“Shh, sakit sekali…” Alika menyentuh kepalanya yang terasa berat. Matanya perlahan terbuka dengan pandangan sedikit kabur.
Sinar matahari pagi menembus celah-celah tirai kamar, menyentuh wajah Alika yang terbaring lemah di atas ranjang. Alika mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan.
Sesaat, pikiran gadis itu kosong. Tubuhnya terasa pegal dan ada rasa sakit yang menyusup di beberapa bagian tubuhnya. Kesadaran mulai kembali ke dalam benaknya.
Alika menoleh ke samping, dan saat itulah dia membulatkan kedua mata. Di sebelahnya, seorang pria berbaring. Pria asing yang semalam sudah merenggut mahkotanya.
“Ini... ini nggak mungkin! Jadi semalam bukan mimpi?” Alika panik.
Nafasnya tertahan dan jantungnya berdebar kencang. Apa yang sebenarnya terjadi? pikirnya dengan tubuh gemetar.
Ingatan-ingatan samar dari malam sebelumnya mulai muncul. Rasa sakit, suara berat pria asing dan perlawanan Alika yang tak berguna. Segalanya terasa seperti mimpi buruk yang nyata. Tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. Kirana merasa mual hanya dengan memikirkannya saja.
Tanpa berpikir panjang, Alika berusaha bangkit dari tempat tidur. Kakinya lemas, tapi dia harus segera keluar dari kamar ini, dari tempat ini, dari pria itu.
“Aku harus pergi sekarang juga!” gumam Alika dalam hati.
Ia segera memakai pakaiannya dan mengambil tas kecil yang berada di atas kursi di samping tempat tidur, kemudian mengarah ke pintu. Namun, tepat saat tangannya meraih gagang pintu, suara berat yang familiar terdengar dari belakang.
“Mau pergi kemana kamu?” Sagara bangun, duduk dengan tubuh setengah te lan jang di atas tempat tidur. Pria itu menatap Alika dengan tatapan tajam. “Setelah berhasil mengambil kesempatan tidur bersamaku, kamu berniat kabur, begitu? Licik sekali!”
Tubuh Alika mematung di tempat. Dia berbalik perlahan, dengan nafas tertahan.
“Apa anda bilang? Mengambil kesempatan?” Alika menggigit bibir bawahnya sendiri. Tak mengerti dengan maksud ucapan pria ini.
Bukankah disini Alika yang dirugikan? Kenapa pria asing ini malah menuduhnya?
“Oh aku tahu.” Sagara melangkah, mendekati Alika. Mengungkung tubuh mungil gadis itu hingga terpojok ke belakang pintu. “Kamu ingin berpura-pura sok jual mahal, padahal kamu sedang berencana untuk memeras ku kan?”
“T—tidak untuk apa saya melakukan hal kotor seperti itu.”
“Tinggal mengaku saja apa susahnya!” bentak Sagara.
“Untuk apa saya mengaku, karena memang saya tidak punya pikiran seperti itu.” Alika mendorong pundaknya. “Minggir! Saya harus pergi,” ujarnya dengan bibir bergetar.
Alika tidak tahu bagaimana harus menjelaskan pada pria menyebalkan ini. Hanya ada satu hal yang ingin ia lakukan sekarang. Pergi secepat mungkin dari hadapannya.
Sagara menyipitkan matanya. “Pergi? Setelah semua yang kamu lakukan?” Ia mendengus sinis. “Kamu pikir aku sebodoh itu? Kamu menjebak ku!” tuduhannya menusuk telinga Alika seperti belati tajam.
Alika terperangah. “Tidak... itu tidak benar! Saya–”
Sagara langsung memotong ucapan Alika. Mencengkram dagu gadis itu dengan kasar.
“Jangan coba-coba berdusta di depanku. Kamu pikir aku tidak tahu permainan wanita licik seperti kamu? Kamu sengaja datang ke sini, mencoba mengambil keuntungan dari kelemahanku. Apa kamu pikir aku akan bertanggung jawab?!”
Mata Alika mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana cara menjelaskan semuanya. Karena ia juga dijebak. Hatinya pun perih mendengar kata-kata pria itu. Bagaimana bisa dia dianggap sebagai gadis licik yang sengaja menjebaknya?
“Tidak... saya tidak pernah bermaksud begitu,” ucap Alika. “Saya benar-benar tidak tahu apapun. Saya hanya disuruh oleh kakak saya untuk datang ke hotel ini dan ternyata saya salah masuk kamar!”
Sagara nampak tak percaya. Dia mendekat, mengikis jarak di antara mereka.
“Salah masuk kamar? Kamu pikir aku akan percaya dengan omong kosong itu? Katakan, siapa yang sudah menyuruhmu datang ke sini?”
Alika menelan ludahnya, takut melihat amarah yang semakin jelas di wajah Sagara.
“Kakak saya yang menyuruhku ke sini. Saya hanya mengikuti perintah. Saya tidak tahu kenapa saya harus ke hotel ini…”
“Kakakmu?” Sagara menyipitkan matanya, mencoba mencari kebohongan dari mata Kirana.
Meski pikirannya masih kacau, ada sesuatu dari cara bicara gadis itu yang terasa berbeda. Kepolosan di wajah gadis itu, ketakutannya yang tampak nyata, membuat Sagara sedikit merasa ragu pada tuduhannya sendiri.
“Kenapa harus kamarku? Ada banyak kamar lain, kenapa harus kamar ini hah!” desak Sagara.
“Saya tidak tahu, Tuan, sungguh! Berapa kali saya harus menjelaskan pada anda? Saya sepertinya salah masuk kamar. Dan saya benar-benar tidak tahu ini kalau ini kamar anda!” Alika berseru putus asa. Air matanya mulai mengalir di pipinya. Ia benar-benar menjadi serba salah pada pria keras kepala ini.
Apa mungkin bukan kamar 69 melainkan 96? Karena cepat-cepat, kemarin Alika tidak melihatnya lagi dengan teliti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Miu Nih.
kisah perbab ny singkat banget thor 🤔
2025-04-26
2
Editor-Aoxue
oh bahasa anu bisa disensor pake spasi ka?
2025-04-30
2
Dewi Suntana
seruu maaa. d tunggu uf
2025-04-26
1