Part 4

Assalamualaikum Readers semuanya, novel Kekasih Halal mohon dukungannya yah dengan cara like (tekan tombol icon jempol di bawah, jangan lupa icon love juga biar selalu tahu jadwal updatenya), komen (kritik, saran, kesan boleh banget😘), dan Vote. Terimakasih ya😘😘

☘️Selamat membaca☘️

(🍁Takdir terkadang membawa kita melesat jauh dari apa yang semestinya kita pelajari.)

Sepulang dari pesantren aku ke rumah Kinar sahabatku. Aku ingin bertemu lagi  dengan Kinar dan orangtuanya. Aku ingin meminta bantuan kepada mereka yang sudah aku anggap sebagai keluargaku karena saudara sekandung Ibu dan almarhum Bapak jauh di luar kota.

Kinar menyambutku dengan senang hati. Aku pun mulai mengutarakan niatku meminta pertolongan pada keluarga Kinar. Ternyata Kinar sudah menceritakan tentang masalahku pada orangtuanya, dan orangtua Kinar bersedia menolongku.

Aku merasa lega karena aku yakin keluarga Kinar yang baik ini akan menjaga Ibuku dengan baik. Tidak lama aku mampir di rumah Kinar, aku langsung pulang karena aku ingin berdua dengan Ibu sebelum aku ke Jakarta.

Aku kembali mengayuh sepedaku kembali ke rumah. Sesampainya di rumah aku langsung menemui Ibu di dalam kamar, aku lihat Ibu sedang mengambil sesuatu di dalam lemarinya, Ibu mengambil sebuah kotak dan memberikannya padaku, aku langsung menerimanya. Aku lalu membukanya, aku terkejut, ternyata di dalamnya ada beberapa perhiasan milik Ibu dan beberapa lembar uang untuk uang sakuku ke Jakarta.

“ Simpan baik-baik, ini sedikit tabungan Ibu untuk bekal di sana nanti.” Ibu mengusap pelan punggungku dengan wajah sendu.

“ Maafkan Ibu karena merepotkanmu.” Ibu kembali merasa tidak enak padaku. Aku lalu menggengam jemari Ibu. Aku yakinkan kembali bahwa aku tidak keberatan untuk menggantikan posisi Ibu, ini adalah bentuk baktiku, Ibu kembali tersenyum. Aku terus menemani Ibu hingga sore hari.

Waktu berjalan begitu cepat, kini aku sudah bersiap-siap untuk pergi ke Terminal bus. Sebelum aku berangkat ke Terminal aku terlebih dahulu berpamitan pada tetangga-tetanggaku.

Ibu  tidak bisa mengantarku karena kondisi Ibu belum benar-benar pulih, Ibu memelukku sambil menangis, aku tahu perasaan Ibu, aku pun sebenarnya ingin menangis tapi aku tidak mau membuat Ibu lebih tambah bersedih. Aku ke Terminal diantar oleh Kinar dan Ayah Kinar, sementara Ibu Kinar menemani Ibuku di rumahku.

Aku, Kinar dan Ayah Kinar bergegas ke Terminal. Sesampainya di Terminal aku segera memesan tiket bus, 30 menit aku menunggu di Terminal hingga bus berangkat, sebelum bus berangkat aku berpelukan dengan Kinar, aku berpesan sekali lagi agar Kinar menjaga Ibuku dan tak lupa pula aku mengucapkan banyak-banyak terimakasih padanya juga pada Ayahnya. Bus pun akhirnya berjalan meninggalkan desa tercintaku.

***

Aku mengerjapkan mata saat adzan subuh berkumandang, samar-samar terlihat dari dalam kaca bus gedung-gedung menjulang tinggi dan lampu-lampu berkelip ada di sepanjang jalan.

Aku sangat takjup dengan gedung-gedung besar dan jalanan yang halus dan banyak juga mobil-mobil mewah berlalu lalang. Sebentar lagi aku sampai disalah satu terminal yang ada di Jakarta, aku segera menyiapkan tas ranselku dan tas jinjing yang berisi baju-baju. Kernet bus mulai berteriak kencang bahwa bus sudah sampai di terminal, aku langsung saja bersiap turun.

Setelah turun aku langsung mencari mushola, aku melaksanakan kewajibanku terlebih dahulu sebagai muslim, saat sedang memanjatkan doa, aku tiba-tiba teringat Ibu, air mataku luruh juga jika teringat Ibu.

Aku percaya ini sudah garis hidupku menjadi perantau di Jakarta, aku juga percaya dengan niat baikku ini aku yakin Allah akan memberikan kebaikan juga untukku kedepannya.

Selesai sholat aku segera merapikan mukenahku lalu keluar dari mushola menuju tempat pangkalan ojek, aku memberikan alamat rumah majikan ibu pada salah satu Tukang Ojek, Tukang Ojek langsung menyuruhku naik, aku pun segera naik. Abang tukanng ojek langsung malajukan motornya menuju alamat yang aku sebutkan.

Hari sudah mulai terang, motor yang aku naiki mulai memasuki perumahan kawasan elit. Aku begitu terpana dengan pemandangan rumah gedongan yang tidak pernah aku lihat sebelumnya di desaku, rumah gedongan dengan pilar-pilar besar dan pintu gerbang besar dengan ukiran yang begitu bagus.

Abang tukang ojek menghentikan motornya di depan rumah gedongan bercat warna putih, pintu gerbang warna emas yang menjulang tinggi.

“Sudah sampai Neng.” Abang tukang ojek menengok kearahku. Aku segera turun sambil merogoh dompet yang ada di tas ranselku.

“Berapa Bang?” tanyaku sambil membuka dompet kecilku.

“Lima puluh ribu,” ucap Abang tukang ojek dengan santainya, sementara aku sedikit terkejut, lima puluh ribu bagiku sangatlah besar, tapi aku mengingat kembali jika aku sedang berada di Ibukota yang pastinya semuanya serba mahal. Aku mengeluarkan uang lima puluh ribuah dan memberikannya pada Abang tukang ojek.

“Terimakasih banyak ya Bang.” Aku bersyukur akhirnya aku bisa sampai di rumah majikan ibu dengan selamat.

“Sama-sama Neng,”  ucap abang tukang ojek sambil memutar balik motonya.

Aku segera mendekati pintu gerbang sambil menenteng tas jinjingku, aku melihat ada tombol bel kecil yang tembok sebelah pintu gerbang, aku segera memencetnya beberapa kali, tanpa menunggu waktu lama ada satpam yang membukakan pintu gerbang.

“ Cari siapa Neng,”  tanya Pak Satpam.

” Aku anaknya Bu Fatimah Pak, yang akan menggantikan Bu Fatimah.”

Rupanya Pak Satpam langsung mengerti maksudku. Ia langsung mempersilahkanku masuk, lalu mengantarku masuk lewat pintu belakang arah dapur. Di dapur sudah ada wanita paruh baya yang sedang memasak.

“ Siapa ini Pak?” wanita itu tampak kebingungam melihat Pak Satpam pagi-pagi buta membawaku ke dapur. Sebelum Pak Satpam menjawab aku langsung memperkenalkan diriku.

“Aku Inayah, anak Bu Fatimah,” ucapku sambil tersenyum.

“ Walah … anaknya Mbak Fatimah toh.”

Wanita paruh baya itu langsung memelukku. Lalu mereka berdua memperkenalkan diri, wanita paruh baya itu bernama Bi Asih, Bi Asih bekerja khusus di bagian dapur, sedangkan yang menjaga keamanan rumah ini bernama Mang Sobar, suami Bi Asih.

Bi Asih langsung membawaku ke kamar tempat biasa Ibuku tidur di rumah ini, aku melihat sekeliling rumah ini begitu takjup, tidak ada yang tidak megah, orang kaya, hal memasak, keamanan bahkan soal cucian pakaian semua serba ada yang mengerjakannya masing-masing. Mereka termasuk oramg-orang yang beruntung.

“Kamu istirahat saja sebentar, nanti Bi Asih beritahu tempat-tempat mana saja yang sekiranya harus kamu berkerja,” ucap Bi Asih.

Aku hanya mengangguk, aku melihat sekeliling kamar yang saat ini aku tempati, kamar ini sangat bagus untuk ukuran seorang asisten rumah tangga, bahkan kamarku di rumah tidak sebagus dan seempuk kasur yang sedang aku duduki ini.

Aku lalu memindahkan baju-bajuku yang ada di tas kedalam lemari. Lalu aku merebahku tubuhku di atas kasur untuk melepas penat karena perjalanan semalaman di bus.

Entah sudah berapa lama aku memejamkan mataku, aku mendengar ada suara ketukan pintu, aku mengerjapkan mataku lalu segera bangun dan berjalan membuka pintu, ternyata Bi Asih.

“ Neng, mandi yah, sudah hampir dzuhur, nanti setelah sholat Bi Asih antar keliling rumah ini,” ucap Bi Asih sambil tersenyum lalu berlalu meninggalkan kamarku.

“ Astagfirullah,” gumamku, ternyata aku sudah tidur sangat lama, untung saja Bi Asih membangunkanku.

Aku segera ke kamar mandi yang ada didalam kamar,kamar asisten rumah tangga saja kamar mandinya di dalam, apalagi kamar majikan, sungguh tak terbayangkan olehku.

Terpopuler

Comments

Endank Susilowaty

Endank Susilowaty

untung tukang ojeknya g jahat

2022-11-17

0

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

semangat inayah

2022-03-11

0

fauzi

fauzi

wow

2021-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!