Masa Lalu Garvin

Di sebuah kamar sempit, Zura sedang mengemas beberapa lembar baju untuk dibawa ke rumah orang tuanya. Kemungkinan Zura menginap untuk tiga hari kedepan, karena kebetulan kuliah libur. Tinggal menyerahkan skripsi, kemudian sidang lalu menunggu wisuda. Cita-cita Zura menjadi seorang sarjana pendidikan sebentar lagi terwujud. Zura ingin sekali menjadi seorang guru.

"Pak Garvin..." Tiba-tiba Zura teringat dengan dosen favoritnya yang kini menjadi kekasihnya. Ada desiran hangat yang mengalir diseluruh urat nadinya.

Zura merasa berdosa telah berzina, tapi tidak dipungkiri jika dirinya merasakan kenikmatan dunia yang selama ini tidak pernah dia rasakan. Kehangatan pelukan Garvin dan juga keperkasaan senjatanya membuat Zura berdesir.

"Maafkan Zura Bu, tidak bisa menjaga mahkota dengan baik. Zura terpaksa Bu, tapi Zura tidak menyesal telah memberikan pada pak Garvin. Karena Zura sangat mencintainya." Gumam Zura teringat akan nasehat almarhum Ibu kandungnya, yang selalu meminta Zura menjaga harga diri.

"Semoga pak Garvin membuka hati untukku suatu hari nanti." Lanjutnya.

Sementara itu, di rumah Garvin masih menatap tajam pada Elena dan orang tuanya yang masih tidak kunjung beranjak untuk pergi.

"Apalagi yang kamu tunggu Elena, semua sudah jelas. Jadi jangan buat drama baru yang akan lebih mempermalukan kamu dan orang tuamu. Jika kamu hamil, cari pria itu bukan menumbalkan saya."

Garvin berucap pedas, karena wanita di depannya ini masih tidak tahu malu tetap memaksakan perjodohan.

"Tante, tapi saya mencintai Garvin sejak dulu. Tolong berikan saya satu kesempatan lagi. Jika kalian memang tidak menerima kehamilan saya, akan saya gugurkan." Ucap Elena.

"Jadi kamu mengakui jika sudah hamil?" Tanya papa Robby lagi.

"Maaf Pa, aku memang sudah hamil tiga bulan." Jawab Elena.

"Dasar wanita tidak tahu malu, menyesal saya selama ini menyayangi kamu. Bahkan terus memaksa Garvin untuk menerima perjodohan ini. Ternyata kamu hanya wanita murahan penjual selang kangan. Apakah pria itu tidak mau bertanggung jawab, sehingga kamu ingin menjebak putra saya?"

Mama Kalynda sangat marah dan kecewa. Dia masih tidak percaya, jika putri sahabatnya seperti ini.

"Bahkan, Elena tidak tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya Ma. Karena terlalu banyaknya yang menanam saham padanya secara gratis." Ucap Garvin mengungkapkan fakta baru.

"Bagaimana kamu tahu Garvin? Kenapa selama ini kamu diam saja."

"Apakah jika aku beritahu, mama akan percaya? Bukankan mama menyayangi Elena dan selalu menyanjung setinggi langit seolah dia wanita sempurna yang tidak punya celah sedikitpun?"

"Maafkan mama Garvin, karena tertipu dengan sikap lemah lembut Elena. Mama pikir dia adalah wanita baik karena keluarganya sudah mama kenal memiliki perangai yang baik."

"Orang tuanya baik, belum tentu anaknya juga baik. Begitu pula sebaiknya. Jadi setelah ini, stop menjodoh-jodohkan aku lagi pada siapapun."

"Mama hanya ingin melihat kamu bahagia, mempunyai istri dan anak."

"Semua hanya masalah waktu Ma, suatu hari aku pasti menemukan jodoh yang tepat. Yang mampu memberikan aku kebahagiaan." Tegas Garvin.

"Karena sekarang semua sudah jelas, aku harap Om Robby dan tante Laura bisa menjaga Elena dengan baik. Jangan sampai ke depannya ada kejadian yang bisa merusak nama baik saya lagi."

"Dan jika itu terjadi, saya akan bawa masalah ini ke jalur hukum. Saya tidak akan segan lagi." Ucap tegas Garvin.

Mendengar pernyataan tegas dari Garvin, bukannya membuat Elena takut. Tapi dia semakin ingin mendapatkan dosen tampan itu. Bagi Elena, ini adalah tantangan terberat dalam hidupnya. Yaitu menaklukkan hati duda dingin.

"Kalau begitu, kami pamit dulu jeng Kalynda. Mohon maaf jika kelakuan putriku membuat kamu kecewa." Ucap mama Laura menahan malu.

Melihat ketiga tamunya sudah keluar dari rumahnya, mama Kalynda menangis. Dia sangat kecewa dan sedih. Harapannya mempunyai menantu yang cantik dan baik, sekarang pupus sudah.

"Mama tidak menyangka akan tertipu mentah-mentah dengan wajah kalem Elena."

"Sekarang apa mama masih ingin mengenalkan aku dengan anak-anak dari para sahabat mama yang lainnya?"

"Tidak, mama kapok. Sekarang terserah kamu, tapi harapan mama kamu bisa segera menikah lagi. Mama sudah rindu ingin menimang cucu Garvin. Umur mama sudah tua, takut mama tidak panjang umur tapi belum sempat melihat anak kamu." Ungkap hati mama Kalynda.

"Mama pasti panjang umur, dan akan melihat aku punya anak."

"Apakah sebenarnya kamu punya kandidat?" Tanya Mama membuat Garvin gelagapan.

"Kenapa wajah kamu merah padam begitu, jadi tebakan mama benar?"

"Ah, itu hanya perasaan mama."

"Kamu ini sudah tua Garvin, kok malu-malu seperti abege saja."

"Siapa dia? Cantik? Dari keluarga mana? Orang tuanya punya usaha apa?" Cecar mama tidak sabar.

"Apakah pertanyaan mama penting untuk dijawab? Apakah harus dari keluarga kaya yang boleh bersanding denganku?"

"Bukan, mama hanya bertanya tapi itu bukan syarat menjadi menantu mama. Kamu jangan salah paham."

"Nanti jika sudah waktunya, akan aku kenalkan dia pada mama."

"Kenapa harus menunggu, memang apa yang kamu sembunyikan dari mama."

"Tidak ada yang aku sembunyikan, hanya saja aku butuh waktu untuk memastikan perasaanku padanya. Karena hati aku masih gamang antara maju atau mundur. Jujur aku takut Ma, aku trauma menikah."

Jawaban Garvin membuat senyum penasaran mama Kalynda menghilang berganti kesedihan. Dia teringat akan mantan menantu yang sudah menyakiti hati putranya.

"Kamu jangan terus berkubang dengan masa lalu Garvin. Ini sudah sepuluh tahun, apakah kamu masih mencintai Mesya?" Tanya mama Kalynda.

"Aku bahkan sudah lupa jika pernah mencintai dia begitu dalam ma. Yang tersisa hanya kecewa dan menyesal pernah membawanya masuk dalam hati dan kehidupanku." Jawabnya.

"Lupakan Mesya, sambut pasangan barumu."

"Ingat dulu, Mesya bukan siapa-siapa. Aku membawanya dari desa. Memberikan dia jalan hingga menjadi seorang model. Aku mencintainya tanpa syarat, bahkan rela berkorban apapun untuk dia. Tapi ternyata aku tidak lebih penting dari pada karir modelnya. Tahu begitu, aku tidak akan mengenalkannya pada dunia yang membuatnya lupa diri seperti itu."

Ya, Mesya bukan berasal dari keluarga kaya. Garvin bertemu saat mengikuti KKN di sebuah desa. Garvin yang jatuh cinta pada pandangan pertama berjanji akan menikahi Mesya begitu dia lulus sarjana. Garvin menepati janjinya, ketika Garvin sudah diterima kerja sebagai dosen di sebuah kampus. Dia menikahinya dan memboyong Mesya ke kota.

Mesya yang saat itu sudah yatim piatu pun sangat bahagia, dinikahi pria tampan dan mapan. Meskipun sederhana, Mesya merupakan kembang desa yang memiliki kecantikan dan body sexy. Hingga Garvin berencana merubah Mesya menjadi wanita moderen dan berkarir di dunia permodelan. Tapi itulah awal kesalahan Garvin, yang membuatnya menjadi seorang duda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!