...Di dalam ruangan, Viola membeku di tempatnya. Matanya membulat sempurna, tak percaya dengan sosok pria di hadapannya. Bagaimana mungkin? Pria itu tampak renta, garis keriput menghiasi wajahnya seperti peta usang, dan perutnya membuncit, mengingatkannya pada sosok kakeknya di kampung halaman....
"Manis, marilah duduk di sini," suara serak pria itu memecah keheningan, disertai tepukan di kursi kosong sebelahnya. Matanya berbinar penuh harap, kontras dengan penampilannya yang senja.
...Viola mengedarkan pandangannya ke seantero ruangan, seolah ada kepingan teka-teki yang hilang di antara perabotan antik dan tirai beludru. Senyum ramah pria tua itu memudar saat menyadari kegelisahan tamunya....
"Ada yang kaucari, Nak?" tanyanya dengan nada lembut.
"Begini, Kek," jawab Viola, matanya mengerjap polos menatap wajah renta di hadapannya. "Bukankah Kakek datang untuk... menjodohkanku dengan cucu Kakek?"
...Tawa riang pria itu tiba-tiba meledak, menggema di ruangan yang sunyi. Namun, secepat kilat, tawa itu lenyap, digantikan oleh ekspresi dingin yang menusuk....
"Jadi, si ular betina itu tidak memberitahumu apa-apa?" desisnya, nada suaranya berubah tajam. "Akulah yang akan melamarmu, Nona Manis. Kau akan menjadi istriku."
"Apa?!" pekik Viola, matanya membulat sempurna.
"Benar," jawabnya dingin. "Dan sekarang, semua uang mahar telah diterimanya. Jadi, duduklah dengan patuh."
"Aku tidak mau! Aku mau pulang!" tolak Viola, berbalik dengan maksud untuk pergi, namun...
Swoosh.
...Secepat kilat, pria tua itu meraih rambut Viola dan membenturkannya ke dinding dengan kasar. Kemudian, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Viola sambil menekan kepala Viola di dinding....
"Aku tidak punya waktu untuk bermain tarik ulur, wanita jalang. Jadilah pemuas yang patuh," bisiknya seraya merogoh saku dan mengeluarkan sebuah jarum suntik.
"Aarrgh! Lepaskan!" teriak Viola, meronta-ronta.
"Hehehe, aku suka wanita yang selalu melawan sebelum disantap," bisiknya sambil menyuntikkan jarum itu ke salah satu paha Viola.
"Aakkhh!" jerit Viola, merasakan sakit yang tiba-tiba akibat suntikan itu.
"Dan sekarang...."
Sreeek!
...Pria tua itu merobek gaun seksi di bagian belakang Viola, membuat punggungnya terekspos sempurna....
"Wah... sungguh indah," gumam pria tua itu, mengusap sudut bibirnya yang berliur saat menatap punggung Viola yang putih bersih bagai susu.
"Lepaskan!" jerit Viola, terus meronta.
Bruk!
...Pria tua itu melepaskan cengkeramannya, membiarkan Viola jatuh terduduk lemas di lantai. Gaunnya melorot ke bawah akibat robekan, membuatnya berusaha menahannya....
"Santai saja," ucap pria itu dengan nada meremehkan sambil melangkah menuju kursi dan duduk. Ia menoleh ke arah Viola. "Obat itu akan bekerja dan membuatmu datang sendiri padaku."
...Viola menunduk dan menangis tersedu-sedu. Ia tak menyangka, selain menyiksa, ibu tirinya pun dengan sengaja menjebaknya. Kini, harga dirinya benar-benar hancur berkeping-keping....
"Ugh... panas..." lirih Viola, merasakan sensasi panas menjalar di sekujur tubuhnya.
Pria itu tersenyum lebar, penuh kemenangan. "Kemarilah... aku akan mengobatimu," ujarnya sambil menepuk pahanya.
"Aku lebih baik mati daripada menyerahkan diriku kepadamu," desis Viola dengan susah payah. Ia berusaha bangkit dan berdiri tegap, meskipun pandangannya mulai kabur dan tubuhnya terasa semakin lemah.
"Sepertinya ucapan lembut tidak akan membuatmu menurut. Baiklah..." Pria tua itu bangkit dan melepaskan ikat pinggangnya. "Kau butuh sedikit ketegasan agar patuh."
...Ia melangkah mendekati Viola, lalu melayangkan sabuk pinggang itu, mendarat di tubuh Viola dan meninggalkan bekas merah panjang di setiap sentuhan....
...Viola menangis histeris, mencoba menghindar sambil merangkak mundur. Tangannya tanpa sengaja menyentuh sebuah vas bunga di atas meja....
...Tanpa berpikir dua kali, Viola meraih vas bunga itu dan dengan sekuat tenaga mengayunkannya ke arah pria tua itu....
Prang!
"Aakkhh!" teriak pria tua itu sambil memegangi kepalanya dan menjauhi Viola.
...Mendengar teriakan atasannya, sopir yang berjaga di luar segera membuka pintu dan masuk....
Ceklek.
"Tuan!" pekiknya panik, langsung berlari ke arah atasannya yang kini terduduk lemas di kursi sambil memegangi kepalanya yang terus mengeluarkan cairan merah.
Melihat celah, Viola segera melangkah keluar ruangan dengan langkah lemah.
"Tangkap wanita itu, dan bawa dia kembali padaku!" sergah pria tua itu dengan marah.
"Baik, Tuan!" jawab sopir itu sigap.
...Sopir itu segera berlari keluar dan berusaha meraih Viola yang berjalan tertatih menuju pintu pria yang tadi ditamparnya di dalam lift....
Brak, brak!
"Tolong aku..." lirih Viola sambil menggedor pintu itu dengan gerakan lemah.
"Nona!" pekik sopir itu, berusaha menghentikan Viola.
"Aku mohon... siapapun, tolong bantu aku," Viola semakin panik melihat sopir itu semakin dekat.
Ceklek.
"Kenapa ribut sekali," desis pria tadi muncul dari balik pintu.
"Tuan..." lirih Viola, berjalan mendekati pria yang membuka pintu. Ia berdiri di sampingnya sambil menunduk dan memegangi erat gaunnya yang robek.
...Sopir itu menelan ludah dengan susah payah. Perlahan, ia mundur beberapa langkah menjauh....
"Hei! Di mana wanita sialan itu?!" pekik pria tua itu, berjalan ke arah sopir sambil memegangi kepalanya yang terluka.
"Tu-Tuan, i-itu..." tunjuk sopir itu dengan gugup ke arah Viola yang kini berdiri di samping pria bertubuh kekar dan berwajah dingin itu.
...Pria tua itu mengikuti arah tunjuk sopirnya, dan seketika ia pun menelan ludah dengan kasar....
"Tu-Tuan Revan? Maaf kami membuat sedikit keributan. Nona itu adalah tunangan saya, dia sedikit marah karena cemburu," ucapnya berbohong, mencoba menutupi situasi sebenarnya.
Revan menoleh ke arah Viola, tatapannya menyelidik. "Benarkah demikian?" tanyanya dengan nada datar.
Viola mendongak, menatap Revan dengan mata sayu yang memohon. Ia menggeleng pelan. "Di-dia berbohong, Tuan. Saya mohon, percayalah..." jawab Viola lirih, suaranya hampir tak terdengar.
Revan mengalihkan pandangannya yang tajam ke arah pria tua dan sopirnya. "Segera pergi dari sini, atau aku sendiri yang akan melemparkan kalian keluar," gertaknya dengan nada dingin dan penuh ancaman.
...Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, pria tua dan sopirnya itu langsung bergegas pergi, menghilang secepat angin bertiup. Revan kemudian melepaskan jasnya dan dengan lembut memakaikannya pada tubuh Viola yang semakin lemas dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan itu....
(Bersambung)
...*Bonus*...
(Visual Revan)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Tiara Bella
apa yg akan dilakukan Revan sm viona ya....
2025-04-27
2
lontongletoi
visualnya mantap keren kece badai pokonya 🔥🔥🔥🔥
2025-05-07
1