Benar Dijodohkan

Tidak membutuhkan waktu lama, aku sudah tiba di sebuah bangunan tidak terlalu besar. Kedatanganku disambut oleh anak-anak yang berlari menyerbuku, memeluk, dan mencium. Di sinilah tempat keseharianku, tidak besar, tetapi sangat berarti bagiku.

Oh ya, ini tempat kerjaku sekaligus rumah keduaku. Sekolah non formal yang aku dirikan beberapa tahun lalu khusus untuk anak-anak spesial yang luar biasa semangatnya. Mereka anak-anak istimewa tang sebagian orang menyebutnya berkebutuhan khusus dengan berbagai kondisi spesialnya.

Namun, aku melihat ada masa depan yang cerah di mata mereka yang terang, berbinar, dan memberikan cahaya saat menatapku.

"Selamat pagi, Bu Dita."

"Selamat pagi, semua! Apa kabar?" jawabku dengan sunyi. Hanya menggunakan gerakan tangan, mereka gembira membalas pertanyaanku dengan gerakan tangan serupa karena seperti inilah cara berkomunikasi kami sehari-hari.

Sebuah komunitas tuli yang dibungkus menjadi sebuah sekolah khusus anak-anak tuli.

"Bu Dita hari ini cantik sekali!" ujar anak didikku yang laki-laki.

"Terima kasih, Abigail. Kamu juga tampan, anak-anak ibu, semuanya luar biasa, hebat!" pujiku. Semua anak berseru girang dan bertepuk tangan.

"Terima kasih, Bu."

"Terima kasih." ucap mereka dalam sunyi.

Sekali lagi, inilah keseharianku. Aku memang bekerja bukan untuk meniti karir, tetapi aku menyebutnya jika ini investasi. Aku sedang memperjuangkan harta yang sangat berharga. Masa depan anak-anak inilah yang aku kejar, mereka dengan potensinya yang membuatku memiliki masa depan dan termotivasi semangat menjalani hidup di setiap harinya.

Sebagian orang, mungkin menganggap mereka berbeda dari anak yang lainnya, tetapi bagiku mereka sama saja dan aku tidak mau mereka hilang kesempatan mendapatkan hak yang sama di dunia ini terutama mendapat pendidikan yang bermutu seperti pada umumnya.

"Bu Dita, ada proposal masuk untuk menjadi donatur sekolah kita. Tapi kita diminta memaparkan program sekolah kita."

"Darimana, Vik?" tanyaku pada Vika, adik tingkatku semasa kuliah yang kini sama-sama menjadi relawan untuk sekolah ini.

"Hem... iya, Mitra Siaga Company. lni satu grup sama rumah sakit mitra siaga itu, bukan?"

"Kayaknya iya," jawab Vika.

"Mereka menawarkan bantuan pendidikan kepada kita 5 juta per anak untuk setiap bulan untuk satu semester. Wow, ini sangat besar, Bu Dita!" pekik Vika sampai menutup mulutnya.

Aku mendekat padanya, benarkah ini? Selama ini belum pernah ada yang menawarkan bantuan biaya pendidikan semacam itu. Hanya berlalu lalang, donasi uang, buku, dan peralatan kelas.

Vika menyodorkan ponselnya padaku, dan aku membaca pesan dan proposal itu yang masuk melalui email sekolah.

"Tapi, Vik. Kita harus berhati-hati, jangan jadikan sekolah ini tempat pencucian uang. Kita harus memastikan ini, apalagi perusahaan besar begitu. Takut," ujarku pada Vika.

"Iya, makanya, Bu. Ini kita diminta datang ke kantor mereka untuk presentasi dan negosiasinya. Nanti kita sampaikan pertanyaan itu di sana," ujar Vika, dia terlalu bersemangat karena ada pihak yang mau menjadi donatur baru.

"Kapan ke sana?"

"Mereka mengundang kita lusa, Bu."

Aku memicingkan mata, sangat mendadak. Tapi, ya sudahlah semakin cepat semakin baik. Aku mengiyakan, dan meminta Vika mengirimkan surat balasan kesediaan berdiskusi.

Sekolah selesai di waktu 2 siang, semua anak-anak berhambur pulang ke rumah masing-masing.  Tidak terasa hari berjalan begitu cepat tanpa terasa berat. Begitu pun anak-anak yang seakan menikmati kegiatan sekolah tanpa beban.

Saat berkemas, ponsel di mejaku bergetar, nama mama tertulis di sana.

"Halo, Assalamualaikum, Ma?"

"Waailaikumsalam, Dit, kamu dimana?" tanya Mama tiba-tiba.

"Di sekolah, Ma. Ini baru selesai ada kelas tambahan, terus mau ke bank habis ini."

"Gausah, besok aja. Sekarang pulang saja dulu, calonnya sudah ada di rumah."

"Calon?"

"Calon suamimu. Cepat pulang sekarang juga, ya! Mama tunggu, jangan lama-lama, Dit!"

"Ma, tapi..."

tut ... tut ... tut.

Baru saja kaki menginjakkan area ruang tamu, salam baru ku-uluk, tiba-tiba mama berdiri menghampiriku

Pak! Tepukan mengejutkan mengenai lenganku. "Kemana saja? Itu sudah ada bu Galih sejak tadi," mama menyerbuku begitu aku baru menaruh helm pada rak penyimpanan di dekat pintu masuk.

"Bu Galih? Mau apa?" bisikku pada mama.

"Bukankah sudah mama bilang akan menjodohkanmu dengan anaknya? Cepat salim," perintah mama seraya menggandengku mendekat pada tamu mama.

"Bu," sapaku ramah pada bu Galih yang duduk seorang diri sambil mengetik sesuatu di layar ponselnya dengan satu satu telunjuknya.

Bu Galih lantas menyimpan ponselnya, ia menurunkan kakinya yang menyilang, dan memindahkan tas Hermesnya ke sisi yang lain.

"Eh, Moy! Sehat, Moy? Baru pulang ngajar?" tanya Bu Galih begitu aku mencium tangannya.

"Iya, Bu."

"Ini, waktu itu ibu kamu ngajak ngenalin kamu sama anak saya, Elham. Ingat, kan? Anak saya yang baru lulus S2 kemarin dari MIT, Amerika. Nah, dia pas pulang kemarin, saya ajak ke sini ternyata kamu masih di sekolah. Sekarang dianya sudah pergi karena urusan penting katanya," jelas bu Galih.

Aku tersenyum meringis, merasa bersalah. Meski begitu, tetapi mama tidak memberitahu lebih awal jika aku benar-benar akan dikenalkan dengan anak bu Galih. Bukankah mama baru mengatakan akan mengenalkanku dengan anak bu Galih tadi pagi? Kenapa bu Galih bilang sejak waktu itu?

Apa mama sudah menjomblangkan aku sejak lama? Sejak kapan beliau mulai menawarkan ke teman sosialita kompleks-nya itu?

Terpopuler

Comments

Alif 33

Alif 33

ikan cucut, yok lanjut

2025-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 Perawan Tua
2 Benar Dijodohkan
3 Pertemuan yang Tertunda
4 Bertemu Kakak Kelas
5 Rencana Pernikahan
6 Pertemuan Pertama
7 Pedekate
8 Curhat ke Moon
9 Perpisahan Tak Terduga
10 Menikah
11 Menjadi Keluarga Bu Galih
12 Prioritas
13 Bareng Devy
14 Perbincangan Singkat
15 Pertemuan Terakhir
16 Rencana Lain
17 Aroma Kopi
18 Sekian Purnama
19 Pesan Mama
20 Kebohongan Kecil
21 Beda Kasta
22 Menemukan Sesuatu
23 Camping
24 Ketahuan
25 Dua Pilihan
26 Pameran Seni
27 Claire
28 Postingan Viral
29 Anastasia
30 Sebuah Pertanyaan
31 Bagaikan Bunga
32 Sebuah Lukisan Bermakna
33 CIIS
34 Dia Lebih Baik
35 Bercerai
36 Masalah Baru
37 Sisa Rasa
38 Nasib Siswa CIIS
39 Kedatangan Mama Galih
40 Semua Orang Tahu
41 Tragedi
42 Pasca Kecelakaan
43 Sang Pawang
44 Kedatangan
45 Kabar Berita
46 Kenyataan
47 Hampir Gila
48 Ikut Claire
49 Pulang
50 Tujuh Bulanan
51 Permintaan Maaf
52 Yang Tak Kumengerti
53 Mekka Medina
54 Alasan Resign
55 Rumah Baru
56 Perkara
57 Mereka Saling Mengenal
58 Tak Berharap Lebih
59 Quince
60 Baby Blues
61 Tak Memaksa Tinggal
62 Welcoming Party
63 Welcoming Party 2
64 Proposal Pameran Seni
65 Disetujui
66 Tampil Berbeda
67 Disulap Make-Up
68 Kabar Buruk
69 Akhir Cerita
70 Permintaan Pertama dan Terakhir
71 Lalai
72 Komunikasi Tanpa Emosi
73 Setelah Berpisah
74 Pertunjukan
75 Golden Art Fair
76 Di Bawah Menara Eiffel
77 Bertemu Magda
78 Pertimbangan
79 Mengundurkan Diri
80 Sebulan Setelah Resign
81 Melepaskan Diri
82 Persidangan
83 Kesaksian di Meja Hijau
84 Terungkap
85 Kabar Duka
86 Disekap
87 Akhir Pertarungan
88 Akhirnya
89 Pertemuan kembali
90 Pengisi Acara Seminar (Bonus Chapter)
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Perawan Tua
2
Benar Dijodohkan
3
Pertemuan yang Tertunda
4
Bertemu Kakak Kelas
5
Rencana Pernikahan
6
Pertemuan Pertama
7
Pedekate
8
Curhat ke Moon
9
Perpisahan Tak Terduga
10
Menikah
11
Menjadi Keluarga Bu Galih
12
Prioritas
13
Bareng Devy
14
Perbincangan Singkat
15
Pertemuan Terakhir
16
Rencana Lain
17
Aroma Kopi
18
Sekian Purnama
19
Pesan Mama
20
Kebohongan Kecil
21
Beda Kasta
22
Menemukan Sesuatu
23
Camping
24
Ketahuan
25
Dua Pilihan
26
Pameran Seni
27
Claire
28
Postingan Viral
29
Anastasia
30
Sebuah Pertanyaan
31
Bagaikan Bunga
32
Sebuah Lukisan Bermakna
33
CIIS
34
Dia Lebih Baik
35
Bercerai
36
Masalah Baru
37
Sisa Rasa
38
Nasib Siswa CIIS
39
Kedatangan Mama Galih
40
Semua Orang Tahu
41
Tragedi
42
Pasca Kecelakaan
43
Sang Pawang
44
Kedatangan
45
Kabar Berita
46
Kenyataan
47
Hampir Gila
48
Ikut Claire
49
Pulang
50
Tujuh Bulanan
51
Permintaan Maaf
52
Yang Tak Kumengerti
53
Mekka Medina
54
Alasan Resign
55
Rumah Baru
56
Perkara
57
Mereka Saling Mengenal
58
Tak Berharap Lebih
59
Quince
60
Baby Blues
61
Tak Memaksa Tinggal
62
Welcoming Party
63
Welcoming Party 2
64
Proposal Pameran Seni
65
Disetujui
66
Tampil Berbeda
67
Disulap Make-Up
68
Kabar Buruk
69
Akhir Cerita
70
Permintaan Pertama dan Terakhir
71
Lalai
72
Komunikasi Tanpa Emosi
73
Setelah Berpisah
74
Pertunjukan
75
Golden Art Fair
76
Di Bawah Menara Eiffel
77
Bertemu Magda
78
Pertimbangan
79
Mengundurkan Diri
80
Sebulan Setelah Resign
81
Melepaskan Diri
82
Persidangan
83
Kesaksian di Meja Hijau
84
Terungkap
85
Kabar Duka
86
Disekap
87
Akhir Pertarungan
88
Akhirnya
89
Pertemuan kembali
90
Pengisi Acara Seminar (Bonus Chapter)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!