Bab. 04 Bukan Wanita Bayaran?

Sagara mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol untuk menghubungi Lee—asisten pribadinya.

“Lee, datang ke kamarku sekarang juga. Aku butuh penjelasan darimu,” katanya dengan wajah dingin, lalu memutus panggilan sebelum Lee sempat menjawab.

Tak membutuhkan waktu lama, Lee tiba di kamar hotel milik Sagara. Pintu terbuka perlahan, Lee masuk dengan tergesa-gesa. Wajahnya langsung menegang ketika melihat kondisi Sagara.

Rambutnya acak-acakan, kemeja setengah terbuka, bekas cakaran kuku ada dimana-mana dan sorot matanya yang tajam, menatapnya penuh amarah.

“Tuan apa yang terjadi pada anda?” tanya Lee dengan hati-hati sembari memperhatikan kamar Sagara yang berantakan.

“Apa yang terjadi katamu? Kamu masih bisa bertanya seperti itu, Lee? Tidak lihat ini semua gara-gara kamu!” Sagara berdiri dengan mata menyala menahan emosi yang sudah memuncak.

Teriakannya membuat Lee semakin terkejut. Pria muda itu memang terkenal memiliki temperamen yang sulit ditebak, tapi jarang sekali Lee melihat Sagara semarah ini.

“Gara-gara saya, Tuan? Maaf, tapi saya benar-benar tidak mengerti apa maksud anda. Saya lembur semalam saat anda memutuskan untuk pulang lebih awal.” Lee mundur sedikit. Ia menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

“Semuanya kacau, Lee!” seru Sagara.

“Kacau?”

“Ya. Semalam ada seorang gadis asing yang salah masuk kamarku, dan sekarang aku terbangun dalam kondisi yang sama sekali tidak masuk akal!” Sagara memijat pelipisnya, berusaha mengatasi sakit kepala yang menghampirinya akibat alkohol semalam.

Lee diam sejenak, mencoba mencerna penjelasan dari potongan informasi yang diberikan Sagara.

“Tuan, bukankah anda mabuk tadi malam? Mungkin anda sedang bermimpi ada seorang gadis datang dan–”

“Jangan berikan aku alasan yang tidak masuk akal!” Sagara memotong ucapan sang asisten. “Cari tahu apa yang terjadi semalam dan aku mau jawabannya sekarang!”

“Tapi, Tuan–”

“Sekarang Lee!” bentak Sagara.

Tanpa banyak berkata lagi, Lee langsung bergegas keluar. Ia tahu, kalau Sagara sudah berada dalam mode marah seperti ini, tidak ada gunanya berdebat.

Lee mengeluarkan ponselnya, menghubungi beberapa orang yang bertanggung jawab mengatur reservasi dan acara di hotel semalam. Untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang apa yang telah terjadi.

Sementara Lee sibuk menyelidiki, Sagara masih duduk diam, mencoba mengingat kembali setiap detail kejadian semalam.

Wajah gadis itu terus terbayang di dalam benaknya. Mata polosnya yang dipenuhi ketakutan, tubuhnya yang gemetar, dan kata-katanya yang terbata ketika mencoba menjelaskan semuanya.

Meski amarah masih membakar dalam dirinya, ada rasa bersalah yang menyelinap di hati Sagara. Mungkinkah gadis itu benar-benar tidak bersalah? Pikirnya.

Tak lama kemudian, Lee kembali dengan wajah sedikit tegang. “Tuan saya sudah mendapatkan semua informasinya.”

“Jelaskan tanpa ada yang terlewat sedikitpun!” tegas Sagara.

“Ternyata, kekasih anda telah memesan wanita bayaran untuk datang ke kamar anda sebagai hadiah perpisahan.”

“Hadiah?” Sagara terdiam, ia membeku mendengar penjelasan itu. Kemarahannya yang semula diarahkan ke Lee kini berbalik.

Kekasihnya? Mengirim wanita sebagai hadiah perpisahan? Sagara merasa muak dan marah pada saat yang bersamaan.

“Jadi, wanita yang datang seharusnya datang semalam bukan gadis itu? Maksudnya, gadis itu bukanlah wanita bayaran?” tanya Sagara.

Lee mengangguk.

“Ya, Tuan. Sepertinya terjadi kesalahan. Wanita yang dipesan belum datang pada waktu yang sudah ditentukan. Dan gadis malang itu secara tidak sengaja masuk ke kamar anda. Ini murni kesalahpahaman.”

Sagara menghela nafas panjang, menahan gejolak kemarahan yang bergolak di dalam dirinya. Seluruh kejadian ini seolah semakin memperparah rasa kecewa dan pengkhianatan yang ia rasakan.

Kekasihnya, yang pergi tanpa memberinya kabar, ternyata masih ingin mempermainkan dirinya sampai saat terakhir. Dan gadis malang yang tidak tahu apa-apa itu, tanpa sengaja terseret dalam masalah ini.

“Pantas saja aku melihat darah,” gumamnya merasa bersalah sudah menuduh Alika yang tidak-tidak. Lalu, dengan mata tajam, Sagara menatap Lee. “Aku akan mengurus masalah ini nanti. Untuk sekarang, aku butuh waktu sendiri. Jangan biarkan siapapun menggangguku!”

“Tentu, Tuan,” jawab Lee cepat, lalu meninggalkan kamar.

Sagara terdiam di dalam kamar, rasa marah bercampur dengan perasaan bingung yang terus berputar di kepalanya.

Tiba-tiba saja, ponselnya yang berada di atas meja samping tempat tidur, bergetar. Nama kakeknya muncul di layar.

“Ya, Kakek?”

“Pulang sekarang! Ada hal penting yang ingin kakek bicarakan denganmu.” Suara kakeknya terdengar tegas seperti biasa, tanpa basa-basi.

“Hal penting apa lagi? Bisakah kita membicarakannya besok? Aku sedang tidak enak badan, Kek,” ucap Sagara sengaja mengulur waktu. Ia benar-benar tidak siap untuk menghadapi masalah lain setelah semua yang terjadi.

“Tidak bisa. Masalah ini tidak bisa ditunda seenak gundul mu. Pulang sekarang, atau kamu akan tahu akibatnya.”

Dari nada bicara Hermawan mengisyaratkan bahwa ini bukanlah sebuah permintaan, melainkan perintah.

Dan Sagara tahu, ketika kakeknya sudah berbicara seperti ini, tidak ada ruang untuknya menolak.

“Ya ya. Aku akan pulang, puas!” jawab Sagara akhirnya, menutup telepon dengan kesal.

Terpopuler

Comments

Miu Nih.

Miu Nih.

semoga Sagara merasa bersalah dan bertanggung jawab 🥰

2025-04-26

1

Sari Mut

Sari Mut

kasian Alika

2025-05-16

0

partini

partini

👍

2025-04-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!