(Tasya sang adik)
(Viola)
...(Kembali ke cerita)...
...Singkat cerita, Viola dan ibunya dibebaskan dengan uang jaminan dari Tuan Hernan. Mereka pun dibawa kembali ke rumah yang terasa begitu asing dan penuh kenangan pahit itu....
...Dengan langkah berat, Viola keluar dari mobil dan membantu ibunya turun. Helaan napas panjang mengiringi saat ia mendorong kursi roda ibunya memasuki rumah....
...Pintu terbuka, dan tatapan marah Tuan Hernan langsung menyambut mereka. Tanpa sepatah kata pun, ia berjalan cepat ke arah mereka berdua....
Plak!
...Satu tamparan keras mendarat di wajah ibunda Viola. Emosi Viola seketika tersulut, matanya memancarkan amarah yang membara....
"Kenapa kamu menampar ibuku!" bentak Viola, suaranya bergetar.
"Diam kamu!" sentak Tuan Hernan, jari telunjuknya menunjuk tepat di wajah Viola dengan penuh kemarahan.
"Aku tidak mau diam! Kau mau apa?!" tantang Viola, emosinya benar-benar di ubun-ubun.
Plak!
...Tamparan berikutnya terasa lebih perih, mendarat telak di pipi Viola. Kali ini, bukan Tuan Hernan pelakunya, melainkan Nyonya Amalia....
"Nenek lampir sialan!" teriak Viola penuh dendam, matanya menyala menatap tajam Nyonya Amalia. Ia hendak menerjang wanita itu.
"HENTIKAN, VIOLA!" hardik Tuan Hernan dengan suara menggelegar, membuat Viola membeku di tempat, tubuhnya menegang.
"Kalau kamu tidak mau mendengarkanku, maka aku tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk merawatnya," ancam Tuan Hernan, matanya dingin dan tanpa belas kasihan.
...Perlahan, Viola memutar kepalanya, menatap Tuan Hernan dengan air mata yang tanpa sadar mengalir deras di pipinya....
"Kamu... kamu menggunakan ibuku untuk mengancamku? Tuan Hernan yang terhormat," tekan Viola dengan bibir bergetar hebat menahan emosi yang bercampur aduk. "Aku tahu kamu membencinya karena dia lumpuh, tapi ingatlah satu hal," Viola menarik napas dalam-dalam, suaranya tercekat. "Dia juga wanita yang pernah kau cintai sebelum kamu berpaling akibat hasutan nenek lampir itu."
...Tak terima dengan ucapan Viola, Nyonya Amalia berjalan mendekati Tuan Hernan dan merangkul erat lengannya yang kekar. Ia melirik sinis ke arah Nyonya Adelia dan Viola bergantian....
"Tapi sayangnya, itu semua hanyalah masa lalu. Sekarang, suamiku hanya mencintaiku, bukan begitu sayang?" Nyonya Amalia mendongak menatap Tuan Hernan dengan senyum dibuat-buat. "Iya kan, suamiku?" tanyanya dengan nada manja yang menusuk telinga.
"I-iya," jawab singkat Hernan, tampak sedikit gugup.
"Aku tidak akan-"
"Viola." Suara lembut Nyonya Amalia memanggil, senyumnya palsu namun berusaha terlihat tulus. Ia meraih tangan Viola yang kini gemetar hebat.
...Viola memejamkan kedua matanya rapat-rapat, berusaha keras meredam gejolak emosi yang semakin membakar hatinya. Setetes air mata kembali lolos, membasahi pipinya. Perlahan, ia membuka mata dan menoleh ke arah ibunya yang duduk tak berdaya di kursi roda tak jauh darinya....
"Mama..." lirih Viola, suaranya tercekat. Ia segera berjongkok di hadapan sang ibu, meletakkan kepalanya di pangkuan lemah itu. Tangisnya pun pecah, isakannya memenuhi keheningan ruang tengah yang dingin.
"Sudah, Nak... maafkan Mama karena tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu," ucap Nyonya Adelia, air matanya pun ikut menetes membasahi rambut putri tunggalnya yang ia usap dengan lembut.
...Diam-diam, Tuan Hernan mengepalkan tangannya. Nyonya Amalia yang menyadari perubahan air muka suaminya itu langsung merengut marah dan melepaskan rangkulannya....
"Jangan membuat terlalu banyak drama di sini! Pelayan!" pekiknya memanggil dengan nada tinggi.
...Para pelayan yang mendengar teriakan itu segera berlari menghampiri mereka dan berdiri membungkukkan kepala....
"Iya, Nyonya," sahut salah seorang pelayan.
"Bawa wanita lumpuh itu ke kamar, dan segera persiapkan gadis keras kepala ini. Sebentar lagi dia akan pergi makan siang dengan calon suaminya," perintah Nyonya Amalia dengan nada tegas dan tanpa bantahan.
"Baik, Nyonya."
...Para pelayan itu segera mendekati kursi roda Nyonya Adelia dan hendak menyentuhnya. Spontan, Viola mengangkat kepalanya, menatap tajam setiap pelayan dengan sorot mata penuh ancaman....
"Kalau kalian berani menyentuhnya, aku tidak akan segan-segan mematahkan tangan kalian," ancam Viola dengan suara rendah namun penuh keyakinan.
"Viola, sebaiknya kamu menurut. Sebentar lagi orang yang akan membantu biaya pengobatan ibumu akan datang menjemputmu, sebelum malaikat maut lebih dulu menjemput wanita lumpuh itu," ujar Nyonya Amalia dengan nada dingin dan menusuk.
"Nak," panggil Nyonya Adelia lembut, mengusap sisa air mata di pipi Viola dengan sayang. "Jangan lakukan apa pun, Mama baik-baik saja kok. Ini hanya demam biasa, percayalah," ucap Nyonya Adelia, berusaha meyakinkan Viola meskipun raut wajahnya menyimpan kekhawatiran.
...Viola menatap wajah cantik ibunya yang kini mulai dihiasi kerutan halus dan tampak pucat. Hatinya teriris melihat kondisi sang ibu....
Aku akan melakukan apa pun demi ibu. Aku janji. Dan kita akan segera pergi dari sini, dengan cara apa pun, batin Viola, sebuah tekad bulat menguat dalam dirinya. Ia hanya bisa tersenyum pahit menatap ibunya, menyembunyikan gejolak batinnya.
...Kemudian, dengan langkah pasrah namun penuh tekad tersembunyi, ia bangkit dan mendorong kursi roda ibunya menuju kamar, lalu masuk ke dalam....
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Bunggo Sikumbang
satu ayah itu sedarah.itu kandung bukan adik tiri thor.
2025-04-28
1
Tiara Bella
semoga yg dinikahi viona orng baik
2025-04-27
1