Episode 5

Hafsah sejak tadi hanya murung. Dia menunduk, seakan merasakan kehancuran yang mendalam. Ucapan dua sahabatnya seolah hanya lewat dalam telinganya saja.

"Pergilah, Bas! Gapai semua cita-citamu. Satu yang harus kamu tahu ... Lambat laun, semua akan tersadar dengan semestinya! Jangan pernah mengkhawatirkan Hafsah. Aku berjanji akan menjaganya! Jangan pernah lupakan persahabatan ini," balas Raga menepuk bahu Bastian.

Setelah mengusap kepala Hafsah, Bastian benar-benar pergi untuk melanjutkan studinya ke Luar Negeri.

_____

Menit berganti jam, jam pun berganti hari. Semenjak kepergian Bastian, Hafsah dan juga Raga tetap menjalani kehidupan seperti biasanya.

1 bulan sudah semenjak Bastian pergi. Dan selama 1 bulan itu, mental Hafsah perlahan mulai membaik karena dukungan Raga tentunya.

Karena kecerdasannya, banyak perusahaan asing yang menawari Raga bekerja, dan merekrut dirnya untuk ke Negara asing. Raga menolak! Dia lebih memilih bekerja di perusahaan lokal, sebagai pegawai biasa. Dengan itu, dia dapat menjaga Hafsah sesuai janjinya.

1 bulan pun berganti dengan bulan berikutnya. Raga yang semula tinggal didesa bersama Neneknya, kini terpaksa mengajak Neneknya untuk tinggal di rumah dinas, karena tuntutan pekerjaannya. Walaupun rumah itu tidak besar dan mewah, setidaknya mereka dapat tinggal dengan nyaman. Raga sudah berniat, hasil gajiannya akan dia kumpulkan untuk membeli rumah, serta merenovasi rumah Neneknya di desa.

Kini dua bulan sudah Raga menjalin hubungan jarak jauh dengan Hafsah. Namun, Raga masih menyempatkan untuk menemui Hafsah disela-sela kesibukannya.

Karena jarak rumahnya dengan kantor sangat dekat, jadi Raga diberi sebuah sepeda motor, sebagai pentaris untuknya. Sore ini, Raga pulang dengan sedikit tergesa, karena dia sudah berjanji kepada Hafsah untuk mengunjungi sahabatnya itu.

Entah nantinya diterima atau tidak oleh pak Mulyo, Raga tidak akan menyerah begitu saja. Dan kebetulan, Sore ini Raga baru saja mendapat gaji keduanya. Dia berinisiatif untuk membelikan sesuatu untuk Hafsah, agar sahabatnya itu bahagia.

Belum separu jalan, Raga terpaksa menghentikan motornya ditepi jalan, saat kepalanya tiba-tiba berdenyut kuat.

Tes!

Darah?

Darah pekat baru saja menetes mengenai kemeja batik Raga saat ini. Dengan cepat dia mengaca, sambil mengusap darah tersebut. Dan benar, kedua hidung Raga sudah mengalir darah segar yang kini tampak banyak, dari biasanya.

Raga segera memutar tas punggungnya. Dia mengambil tisu didalam tas tersebut, dan segera mengelap darah itu dengan cepat.

"Nggak, aku pasti sehat! Aku nggak boleh berpikir yang aneh-aneh! Hari ini aku bahagia, dan aku tidak akan merusaknya, hanya dengan darah minus ini," cerca Raga tersenyum getir.

Raga kembali melanjutkan perjalananya. Dia pulang sebentar hanya untuk mandi saja. Setelah siap lagi, Raga langsung meminta ijin pada sang Nenek untuk pergi kerumah Hafsah.

Mengingat Hafsah pada saat itu memiliki seorang adik yang masih sekolah, Raga membawakan makanan serta oleh-oleh untuk orang tua Hafsah juga.

Begitu sampai,

Raga mengetuk pintu itu, sambil menenteng beberapa kantung plastik disebelah tangannya.

Tok.. Tok..

"Assalamualaikum ...."

Pintu terbuka dari dalam. Raga spontan mundur dua langkah, saat yang ada didepannya pak Mulyo. Pria parubaya itu menyalangkan tatapan sengit, dengan raut penuh kebencian.

"Mau apa, kamu datang lagi kesini?"

"Maaf pak, saya hanya ingin bertemu Hafsah! Saya baru saja pulang bekerja. Oh ya, ini saya bawakan oleh-oleh dari Malang!" ujar Raga tersenyum nanar mengangkat kantung kresek tersebut.

Srettt..

Hafsah yang baru saja keluar, spontan membekap mulutnya saat melihat kantung makanan itu sudah terjatuh dan berserakan, akibat di hempas oleh sang Ayah.

"Ya ALLAH, Bapak! Kenapa dibuang-"

"Sudah, Hafsah ... Nggak papa!" Raga langsung berjongkok untuk memungut makanan tadi, agar tidak mengotori lantai.

Baru tangan Raga terulur, spontan langsung ditendang kuat oleh kaki pak Mulyo.

Bugh..

Raga sedikit meringis, hingga tanganya terhempas kesamping. Dan tepat didepan kedua matanya, pak Mulyo menginjak-injak makanan tersebut dengan menggeram.

"SEKARANG, ANGKAT KAKIMU DARI RUMAH SAYA! SAYA TIDAK SUDI, ANAK SAYA BERTEMAN DENGAN PRIA MISKIN SEPERTIMU!"

Hafsah hanya dapat menangis. Dia tidak dapat berbuat banyak, karena dia takut jika Ayahnya akan memukuli sahabatnya kembali.

"Hafsah, aku pulang dulu ya! Lain kali aku akan datang-"

"TIDAK USAH! JANGAN DATANG LAGI KERUMAH SAYA!" bentak pak Mulyo lagi.

Raga hanya mampu tersenyum getir. Pria itu berlalu membawa segudang rasa sakit, hingga menembus dalam hatinya.

"Raga ...."

Raga berhenti, saat melihat Hafsah berlari kearahnya. Pria itu tersenyum nanar, menyembunyikan rasa kebas dari tangannya.

"Raga ... Aku mencintaimu!" tangisan Hafsah pecah, menghambur dalam pelukan sahabatnya itu.

Merasa shock? Jelas!

Tidak pernah terpikirkan, jika selama ini Hafsah juga mencintainya. Benar yang dikatakan Bastian 2 tahun lalu. Raga masih mematung. Membalas pelukan Hafsah, rasanya masih terlalu kaku.

"Hafsah! Apa yang kamu lakukan! Tidak tahu malu!" bentak Pak Mulyo mulai geram dengan tindakan sang putri.

Dengan cepat, pria parubaya itu beranjak. Wajahnya menahan amarah yang sangat besar. Dia menarik pundak Hafsah, serta mendorong tubuh Raga kebelakang.

"Pak, tolong jangan sakiti Raga! Hafsah sangat mencintai dia," gumam Hafsah disela isakan tangisnya.

"Sudah Bapak duga ... Rupanya kamu juga mencintai Pria miskin itu, Hafsah! Dimana otakmu! Dia tidak akan membuatmu bahagia! Lebih baik sekarang kamu masuk! CEPAT, MASUK!" bentak pak Mulyo kembali.

"Dan kamu," pak Mulyo menudingkan jari telunjuknya pada wajah Raga. "Jangan pernah mengganggu Hafsah lagi!"

Setelah itu, pak Mulyo menarik lengan Hafsah untuk dipaksanya masuk.

Raga hanya menatap nanar orang yang begitu dia cintai juga. Dibawah langit yang bersemu orange itu, hati Raga benar-benar hancur tak tersisa. Perjuanganya terhadap Hafsah selama ini, rupanya tidak juga dapat meluluhkan hati orang tuanya.

Angin sore berhembus pelan, menemani perjalanan kepulangannya. Ternyata benar-benar sakit, menjadi orang tidak punya. Bibir tipis itu mulai tersenyum. Namun bukan senyum menawan, melainkan senyum paksaan. Di paksa untuk kuat, demi sang pujaan.

'Aku juga mencintaimu, Hafsah!'

*

*

*

Pagi harinya, tepat setelah bangun tidur.

Semenjak kelulusan, Hafsah enggan lagi melanjutkan studinya, karena dia ingin bekerja saja. Hafsah sendiri bekerja di sebuah Bank Swasta yang tidak jauh dari Desanya.

Pagi itu, entah mengapa perut Hafsah terasa aneh. Sejujurnya, Hafsah sudah merasakan sesuatu yang terasa mengganjal, 2 minggu belakangan ini. Namun pagi ini, terdapat suatu dorongan dari perutnya, sehingga membuatnya terasa mual ingin memuntah.

Huek! Huek!

Hafsah segera keluar, sambil membekap mulutnya. Dia masuk kedalam kamar mandi, dan langsung memuntahkan isi perutnya.

"Hafsah, kamu tidak apa-apa?" teriak bu Mirna dari luar. Dia yang saat ini tengah memasak, langsung menghentikan aktivitasnya.

Terdengar suara guyuran air dari gayung. Hafsah segera mengelap mulutnya dengan kaos yang dia pakai. Pagi ini wajahnya benar-benar pucat.

Begitu keluar dari kamar mandi, pandangan Hafsah mendadak menggelap. Hingga tiba-tiba ....

Brugh!

Hafsah pingsan tepat disebelah kaki ibunya. Melihat itu, bu Mirna terkejut dan langsung berteriak memanggil suaminya.

"Pak, Hafsah pingsan, Pak ...."

Pak Mulyo yang tadi diteras sedang memeberi makan burung piaraannya, spontan terkejut saat mendengar istrinya berteriak kencang. Pria itu menaikan sedikit sarungnya, dan langsung bergegas menuju belakang.

"Hafsah ... Kenapa bisa pingsan?" pak Mulyo ikut bersimpuh didepan tubuh putrinya.

"Sudah pak, mending kita bawa kerumah sakit saja!"

Pak Mulyo langsung mengangkat tubuh putrinya. Setelah itu Hafsah langsung dibawah kerumah sakit menggunakan mobil ceri milik sang Ayah.

** **

Rumah sakit kota Malang.

Malam itu, orang tua Hafsah dibuat hancur oleh pesan yang baru saja disampaikan oleh sang dokter. Tubuh bu Mirna menegang, bahkan mulutnya spontan terkunci tidak dapat berkata apa-apa.

Bagaimana semua itu bisa terjadi pada putrinya, sementara Hafsah bukan gadis nakal yang sering keluar malam. Dan satu lagi! Pacar saja gadis itu tidak punya. Lantas, bagaimana semua itu terjadi.

Pak Mulyo menjambak rambutnya dengan kasar. Ingin marah, namun dengan siapa dia dapat melampiaskan kemarahannya itu.

Hafsah hanya dapat menangis setelah dia tersadar. Dia benar-benar positif hamil! Dan kehamilannya, sudah menginjak usia 2 bulan. Dunia terang Hafsah, mendadak terasa gelap, bak tiada penerangan. Masa depannya hancur, bingung harus berbuat apa.

Siapa pria yang tega melecehkannya pada malam itu?

"Siapa yang sudah menghamilimu, Hafsah?" bentak pak Mulyo yang sudah naik pitam.

Disela isakannya, Hafsah hanya menggelang pelan, karena dia benar-benar tidak tahu siapa yang sudah merampas kesuciannya.

"Jangan diam, Hafsah! Jawan siapa yang sudah berbuat itu padamu? Katakan pada ibu!" sahut bu Mirna ikut marah, dengan mata yang sudah memanas.

"Hafsah benar-benar nggak tahu, bu! Hafsah pasti sudah dijebak!" teriak Hafsah merasa frustasi.

Pak Mulyo mendesah kasar. Dia mendekat kearah Hafsah, sambil berkata, "Jangan-jangan ... Pria miskin itu yang sudah menghamilimu! Jawab?"

"Bukan, Pak! Raga tidak pernah berbuat itu pada Hafsah-"

"Terus saja kamu membelanya, Hafsah!" geram pak Mulyo menatap bengis putrinya.

Bu Mirna menarik bahu suaminya, "Sudah pak, kita di rumah sakit! Jangan teriak-teriak!"

Malam itu Hafsah benar-benar hancur tanpa sisa. Dia saat ini tengah mengandung sang buah hati, tanpa dia tahu jelas siapa pria malam itu.

Selang beberapa hari setelah kepulangan Hafsah dari rumah sakit. Dia mengabari Raga bahwa dirinya sedang berbadan dua. Bastian? Semenjak kepergiannya ke Luar Negeri, Bastian tidak pernah sekalipun menelfon, atau bertukar pesan kepada para sahabatnya. Pria itu bagai tertelan bumi.

Hamil?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!