Sekitar pukul setengah tiga dini hari, Zura terbangun dari tidurnya. Badannya remuk, selain karena harus melayani permainan dosen hingga beronde-ronde. Juga karena harus tertidur di atas meja kayu tanpa bantal.
Terlihat dosen yang biasanya berwajah dingin ini nampak tampan jika sedang terlelap. Zura tidak percaya jika dirinya sudah tidur dengannya.
"Sudah puas memandangi wajah tampan saya, Zura?" Tiba-tiba Garvin membuka matanya dan menatap tajam Zura.
"Pak Garvin..." Zura terbata-bata dengan semburat merah di pipi dan telinganya. Tanpa sadar wajahnya dia benamkan di dada dosennya. Dia sangat malu sudah tertangkap basah sedang mengagumi dosen yang kini tengah memeluk erat tubuh polosnya.
"Terima kasih, kamu sudah membantu saya melepaskan diri dari pengaruh obat perang sang yang tidak sengaja saya minum karena jebakan seseorang." Ucap Garvin yang semakin menempelkan tubuh Zura ke pelukannya.
"Tapi bagaimana jika saya hamil pak? Lagi pula kita tidak punya hubungan apa pun selain dosen dan mahasiswi." Lirih Zura.
"Kamu tidak mungkin hamil Zura hanya karena satu kali sentuhan."
"Tapi, bapak melakukannya beronde-ronde dan selalu keluar di dalam rahim saya. Bagaimana dengan masa depan saya pak Garvin. Saya sudah hancur sekarang." Tangis Zura pecah, dia membayangkan hamil tanpa seorang suami. Pasti dia tidak akan sanggup lagi menghadapi kejamnya dunia.
"Jika kamu hamil, saya akan bertanggung jawab Zura." Jawab Garvin.
"Jika saya hamil, jika saya tidak hamil maka Anda bisa seenaknya membuang saya pak Garvin?"
"Lalu, siapa yang akan menikahi wanita yang sudah rusak seperti saya ini? Siapa pak?" Lanjutnya.
"Jadi, kamu mau saya menikahi kamu sekarang juga begitu Zura?"
"Setidaknya, bapak tidak membuang saya bagaikan habis manis sepah dibuang."
"Baiklah, mulai sekarang kamu adalah milik saya. Kita jalani hubungan secara diam-diam, bagaimana kamu mau?"
"Saya mau pak?" Jawab Zura.
Sejujurnya, Zura sudah lama mengagumi dosen duda ini. Semenjak semester pertama, hingga kini hampir 4 tahun. Zura mencintai dalam diam.
Dia tidak berani menunjukkan dengan terang-terangan jika dia mencintai dosennya itu. Selain karena status sosial yang jauh berbeda, Zura juga merasa insecure dengan penampilannya sendiri.
Zura tahu, jarak umur dia dengan Garvin sangat jauh. Tapi meskipun begitu, Garvin masih terlihat sangat tampan dan berwibawa meskipun jarang terlihat tersenyum selama ini.
Usia Zura baru 23 tahun, tapi dia tidak pandai berdandan. Hanya kemeja longgar dengan rok panjang atau juga kulot yang selalu dipakai sehari-hari di kampus. Rambut panjang yang selalu dia kuncir atau kepang dua. Jangan lupakan kacamata besar bulat yang tidak pernah tertinggal dari wajahnya. Zura memang memiliki mata minus.
"Tapi sebelumnya saya harus jujur Zura, kita berhubungan hanya sebagai bentuk rasa tanggung jawab saja. Karena saya belum mencintai kamu. Sebenarnya saya masih enggan memikiki hubungan dengan seorang wanita. Kamu tahu kan jika status saya duda tanpa anak?" Ucap Garvin.
"Saya tidak memaksa kalau memang bapak tidak bersedia." Jawab Zura.
"Biarlah saya tanggung sendiri apa yang akan terjadi pada diri saya ke depannya. Saya harus pulang segera. Tolong lepaskan tangan Anda dari tubuh saya." Ucap Zura lagi menahan tangis dan sesak di dada. Setelah mahkota direnggut oleh pria yang dicintainya.
"Tolong, kamu jangan salah paham, beri saya waktu." Pinta Garvin.
"Kita jalani hubungan ini terlebih dahulu, beri saya waktu untuk bisa menerima kamu di hati saya. Lalu apakah kamu sudah mencintai saya?" Tanya Garvin kemudian.
"Sudah hampir empat tahun saya memendam rasa cinta untuk bapak. Maaf jika perasaan saya lancang." Ucap Zura sambil menundukkan kepalanya. Ada rasa sedih menghantam dada.
Garvin kemudian memeluk erat tubuh mahasiswanya itu. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba menghangat mendengar pengakuan Zura.
"Bolehkah satu ronde lagi sebelum kita pulang Zura?" Tanya Garvin.
Zura mengangguk dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Kali ini mereka melakukannya atas dasar suka sama suka. Tidak ada paksaan atau pengaruh obat apa pun.
Garvin menyesap bibir Zura dengan lembut, Zura pun mulai belajar membalas ciuman dosen yang kini menjadi kekasihnya itu. Kemudia bibir Garvin menyusuri leher jenjang wanita muda ini dengan penuh gairah.
Memberi jejak kepemilikan, seolah ingin menegaskan pada dunia jika Zura adalah miliknya. Padahal baru saja mulut Garvin berkata tidak cinta.
Yang sebenarnya cinta Zura tidak bertepuk sebelah tangan, karena sudah lama juga Garvin sering mencuri pandang mahasiswi cupu dari jauh. Hanya saja, Garvin tidak menyadari perasaannya sendiri. Dia masih saja berkutat dengan trauma masa lalu.
Ada ketakutan tersendiri ketika ingin melabuhkan hati kepada seorang wanita. Apalagi umur mereka terpaut jauh.
Dari leher Garvin turun da naik ke atas dua bukit. Melumat bergantian puting susu yang mengeras akibat sentuhan lembut darinya.
"Ahh..." Suara desahan kembali terdengar. Zura meliuk-liukkan tubuhnya karena kenikmatan.
"Gimana kamu suka?" Tanya Garvin.
Zura mengangguk sambil memejamkan mata.
Puas dengan gunung kembar, Garvin menuju lembah yang sudah basah.
"Mmmhhhh.. pakhhh..." Desah Zura semakin terdengar merdu ketika sapuan lidah Garvin menyusuri pintu lubang goa.
Garvin menghentikan kegiatannya, menatap dalam pada wajah cantik yang selalu tertutup kacamata dan penampilan cupunya.
Zura terlihat kecewa karena Garvin menghentikan permainannya. Mengetahui jika kekasih barunya ini mulai menatap sendu, Garvin langsung melanjutkan aksinya kembali.
Jleb plok plok
Tanpa jeda, Garvin memompa tubuh Zura dengan penuh semangat. Dia tahu, jika mahasiswanya kini sudah candu dengan sentuhan darinya. Garvin bergerak liar, semakin dalam dengan tempo cepat.
"Ahhh... Pakhhh Garvinhhh..." Teriak Zura.
"Bersamaan ya Zura." Ucap Garvin.
Dan mereka berdua pun merengkuh rasa nikmat bersama dalam pelukan.
"Sekarang, kamu sudah menjadi milik saya seutuhnya Zura. Meskipun kita hanya sepasang kekasih. Jangan pernah membagi tubuh kamu dengan pria lain. Karena hanya saya yang boleh menyentuh kamu." Tegas Garvin.
"Sebaliknya, saya minta pak Garvin untuk setia hanya saya yang bapak sentuh. Jika bapak ingin, hubungi saya. Jangan wanita lain!"
"Pasti Zura, jangan pernah meragukan kesetiaan saya. Meskipun tanpa cinta, tapi saya bukan pria yang sembarangan menebar benih. Tunggu waktunya, saya pasti akan menikahi kamu."
"Sekarang kamu, pakai kembali pakaian kamu. Saya akan antar kamu pulang. Ingat status kamu adalah kekasih saya." Ucap Garvin tegas.
"Iya pak, saya tahu itu."
Malam yang tak akan terlupakan, bersatunya dua insan manusia beda usia. Bukan hanya bersatu dalam cerita cinta, tapi juga bersatu dalam penyatuan tubuh mereka berdua.
Perpustakaan menjadi saksi saat mereka memadu kasih sebelum adanya ikatan. Semoga saja harapan mereka berdua terwujud, atau karma yang akan mereka tuai karena melakukan zina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments