terangan.
"Sebenarnya kenapa Om Black selalu cari perkara dengan Dinar. Apakah Dinar tidak cantik?? Kenapa nggak balas suka nya Dinar???"
"Semua perempuan, cantik. Kecuali gembok koper seperti kamu." Jawab Om Black.
Dinar berpaling lalu berjalan sembari menggerutu. "Ternyata benar, naksir sama tentara memang salah besar. Seharusnya Dinar yang di perjuangkan, bukannya Dinar yang berjuang. Rugi amat naksir sama tiang listrik. Hal pertama dari laki-laki saat mencari pasangan hidup, minimal harus bisa memperbaiki keturunan. Berkah Tuhan mendapatkan wanita yang cantik ini meskipun katanya hanya sebesar gembok koper."
Om Black hanya menggeleng menyimpan senyumnya. Rasanya sudah biasa melihat tingkah si cantik Dinar yang suka uring-uringan.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
putri
q subscribeeee mbak nara🥰🥰🥰😘
2025-05-01
1
Murni Zain
Baru tau ada karya baru.. 🙏🙏🙏telat
2025-04-30
1
Mika Saja
sdh hador mba nara,,lanjutttt
2025-04-30
1