Episode 4

Tok.. Tok..

"Ga ... Aku takut sama Bapak!" gumam Hafsah dengan suara bergetar.

"Kamu tenang saja, ada aku disini! Nanti aku yang akan berbicara dengan Bapakmu." Raga masih mengeratkan genggaman tangan Hafsah. Sebagai sahabat dia akan selalu ada buat Hafsah, tidak hanya saat senang saja.

Begitu pintu terbuka dari dalam, Pak Mulyo keluar bersama sang istri~Bu Mirna. Di desanya, pak Mulyo menjabat sebagai perangkat desa. Walaupun tidak sekaya orang tua Bastian, jika dibanding kehidupan Raga, keluarga Hafsah cukup terpandang di desanya.

"Apa yang terjadi?" cemas bu Mirna saat menatap keadaan sang putri.

Pak Mulyo sudah berpikir negatif, karena putrinya datang larut malam, dengan sisa tangis diwajahnya.

"Begini, pak, bu ... Biar saya jelas-"

"KAMU APAKAN PUTRI SAYA, HA?" bentak pak Mulyo yang sudah terbawa emosi. Dan sudah sejak dulu, dia tidak menyukai Raga karena kehidupan pria itu.

"Pak, tolong dengarkan saya dul-"

Bugh!!!

Raga spontan mundur, saat mendapat pukulan diarea perutnya. Pak Mulyo yang begitu benci, dia menganggap putrinya pasti diapa-apakan oleh pria itu.

"Bapak!" pekik bu Mirna terkejut.

Hafsah juga tak kalah terkejut. Dia membantu Raga untuk bangkit. Bukan kali ini saja, Raga mendapat perlakuan keras dari pak Mulyo. Sudah sering kali disaat Raga mengantar Hafsah pulang, atau sekedar mengajak Hafsah untuk mengerjakan tugas kelompok.

"Ga ... Kamu tidak apa-apa? Lebih baik kamu pulang saja sekarang! Aku nggak mau kamu babak belur gara-gara Bapak," gumam Hafsah terisak kembali.

"Bapak sudah pernah bilang sama kamu, Hafsah! Jangan dekat-dekat dengan anak itu! Hidupnya sejak dulu selalu susah! Apalagi keluarganya ... Tidak jelas!" maki Pak Mulyo hingga urat dilehernya ikut menonjol.

Raga hanya terdiam. Sudah seringkali ayah sahabatnya itu menghina hidupnya. Namun Raga bukan pria yang pantang menyerah. Dia mencoba mendekat lagi sambil memegang perutnya.

"MAU APALAGI, KAMU?" bentak kembali pak Mulyo.

"Pak, benar saya orang tidak punya! Tapi saya tidak pernah berniat jahat kepada Hafsah. Persahabatan kami murni, tanpa ada embel-embel apapun!"

"Halah, banyak omong!"

Bugh!!

Wajah Raga hingga menoleh kesamping, saat pak Mulyo mendaratkan pukulan pada wajah Raga.

"Sudah, pak!" teriak bu Mirna. "Hafsah, suruh Raga pulang! Lagian ini sudah malam!" suara bu Mirna meninggi. Dia lalu menarik lengan suaminya untuk diajak masuk.

Hafsah kembali menangis, saat mendapati sudut bibir Raga sedikit robek.

"Ga, maafkan Bapak! Kamu pulang saja, aku nggak sanggup melihat keadaanmu sekarang!" gumam Hafsah semakin melemah suaranya.

Hingga, tiba-tiba ....

Brug ..

"Hafsah!" Raga membolakan mata, saat melihat sahabatnya ambrug begitu saja di atas lantai keramik.

Pria itu lantas bersimpuh, sambil membangunkan Hafsah.

"Bu, pak ... Tolong, ini Hafsah pingsan!" teriak Raga spontan.

Kedua orang tuan Hafsah kembali keluar. Mereka melebarkan mata, saat melihat putrinya lemas tak berdaya.

Disaat Raga ingin mengangkat tubuh Hasfah, seketika ...

"JANGAN SENTUH PUTRI SAYA! LEBIH BAIK KAMU PULANG, SEKARANG!" bentak kembali pak Mulyo

"Hafsah!" pekik bu Mirna yang juga ikut bersimpuh, sambil menggoyangkan wajah sang putri. Tatapan bu Mirna beralih pada Raga, "Sudah, Raga ... Lebih baik kamu pulang! Kamu ini malah tambah bikin masalah baru saja! Sudah cepat, pulang!" ucapnya sinis.

Raga lalu bangkit. Sejujurnya dia tidak tega melihat Hafsah dalam keadaan tek berdaya seperti saat ini. Namun apa boleh buat, dia harus segera pergi.

Sesekali Raga masih menoleh, saat tubuh Hafsah sudah diangkat oleh ayahnya. Dia hanya takut, jika Hafsah akan semakin terpukul dengan keadaanya dimasa depan.

Singkat waktu,

Hampir pukul 11 malam, motor Raga baru berhenti didepan rumah sederhana itu. Rumah yang jauh dari kata sempurna. Raga sudah berinisiatif, setelah dia lulus, dia akan melamar pekerjaan. Ya walaupun dia tahu, dia saat ini pun bekerja separuh waktu sama seperti Hafsah. Dengan tekad yang dia punya, Raga berharap kehidupannya dapat sedikit berubah.

Ah!

Rintihnya, saat luka itu terasa nyeri. Dia berdiam sejenak diluar, memikirkan alasan apa yang tepat, disaat nanti sang Nenek melihat lukanya. Tubuh Raga rasanya remuk. Perutnya terasa kebas, hingga terlihat membiru saat dia menyingkap kaos dalamnya.

Sejak tadi, mbok Nah sempat mendengar suara motor cucunya sudah tiba. Karena yang ditunggu tak kunjung masuk, wanita tua itu berjalan dengan pincang menuju keluar.

"Simbok ... Simbok ngapain belum tidur?" Raga segera turun, lalu menuntun sepeda motornya untuk masuk kedalam.

Mbok Nah mengernyitkan dahi, saat menyadari wajah cucunya terluka. Dengan cepat, dia menghentikan langkah Raga.

"Kamu habis berantem sama siapa lagi, Ga? Setiap kamu habis nganter Hafsah, mesti pada bonyok gini wajahmu! Apa yang sebenarnya terjadi?" cemas mbok Nah menahan tangis.

Raga hanya tekekeh pelan. Setelah menutup kembali pintunya, Raga merengkuh pundah renta sang Nenek untuk diajaknya masuk kedalam.

"Raga tadi jatuh dari motor, Mbok! Jalanan desa sebelah banyak yang berlubang. Karena lampu motor Raga nggak terlalu terang, jadi nyungsep deh," dalihnya agar sang Nenek tidak terlalu khawatir.

Wanita tua itu memicing. Setelah itu segera pergi kebelakang untuk mengambilkan air hangat. Itulah yang mbok Nah khawatirkan setiap cucunya mengantatkan Hafsah pulang.

Sementara di kediaman Atmaja,

Bastian saat ini hanya duduk diteras balkon sambil menyalakan sebatang rokok. Pikirannya kalang kabut, atas kejadian beberapa jam lalu. Dia merasa muak pada dirinya sendiri, atas apa yang sudah dia lakukan pada sang sahabat.

"Bas, kamu belum tidur, Sayang?" panggil nyonya Dina mengedarkan pandanganya.

Bastian segera mematikan putung rokok tersebut. Dia menarik nafas dalam, sebelum bangkit dari duduknya. "Bastian di balkon, Mah!" teriaknya.

Nyonya Dina tersenyum. Dia juga ikut diduduk di kursi sebelah sang putra. Pada saat itu, nyonya Dina tengah mengandung calom adik Bastian yang sudah berusia 7 bulan. Dan nyonya Dina berencana, dia ingin melahirkan di London, agar dekat dengan sang ibunda.

"Kok kamu belum nyiapin apa-apa, Bas? Penerbangan pukul 10 pagi! Ayo cepat packing!" ucap sang ibu, saat melihat koper Bastian hanya tergeletak diatas kasur saja.

Hah..

Bastian mendesah dalam. Dia menegakan posisi duduknya, menatap lurus kedepan. "Itu masalah gampang, Mah! Setelah ini pasti aku packing. Aku mau nyantai dulu," jawabnya menoleh.

"Bagaimana tadi pestanya, Bas? Seru, nggak? Kasih tahu dong sama Mamah! Dulu saja, Mamah nggak pernah yang namanya pesta-pesta kelulusan kaya gitu. Omamu tidak pernah ngebolehin Mamah, takutnya jika Mamah kenapa-kenapa! Dulu aja ya, Bas ... Banyak sekali anak muda yang bilangnya mau pesta, malah pada buat hal yang tidak pantas! Apalagi anak muda jama sekarang ... Sudah berani-beraninya menghamili anak orang, padahal masih bau ingus! Mamah aja ngeri, amit-amit deh keturunan Mamah kaya gitu." Spontan nyonya Dina mengusap perutnya, agar tidak berpengaruh pada kehamilannya.

Uhuk! Uhuk!

Entah mengapa tonggorokan Bastian seketika tercekat, terasa kering. Ucapan sang Mamah barusan bagaikan anak busur panah, yang tepat menembus jantungnya saat ini. Dia mencoba mengenyahkan. Berharap apa yang dia lakukan itu, tidak akan menghambat masa depannya kelak.

"Batuk diminumin obat, Bas! Mamah lagi hamil, kamu malah menebar virus! Suda ah, Mamah mau tidur aja!"

Bastian masih mematung ditempat. Dia bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Apa yang akan dia katakan pada Hafsah, bahwa dia akan pindah ke London. Dan apakah Bastian akan mengakui semua itu pada Hafsah, sementara dia akan segera pergi.

______

Keesokan Paginya,

Mereka bertiga bertemu, karena Bastian akan berpamitan untuk kepergiannya ke London. Sudah 5 menita berlalu, namun mereka bertiga masih terdiam, larut dalam pikirannya masing-masing.

Hafsah tidak begitu ingat, siapa yang telah menodainya tadi malam. Yang dia ingat, malam itu kepalanya tiba-tiba berdenyut nyeri, dan setelah itu dia berakhir diatas ranjang, dengan pakaian terbuka.

"Ga ... Wajahmu memar? Kenapa?" Bastian mencoba memecah suasana, agar tidak terlalu tegang.

"Kejedot pintu, Bas! Nggak papa, nggak usah terlalu dipikirin," bantah Raga terkekeh.

Hafsah masih terdiam. Dia hanya takut, jika suatu saat akan ada kehidupan baru didalam jiwanya. Pikirannya sibuk menerka, siapa pria yang tega melecehkannya pada saat malam itu.

"Bastian, apa kamu tahu ... Siapa yang telah berbuat sekeji itu padaku?" ucap Hafsah menatap gelas didepannya, dengan tatapan kosong.

"Hafsah-"

"Apa yang akan kamu lakukan, jika tahu siapa orangnya, Hafsah!" sahut Bastian menyela ucapan Raga.

"Demi ALLAH, aku tidak akan memaafkan dia! Tidak hanya meninggalkan trauma ... Dia juga telah menghancurkan masa depanku!" jawab Hafsah menekan penuh kalimarnya. Bibir mungil itu terlihat bergetar menahan tangis.

Degh!!!

Tubuh Bastian spontan terasa kaku. Bagaimana jika kelak Hafsah tahu, jika dirinyalah yang sudah menodai gadis lembut itu. Tatapn Bastian beralih pada Raga. Sahabatnya itu memejamkan mata dalam-dalam, sambil menghela nafas.

'Apapun yang terjadi denganmu, demi ALLAH aku akan bertanggung jawab menggantikan Bastian, Hafsah! Maafkan aku jika terkesan jahat. Tapi aku nggak mau, persahabatanmu dengan Bastian pecah, karena kesalahan satu malam!'

Keringat dingin seketika mengucur dari pelipis Bastian. Pria itu terlihat cemas, dengan pikiran yang sudah kemana-mana. 'Nggak, nggak mungkin hanya sekali langsung hamil! Perasaan aku tidak menuntaskannya malam itu! Nggak, aku nggak boleh pesimis seperti ini. Benar aku mencintai Hafsah! Namun, aku juga harus memikirkan masa depanmu kelak!'

"Guys jangan pernah lupakan aku! Aku pamit dulu. Oh ya Ga! Aku titip Hafsah! Sering-seringlah memberiku kabar!" ucap Bastian seraya bangkit. Dia menatap arlojinya kembali. Dan benar waktu sudah menunjukan pukul 09.30

"Hati-hati, Bas! Aku nggak bisa kasih kamu apa-apa. Hanya doa, semoga kamu sekeluarga selamat sampai tujuan!"

"Thank's ga!" Bastian langsung beranjak pergi dari sana.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Epispde 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85~TAMAT
86 Novel baru ~Love At Twilight~
87 Episode 87 (Bonus)
88 Episode 88 (Bonus)
89 Episode 89 (Bonus)
90 Episode 90 (bonus)
91 Episode 91 (Bonus)
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Epispde 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85~TAMAT
86
Novel baru ~Love At Twilight~
87
Episode 87 (Bonus)
88
Episode 88 (Bonus)
89
Episode 89 (Bonus)
90
Episode 90 (bonus)
91
Episode 91 (Bonus)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!